Konstribusi Islam Dalam Bidang Sains Dan Teknologi
Salah satu sumbangsih Islam yang sangat besar bagi dunia modern sekarang, adalah mewariskan sejumlah teori tentang alam semesta dan cara-cara mengaplikasikan pengetahuan tentangnya. Sarjana-sarjana Muslim pada sekitar abad 9 – 13 M telah banyak mencontohkan dan mengujicobakan hubungan ilmu pengetahuan (sains) dengan cara penerapannya (teknologi).
Mereka bukan hanya ditopang oleh pengetahuan dan pengalamannya, tetapi juga anugerah yang melimpah dengan mendapat fasilitas dari pemerintahan, terutama pada masa-masa kejayaan Abbasiyah di Baghdad. Sebelum melahirkan teknologi, pengembangan sains lebih dahulu mereka peroleh, bukan hanya dari hasil-hasil temuan mereka sendiri, tetapi juga mereka peroleh dari sejumlah sumber yang berasal bukan hanya dari dalam doktrin Islam saja.Kebanyakan pengetahuan tentang hukum-hukum alam, ilmu ukur dan matematika, fisika dan geometrika sampai ilmu gaya dan berat mengenai macam-macam benda, mereka peroleh dari warisan Yunani, Persia, India dan Mesir. Pengetahuan sains ini mereka kuasai terlebih dahulu sebelum mengembangkan teknologi. Karena ilmu-ilmu tersebut adalah sebagai dasar-dasar bagi pengembangan teknologi.
Beberapa contoh sains dan teknologi Islam, yang berkait erat dengan warisan Hellenisme Yunani adalah filsafat, astronomi, fisika, geometrika, kimia, pertambangan, matematika, kedokteran, pertanian dan lain sebagainya. Dalam bidang matematika kontribusi Islam telah mengenalkan sistem bilangan India, dengan mengenalkan bilangan baru nol (0) dengan sebuah titik (.).Hal ini telah mempermudah bagi proses penghitungan berikutnya, sekalipun dengan jumlah kelipatan yang sangat panjang. Penulis bilangan pertama adalah Muhammad bin Musa al-Khawarizm (w.875), selanjutnya Abul Hasan al-Uqdisy (w.953), Umar Khayyam (w.1131). Sedangkan dalam bidang astronomi pengaruh Babilonia dan India sangat terasa, apalagi sejak diterjemahkan risalah India, Siddhanta ilmu perbintangan para raja sejak tahun 711M di Baghdad. Abu Ma’syar al-Falaky al-Balkhy merupakan salah satu tokoh yang paling terkenal dalam membuat ramalan-ramalan perbintangan, karyanya , Kitab al-Uluf.
Adapun dalam bidang fisika yang paling menonjol adalah mengenai teori optic yang dikembangkan oleh Ibn al-Haitsam dalam karyanya “Kitab al-Manadzir”, al-Khaziny (w. 1040 M) juga mengurai tentang gaya grafitasi spesifik dalam karyanya “Kitab Mizan al-Hikmah” Pengobatan dalam Islam mereka dapatkan banyak dari Persia, Mesopotamia, India dan lainnya. Muhammad Ibn Zakaria Ar-Razi (865-925 M) telah menggunakan alat-alat khusus untuk melakukan proses-proses yang lazim dilakukan oleh ahli kimia, misalnya distilasi, kristalisasi, kalsinasi, dan sebagainya.
Di dunia Barat, Ar-Razi juga dikenal sebagai ahli di bidang ilmu kedokteran, sama halnya dengan Ibnu Sina, sehingga gambaran kedua ilmuwan Muslim ini dapat menghiasi Fakultas Kedokteran Universitas Paris. Ia juga dianggap sebagai orang yang menemukan benang fontanel (yang dipakai dalam ilmu bedah). Buku-bukunya yang beredar di Barat lebih popular dengan nama “Razes”.
Ibnu Sina selain dikenal sebagai seorang filosof , dikenal juga sebagai ilmuwan dalam bidang kedokteran. Karya ilmiahnya di Barat dikenal dengan istilah Canun, menjadi buku teks standar ilmu kedokteran di berbagai Universitas baik di dunia Islam atau di dunia Barat (Non Islam). Di Barat, ia lebih dikenal sebagai politikus dan dokter. Ilmu politik sudah diperkenalkan oleh ayahnya sejak ia masih kecil, sedangkan ilmu kedokteran ia pelajari hanya dalam tempo 18 bulan, kemudian ia perdalam sendiri secara otodidak. Di antara karya-karyanya yang popular adalah ; Al-Syifa’, Al-Hikmah Al-Masyriqiyah, Al-Qanun (Canun of Medicine).
Ibn Khaldun nama lengkapnya Waliyuddin Abdurrahman Ibn Khaldun Al-Hamdhami dari Tunisia. Dia dikenal sebagai ilmuwan Muslim dalam bidang sosiologi, sejarah, dan filsafat. Dunia Barat mengakuinya sebagai perintis ilmu dan pakar di bidang sosiologi modern.Bukunya yang berjudul “Muqaddimah”, merupakan bagian dari karyanya yang terbesar.
