Neraca Ketersediaan Air Permukaan Dan Kebutuhan Air Pada Wilayah Sungai Di Indonesia

Neraca Ketersediaan Air Permukaan Dan Kebutuhan Air Pada Wilayah Sungai Di Indonesia 
Untuk penyusunan strategi pengelolaan sumber daya air terpadu, khususnya pendayagunaan sumber daya air terpadu secara nasional, diperlukan informasi akurat dan mutakhir mengenai neraca ketersediaan dan kebutuhan air pada seluruh wilayah sungai di Indonesia. Pada saat ini memang telah terdapat gambaran umum mengenai neraca air pada seluruh wilayah sungai di Indonesia, akan tetapi data dan informasi tersebut masih bersifat sangat global, yang dibuat berdasarkan hasil studi tahun 1993 dan mencakup 90 Satuan Wilayah Sungai (SWS), dimana saat studi ini dilakukan, Indonesia sudah dibagi atas 131 Wilayah Sungai (WS).


Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka bertambah pula kebutuhan akan air untuk berbagai keperluan, antara lain untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari, pertanian, perkotaan, industri, energi, wisata, olah raga, dan pemeliharaan lingkungan. Sementara itu air yang tersedia jumlahnya tetap, bahkan ada yang kualitasnya berkurang karena tercemar. Fenomena ini membuat munculnya konflik kepentingan akan air, baik antar sektor, antar wilayah administrasi, dan hulu-hilir dalam satu sungai. Indikator untuk melihat seberapa besar kebutuhan air dibandingkan dengan jumlah air yang tersedia adalah neraca air.


TINJAUAN PUSTAKA 
Sampai dengan saat ini, terdapat dua buah studi mengenai potensi sumber daya air nasional yang menyeluruh, yaitu FIDEP (1993), dan Ditjen Sumber Daya Air (2003). Kedua studi tersebut bersifat global, dan masih mencakup SWS (Satuan Wilayah Sungai ) yang lama yaitu 90 SWS, dan 27 Provinsi. 


The Study for Formulation of Irrigation Development Program in the Republic of Indonesia (FIDEP, 1993) merupakan suatu studi yang diselenggarakan secara bersama oleh Direktorat Jenderal Pengairan Departemen Pekerjaan Umum, Biro Sumber Daya Air dan Irigasi BAPPENAS, dan JICA. Studi yang dilaksanakan oleh konsultan Nippon Koei Co. Ltd. yang berkedudukan di Tokyo, Jepang ini merumuskan program nasional pengembangan irigasi, yang juga memuat beberapa hal mengenai ketersediaan air, kebutuhan air, dan neraca air secara nasional dalam pembagian 90 Satuan Wilayah Sungai (SWS) dan 27 Provinsi. Sedangkan studi neraca air nasional (2003) ini juga berdasarkan pada 90 Satuan Wilayah Sungai (SWS), dan hanya memberikan nilai ketersediaan air rata-rata, serta kebutuhan air, dan neraca airnya.


METODOLOGI
Neraca air dapat dinyatakan dalam berbagai cara, antara lain adalah: Indeks Penggunaan Air (IPA); Indeks Ketersediaan Air per Kapita; dan Neraca Surplus dan Defisit


Indeks Penggunaan Air atau IPA dihitung berdasarkan rumus


IPA = Qkebutuhan / Qketersediaan


Seberapa besar jumlah air yang tersedia pada suatu wilayah sungai dibandingkan dengan jumlah penduduk di dalam wilayah tersebut dinyatakan dengan indeks ketersediaan air perkapita. Perhitungan ketersediaan air per kapita, dengan membagi jumlah air yang tersedia, dengan jumlah penduduk di wilayah sungai. 



HASIL PEMBAHASAN
Indeks Pemakaian Air (IPA) memberikan hasil bahwa pada umumnya di Indonesia sudah masuk pada zona kritis. Kesimpulan ini diambil berdasarkan hasil perhitungan IPA yang pada umumnya memiliki besaran diatas 25%. Mengacu pada konsep pedoman neraca air, untuk pulau jawa dan pulau maluku berdasarkan nilai IPA sudah memasuki zona “kritis sedang” karena nilai IPA yang sudah diatas 50%. Hasil yang cukup signifikan berbeda ditunjukkan dengan nilai IPA yang dihitung berdasarkan kebutuhan air tanpa aliran pemeliharaan. Tanpa memasukkan kebutuhan air aliran pemeliharaan kedalam perhitungan memberikan hasil bahwa hanya pulau Jawa yang masuk pada zona kritis, yaitu “kritis ringan” dengan hasil perhitungan IPA antara 25% - 50%. Perbedaan yang signifikan ini dikarenakan besarnya kebutuhan aliran pemeliharaan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 tentang sungai dimana pada pasal 25 disebutkan bahwa perlindungan sungai dimaksudkan untuk menjaga ekosistem sungai, mulai dari hulu hingga ke muara, dimana perlindungan aliran pemeliharaan sungai dilakukan dengan debit andalan 95% (sembilan puluh lima persen).


Secara nasional, ketersediaan air per-kapita Indonesia sebesar 15,631 meter-kubik per-tahun per-orang termasuk tinggi di dunia, walaupun masih dibawah Kanada yang 86.700 tetapi masih diatas China dan India yang masing masing 2.100 dan 1.100. Sementara negara yang sangat kering seperti Mesir dan Jalur Gaza hanya 23,4 dan 11,7 (World Research Institute, 2012). Akan tetapi jika kita melihat pulau perpulau, hasil perhitungan menunjukkan bahwa pulau Jawa yang merupakan pulau dengan populasi terbesar di Indonesia memiliki indeks ketersediaan air perkapita sebesar 1,169 yang menunjukkan bahwa ternyata di pulau Jawa sudah masuk pada kondisi “ada kelangkaan (stress)”. 


Terlepas dari hasil perhitungan IPA dan indeks ketersediaan air perkapita yang memberikan hasil bervariasi, jika dilihat dari hasil perhitungan neraca air dengan cara mengurangkan ketersediaan air permukaan dengan kebutuhan airnya menunjukkan bahwa pulau-pulau di Indonesia masih memiliki surplus akan air. 

Tabel  Neraca Air dan Indeks Pemakaian Air.


Tabel  Indeks Ketersediaan Air Perkapita.



KESIMPULAN DAN SARAN
Disimpulkan bahwa: 1) Semua wilayah sungai di Indonesia masih dalam kondisi “surplus”, artinya jumlah air tersedia masih lebih besar dari kebutuhan air; 2) Menurut Indeks Penggunaan Air (IPA), seluruh kepulauan di Indonesia “tidak kritis” kecuali Jawa yang “kritis ringan”. Hal yang sama, dari jumlah ketersediaan air per-tahun per-kapita, seluruh kepulauan di Indonesia dalam kondisi baik, yaitu “tanpa tekanan”, hanya Jawa dalam kondisi “ada tekanan”.


Disarankan penerapan kebutuhan air untuk aliran pemeliharaan sungai perlu dilaksanakan secara hati-hati dengan mempertimbangkan kebutuhan air untuk penggunaan air lainnya. Upaya non-struktural berupa pengelolaan kebutuhan air (demand management) perlu diimplementasikan untuk meningkatkan keberlanjutan pengelolaan sumber daya air. 



DAFTAR PUSTAKA
- Badan Pusat Statistik, 2011, Sensus Penduduk 2010.
- Puslitbang Sumber Daya Air, (dari berbagai tahun). Publikasi Data Debit Aliran Sungai.
- World Resources Institute, 2011. The Earth Trends Information Guide for Water Resources.

Subscribe to receive free email updates: