Teori dan Paradigma Pembangunan
Mata kuliah ini membahas dan mendiskusikan berbagai teori dalam tiga paradigma pembangunan yang tumbuh dan berkembang di dalam disiplin ilmu sosial, terutama sosiologi dan ekonomi. Menurut beberapa pakar, teori-teori pembangunan dapat dikelompokkan ke dalam dua paradigma, yaitu Modernisasi dan Ketergantungan (Lewellen 1995; Larrain 1994; Kiely 1995). Di dalam paradigma Modernisasi termasuk teori-teori makro tentang pertumbuhan ekonomi dan perubahan sosial, dan mikro tentang nilai-nilai individu yang menunjang proses perubahan tersebut. Sedangkan paradigma Ketergantungan mancakup teori-teori Keterbelakangan (Underdevelopment), Ketergantungan (Dependent Development), dan Sistem Dunia (World System Theory) sesuai dengan klasifikasi Larrain (1994).
Berbeda dengan pengelompokan diatas, yang membagi teori pembangunan ke dalam dua paradigma, kuliah ini mengelompokannya ke dalam tiga paradigma atau perspektif, yaitu Modernisasi, Keterbelakangan dan Ketergantungan. Dalam hal ini, tidak ada perbedaan dalam perspektif Modernisasi. Di dalam Paradigma Keterbelakangan termasuk Teori Underdevelopment Baran, Frank, Amin, dan Wallerstein (World System Theory), karena mereka lebih mencurahkan perhatian kepada pengaruh ekonomi global terhadap keterbelakangan di Dunia Ketiga. Sedangkan Associated Dependent Development (Cardoso dan Faletto) dan Dependent Development (Evans) dimasukkan ke dalam Paradigma Ketergantungan, karena kedua teori ini lebih memberikan perhatian kepada kemungkinan pertumbuhan ekonomi di negara-negara yang sedang membangun, walaupun ada ketergantungan terhadap ekonomi global.
Modul ini disusun untuk menjelaskan teori-teori pembangunan sebagaimana klasifikasi diatas, dengan melakukan sedikit analisis tentang perkembangannya melalui hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli. Sebelum sampai kepada diskusi tentang berbagai teori dan paradigma pembangunan sebagaimana disebutkan diatas, pada bagian awal kuliah ini akan dibahas latar belakang kemunculan teori dan paradigma tersebut, berdasarkan pengalaman Eropa. Pembicaraaan tentang sejarah ini terpusat kepada hubungan antara proses perkembangan masyarakat Eropa (sejak feodalisme sampai kapitalisme dan imperralisme) dengan kemunculan beberapa teori ekonomi, perubahan sosial dan pembangunan. Secara khusus, bagian ini terbagi menjadi dua periode, yaitu sejarah sebelum dan setelah 1945. Pada bagian berikutnya, dibicarakan pandangan Karl Marx dan Rostow berkenaan dengan teori perubahan dan pertumbuhan bertahap. Kedua pakar ini perlu dibicarakan secara khusus, karena kontribusinya yang cukup besar terhadap permikiran tentangperubahan sosial danpembangunan. Dalam hal ini, Marx mewakili dasar-dasar pandangan klasik sedangkan Rostow dianggap mewakili pandangan modern.
Kemudian dilanjutkan dengan teori Modernisasi, yang disusul dengan kritik terhadap teori ini. Selanjutnya, diskusi diarahkan kepada kemunculan teori Keterbelakangan dan Ketergantungan sebagai reaksi terhadap berbagai kelemahan teori Modernisasi. Hal ini dilakukan untuk melihat pasang-surut teori-teori pembangunan, sejak kelahiran teori Modernisasi awal Tahun 1950an, sampai kemunculan teori Ketergantungan dan New Comparative Pilitical Economy (NCPE) awal 1980an. Secara ringkas, kritik yang tajam terhadap kegagalan teori Modernisasi tidak seluruhnya benar, hal ini dapat dibuktikan secara empiris dalam bagian selanjutnya. Apabila dipahami dengan seksama, pandangan NCPE sesungguhnya merupakan kebangkitan dari teori Modernisasi yang telah dianggap gagal di Amerika Latin, dimana teori ini seolah-olah telah banyak melakukan penyesuaian sepanjang waktu.
Pada bagian akhir kuliah dibahas kasus penerapan teori modernisasi di Indonesia dan membandingkannya dengan Malaysia dan Thailand. Dalam pembahasan tiga negara ini, perhatian diarahkan kepada hubungan antara pertumbuhan ekonomi (dengan indikator GNP per kapita), dengan beberapa indikator prediktor, terutama hutang luar negeri dan penanaman modal asing (PMA). Kasus ini disajikan agar mahasiswa dapat melihat operasionalisasi teori pembangunan (khususnya teori Ketergantuangan) dalam praktek pembangunan di ketiga negara tersebut. Dengan contoh ini, mahasiswa dapat melihat teknik dan prosedur yang bisa digunakan untuk menganalisis fenomena pembangunan di negara-negara yang sedang berkembang. Dengan demikian, analisis tentang teori pembangunan diharapkan akan lebih luas.
Selain membahas konsep-konsep dan teori, secara empiris dapat dilihat juga implementasi dan hasil-hasilnya di tiga negara tersebut. Penyajian tentang hal ini perlu dilakukan mengingat berbagai kepustakaan yang tersedia dalam Teori Pembangunan di Indonesia, belum banyak melakukan analisis teoritis dan empiris, sehingga hubungan diantara kedua dimensi ini belum jelas. Perlu dipahami misalnya, kebijakan dan strategi pembangunan di beberapa negara yang didasarkan kepada teori yang sama, tetapi menghasilkan kinerja pembangunan yang berbeda. Kebijakan dan strategi pembangunan di Indonesia, pada dasarnya sama dengan di Malaysia dan Thailand, juga Amerika Latin, yaitu menganut teori Modernisasi. Di negara-negara ini, bantuan luar negeri (hutang luar negeri dan PMA) telah menjadi mesin utama pertumbuhan dan perkembangan ekonomi, sesuai dengan teori Modernisasi. Namun, penerapan teori ini di tiga negara kasus, telah menghasilkan kinerja pembangunan yang berbeda. Analisis tentang beberapa hal yang meneyebabkan perbedaan ini dikemukakan dalam bagian akhir modul, yang berfokus kepada faktor-faktor internal di tiga negara kasus tersebut.