Masih banyak penemu dan pakar di bidang sains dan teknologi yang hidup di dunia Islam, meskipun dalam sejarahnya mengalami tarik menarik dengan para ilmuwan Barat, baik yang hidup sebelumnya, semasanya, ataupun sesudahnya.
Walaupun demikian, sesungguhnya setiap individu muslim dituntut, bahkan diwajibkan untuk memahami dan menjelaskan kebenaran yang terkandung dalam al-Quran, baik dalam pernyataan maupun penyangkalan yang terdapat dalam ayat-ayat al-Quran yang sistematik, holistik, dan integralistik. Hal ini bertujuan antara lain untuk menyatakan bahwa disamping sebagai kitab suci, Al-Quran juga sumber segala ilmu, termasuk sains dan teknologi.
Untuk melakukan hal itu tentu dibutuhkan suatu proses pemahaman dan penjelasan secara ilmiah yang kilas baliknya akan berpengaruh terhadap proses trasformasi budaya dalam Islam.
Wahyu pertama (Al-‘Alaq: 1-5) itu tidak menjelaskan apa yang harus dibaca, karena Al-Qur’an menghendaki umatnya membaca apa saja selama bacaan tersebut Bismi Rabbik, dalam arti bermanfaat untuk kemanusiaan. Iqra’ berarti bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu; bacalah alam, tanda-tanda zaman, sejarah, maupun diri sendiri yang tertulis maupun yang tidak. Alhasil, obyek perintah iqra’ mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkaunya.
Sains dan Teknologi dalam Islam adalah sebagai sarana (tools) untuk mencapai kebahagiaan dunia akhirat dan sebagai kunci kebangkitan Islam oleh karena itu umat Islam harus menempatkan sains dan teknologi sebagai kebutuhan primer bukan sekunder. Mempelajari sains dan teknologi sama wajibnya dengan amalan fardhu lainnya seperti shalat, puasa dan zakat.
Sains dan tekonologi dalam Islam harus didasari dengan nilai-nilai agama yang universal agar dapat memberikan kemaslahatan bagi umat manusia, sains dan teknologi yang tidak didasari noleh nilai-nilai agama pasti akan membawa kehancuran, kerusakan dan kesengsaraan bagi umat manusia.
Salah satu sumbangsih Islam yang sangat besar bagi dunia modern sekarang, adalah mewariskan sejumlah teori tentang alam semesta dan cara-cara mengaplikasikan pengetahuan tentangnya. Sarjana-sarjana Muslim pada sekitar abad 9 – 13 M telah banyak mencontohkan dan mengujicobakan hubungan ilmu pengetahuan (sains) dengan cara penerapannya (teknologi).
Mereka bukan hanya ditopang oleh pengetahuan dan pengalamannya, tetapi juga anugerah yang melimpah dengan mendapat fasilitas dari pemerintahan, terutama pada masa-masa kejayaan Abbasiyah di Baghdad. Sebelum melahirkan teknologi, pengembangan sains lebih dahulu mereka peroleh, bukan hanya dari hasil-hasil temuan mereka sendiri, tetapi juga mereka peroleh dari sejumlah sumber yang berasal bukan hanya dari dalam doktrin Islam saja.Kebanyakan pengetahuan tentang hukum-hukum alam, ilmu ukur dan matematika, fisika dan geometrika sampai ilmu gaya dan berat mengenai macam-macam benda, mereka peroleh dari warisan Yunani, Persia, India dan Mesir. Pengetahuan sains ini mereka kuasai terlebih dahulu sebelum mengembangkan teknologi. Karena ilmu-ilmu tersebut adalah sebagai dasar-dasar bagi pengembangan teknologi.
Beberapa contoh sains dan teknologi Islam, yang berkait erat dengan warisan Hellenisme Yunani adalah filsafat, astronomi, fisika, geometrika, kimia, pertambangan, matematika, kedokteran, pertanian dan lain sebagainya. Dalam bidang matematika kontribusi Islam telah mengenalkan sistem bilangan India, dengan mengenalkan bilangan baru nol (0) dengan sebuah titik (.).Hal ini telah mempermudah bagi proses penghitungan berikutnya, sekalipun dengan jumlah kelipatan yang sangat panjang. Penulis bilangan pertama adalah Muhammad bin Musa al-Khawarizm (w.875), selanjutnya Abul Hasan al-Uqdisy (w.953), Umar Khayyam (w.1131). Sedangkan dalam bidang astronomi pengaruh Babilonia dan India sangat terasa, apalagi sejak diterjemahkan risalah India, Siddhanta ilmu perbintangan para raja sejak tahun 711M di Baghdad. Abu Ma’syar al-Falaky al-Balkhy merupakan salah satu tokoh yang paling terkenal dalam membuat ramalan-ramalan perbintangan, karyanya , Kitab al-Uluf.
