Hubungan Dengan Disiplin Ilmu Lain
Menurut Teodore von Kármán, “Ilmuwan mempelajari dunia seperti apa adanya; rekayasa menciptakan dunia yang belum pernah”.
Terdapat tumpang tindih antara ilmu pengetahuan dan rekayasa di lapangan. Kedua bidang usaha mengandalkan pengamatan benda yang akurat dan fenomena. Keduanya menggunakan matematika dan klasifikasi kriteria untuk menganalisa dan berkomunikasi pengamatan.
Ilmuwan diharapkan untuk menafsirkan pengamatan mereka dan membuat rekomendasi untuk tindakan praktis berdasarkan interpretasi mereka. Ilmuwan mungkin juga harus menyelesaikan tugas-tugas teknis, seperti merancang peralatan percobaan, atau membuat prototipe. Sebaliknya, dalam proses mengembangkan teknologi, insinyur dapat mengeksplorasi fenomena baru.
Dalam buku “What Engineers Know and How They Know It”, Walter vincenti menegaskan bahwa penelitian rekayasa mempunyai karakter berbeda dari penelitian ilmiah. Pertama, sering berhubungan dengan bidang di mana dasar fisika dan / atau kimia yang dipahami dengan baik, tetapi permasalahnya terlalu rumit untuk dipecahkan dalam cara yang tepat. Contohnya adalah penggunaan pendekatan numerik untuk persamaan Navier-Stokes untuk menggambarkan aliran aerodinamis di atas pesawat, atau penggunaan kaidah Miner untuk menghitung kerusakan akibat kelelahan. Kedua, penelitian teknik sering memakai metode semi-empiris yang asing bagi penelitian ilmiah murni, salah satu contoh menjadi metode variasi parameter.
Sebagaimana dinyatakan oleh Fung et al. dalam revisi terhadap buku teks teknik, “Foundations of Solid Mechanics”:
“Engineering is quite different from science. Scientists try to understand nature. Engineers try to make things that do not exist in nature. Engineers stress invention. To embody an invention the engineer must put his idea in concrete terms, and design something that people can use. That something can be a device, a gadget, a material, a method, a computing program, an innovative experiment, a new solution to a problem, or an improvement on what is existing. Since a design has to be concrete, it must have its geometry, dimensions, and characteristic numbers. Almost all engineers working on new designs find that they do not have all the needed information. Most often, they are limited by insufficient scientific knowledge. Thus they study mathematics, physics, chemistry, biology and mechanics. Often they have to add to the sciences relevant to their profession. Thus engineering sciences are born.”
“Teknik ini sangat berbeda dari ilmu pengetahuan. Ilmuwan mencoba untuk memahami alam. Ahli rekayasa atau orang teknik mencoba membuat hal-hal yang tidak ada di alam. Ahli rekayasa menekankan pada penemuan. Untuk mewujudkan sebuah penemuan insinyur harus meletakkan gagasan secara konkret, dan mendesain sesuatu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Hasilnya dapat menjadi perangkat, gadget, material, metode, sebuah program komputasi, percobaan yang inovatif, solusi baru atas suatu masalah, atau perbaikan pada apa yang ada. Karena desain harus konkret, itu harus memiliki geometri, dimensi, dan karakteristik angka. Hampir semua insinyur atau ahli rekayasa yang bekerja pada desain-desain baru menemukan bahwa mereka tidak memiliki semua informasi yang dibutuhkan. Paling sering, mereka dibatasi oleh kurangnya pengetahuan ilmiah. Dengan demikian, mereka belajar matematika, fisika, kimia, biologi dan mekanik. Seringkali mereka harus menambah ilmu yang relevan dengan profesi mereka. Dengan demikian ilmu teknik dilahirkan”