Adapun dalam bidang fisika yang paling menonjol adalah mengenai teori optic yang dikembangkan oleh Ibn al-Haitsam dalam karyanya “Kitab al-Manadzir”, al-Khaziny (w. 1040 M) juga mengurai tentang gaya grafitasi spesifik dalam karyanya “Kitab Mizan al-Hikmah” Pengobatan dalam Islam mereka dapatkan banyak dari Persia, Mesopotamia, India dan lainnya. Muhammad Ibn Zakaria Ar-Razi (865-925 M) telah menggunakan alat-alat khusus untuk melakukan proses-proses yang lazim dilakukan oleh ahli kimia, misalnya distilasi, kristalisasi, kalsinasi, dan sebagainya.
Di dunia Barat, Ar-Razi juga dikenal sebagai ahli di bidang ilmu kedokteran, sama halnya dengan Ibnu Sina, sehingga gambaran kedua ilmuwan Muslim ini dapat menghiasi Fakultas Kedokteran Universitas Paris. Ia juga dianggap sebagai orang yang menemukan benang fontanel (yang dipakai dalam ilmu bedah). Buku-bukunya yang beredar di Barat lebih popular dengan nama “Razes”.
Ibnu Sina selain dikenal sebagai seorang filosof , dikenal juga sebagai ilmuwan dalam bidang kedokteran. Karya ilmiahnya di Barat dikenal dengan istilah Canun, menjadi buku teks standar ilmu kedokteran di berbagai Universitas baik di dunia Islam atau di dunia Barat (Non Islam). Di Barat, ia lebih dikenal sebagai politikus dan dokter. Ilmu politik sudah diperkenalkan oleh ayahnya sejak ia masih kecil, sedangkan ilmu kedokteran ia pelajari hanya dalam tempo 18 bulan, kemudian ia perdalam sendiri secara otodidak. Di antara karya-karyanya yang popular adalah ; Al-Syifa’, Al-Hikmah Al-Masyriqiyah, Al-Qanun (Canun of Medicine).
Ibn Khaldun nama lengkapnya Waliyuddin Abdurrahman Ibn Khaldun Al-Hamdhami dari Tunisia. Dia dikenal sebagai ilmuwan Muslim dalam bidang sosiologi, sejarah, dan filsafat. Dunia Barat mengakuinya sebagai perintis ilmu dan pakar di bidang sosiologi modern.Bukunya yang berjudul “Muqaddimah”, merupakan bagian dari karyanya yang terbesar.
Masih banyak penemu dan pakar di bidang sains dan teknologi yang hidup di dunia Islam, meskipun dalam sejarahnya mengalami tarik menarik dengan para ilmuwan Barat, baik yang hidup sebelumnya, semasanya, ataupun sesudahnya.
Walaupun demikian, sesungguhnya setiap individu muslim dituntut, bahkan diwajibkan untuk memahami dan menjelaskan kebenaran yang terkandung dalam al-Quran, baik dalam pernyataan maupun penyangkalan yang terdapat dalam ayat-ayat al-Quran yang sistematik, holistik, dan integralistik. Hal ini bertujuan antara lain untuk menyatakan bahwa disamping sebagai kitab suci, Al-Quran juga sumber segala ilmu, termasuk sains dan teknologi.
Untuk melakukan hal itu tentu dibutuhkan suatu proses pemahaman dan penjelasan secara ilmiah yang kilas baliknya akan berpengaruh terhadap proses trasformasi budaya dalam Islam.
Wahyu pertama (Al-‘Alaq: 1-5) itu tidak menjelaskan apa yang harus dibaca, karena Al-Qur’an menghendaki umatnya membaca apa saja selama bacaan tersebut Bismi Rabbik, dalam arti bermanfaat untuk kemanusiaan. Iqra’ berarti bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu; bacalah alam, tanda-tanda zaman, sejarah, maupun diri sendiri yang tertulis maupun yang tidak. Alhasil, obyek perintah iqra’ mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkaunya.
Sains dan Teknologi dalam Islam adalah sebagai sarana (tools) untuk mencapai kebahagiaan dunia akhirat dan sebagai kunci kebangkitan Islam oleh karena itu umat Islam harus menempatkan sains dan teknologi sebagai kebutuhan primer bukan sekunder. Mempelajari sains dan teknologi sama wajibnya dengan amalan fardhu lainnya seperti shalat, puasa dan zakat.
Sains dan tekonologi dalam Islam harus didasari dengan nilai-nilai agama yang universal agar dapat memberikan kemaslahatan bagi umat manusia, sains dan teknologi yang tidak didasari noleh nilai-nilai agama pasti akan membawa kehancuran, kerusakan dan kesengsaraan bagi umat manusia.
Salah satu sumbangsih Islam yang sangat besar bagi dunia modern sekarang, adalah mewariskan sejumlah teori tentang alam semesta dan cara-cara mengaplikasikan pengetahuan tentangnya. Sarjana-sarjana Muslim pada sekitar abad 9 – 13 M telah banyak mencontohkan dan mengujicobakan hubungan ilmu pengetahuan (sains) dengan cara penerapannya (teknologi).