Pengertian dan Karakteristik Agama Islam
a. Makna Agama Islam
Islam merupakan kata turunan (jadian) yang berarti ketundukan, ketaatan, kepatuhan (kepada kehendak Allah SWT), berasal dari kata salama yang artinya patuh/ menerima. Berakar dari huruf sin, lam, mim (s-l-m). Kata dasarnya adalah salima yang berarti sejahtera, tidak tercela dan tidak cacat. Dari perkataan salamat tersebut timbul ungkapan assalammu’alaikum yang mengandung doa dan harapan semoga anda selamat, damai, dan sejahtera yang telah membudaya dalam masyarakat Indonesia. Pengertian Islam sendiri dapat dipahami dari surat berikut: “Hai, orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara kaffah (keseluruhan), dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan-syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 208)
Sedangkan menurut Syekh Muhammad Naquib Al-Attas dalam bukunya yang berjudul “Islam dan Filsafat Sains” menjelaskan definisi Islam adalah penyerahan diri kepada Tuhan. Dari segi terminologis, Islam adalah cara hidup. Cara bagaimana manusia perlu mengatur hidup mereka di atas dunia.
b. Karakteristik Agama Islam
1. Islam Agama yang Sempurna
Islam dikenal sebagai agama yang sempurna berarti sempurna dalam mengatur segala bidang termasuk di dalamnya hablumminallah (hubungan manusia dengan Allah SWT), hablumminannas (hubungan manusia dengan sesama manusia), dan hablumminalalam (hubungan manusia dengan alam sekitarnya). Tak luput pula Islam pun turut mengatur segala aspek, mulai dari yang terkecil hingga yang terbesar dalam kehidupan sehari-hari sebagai contoh rukun-rukun serta doa-doa di setiap melakukan aktivitas seperti saat ingin makan, istinja, thaharah, dsb yang mana tidak ada agama lain yang mengatur hal tersebut selain Islam.
2. Islam sebagai Agama Tauhid (Tauhidullah)
Sementara itu sejak diturunkan, Islam mendasarkan dirinya pada pemusatan perhatian kepada Tuhan. Ia didasarkan pada tauhid (ke-esaan Tuhan). Kata tauhid adalah konsep dalam Islam yang mempertegas keesaan Allah, atau mengakui bahwa tidak ada sesuatupun yang setara dengan Dzat, Sifat, dan Asma Allah. Tauhid dapat dipecah dalam 3 aspek yakni bertauhid dalam kekuasaan Tuhan (rububiyyah), ibadah (uluhiyyah) dan dalam nama dan sifat Allah (Asma wa Sifat).
a. Rububiyyah
Rububiyah memiliki arti mempercayai dan mengakui bahwa hanya Allah dengan menggunakan nama Rabb satu-satunya yang memiliki serta memelihara seluruh Alam Semesta. Hal ini termaktub dalam Al Quran surat Az Zumar ayat 62: “Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu.”
b. Uluhiyyah/Ibadah
Memiliki pengertian bahwa hanya kepada Allah setiap ibadah dialamatkan, dan hanya Allah semata yang layak disembah. Hal ini pun tercantum dalam doa iftitah yang biasa kita baca sehari-hari dalam sholat “inna sholati wa nusuki wa mahyaya wa mamati lillahi robbil ‘aalamin.. Sesungguhhnya sholatku, ibadahku, dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan Semesta Alam..” Jadi, tauhid rububiyah adalah bukti wajibnya tauhid uluhiyyah.
3. Asma was Sifat
Memiliki pengertian bahwa sesuai nama dan sifat (karakteristik) Allah yang tercantum dalam Asmaul Husna yang disebutkan baik oleh Al Qur'an maupun diriwayatkan oleh Rasulullah SAW adalah hanya berhak disandang oleh Allah itu sendiri dan kita wajib untuk meyakininya.
Tauhid Bukan Monoteisme
Sebagai makhluk ciptaan Allah SWT sudah selayaknya kita hanya mengimani keesaan Allah semata. Dan jangan sampai kita menyalahartikan kata tauhid dengan kata monoteisme (menyembah satu Tuhan). Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Adian Husaini mengatakan bahwa banyak buku yang ditulis akademisi Muslim menjadikan Islam sebagai agama monoteisme. Islam bukanlah agama monoteisme. Menurutnya, Islam adalah agama wahyu. Karena itu, ia berbeda dengan agama-agama lain yang mengklaim sebagai agama monoteisme. Islam berdasarkan tauhid, dan tauhid bukan monoteisme. Kalau tauhid hanya Allah Swt yang diesakan. Berbeda dengan monoteisme yang mengesakan siapa saja, termasuk mengesakan batu atau Fir’aun.
Dalil Al Qur'an Tentang Keutamaan & Keagungan Tauhid
Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa berfirman: "Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu." (QS An Nahl: 36)
3. Islam sebagai Agama Rahmatan Lil’alamin
Salah satu karakteristik agama Islam yang lain adalah Islam agama rahmatan lil’alamin. Sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Anbiya ayat 107: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam”. Maknanya ialah bahwa kehadiran Islam di dunia membawa rahmat, keberkahan, kedamaian, dan keadilan bagi seluruh manusia di bumi. Ciri-ciri Islam sebagai rahmatan lil’alamin adalah:
- Orang lain ikut menikmatinya. Menikmati kebenarannya dan kebaikannya walaupun mereka nonmuslim dari aspek dan juga dari perilaku pengikutnya yang santun, simpatik, hormat, dsb.
- Orang lain merasakan faedahnya. Kemajuan yang diraih umat Islam terasa manfaatnya oleh orang nonmuslim. Misalnya, dunia ilmu pengetahuan kini memakai angka 0-9.
- Orang lain terangkat martabatnya. Islam sebagai agama yang menjunjung tinggi kebenaran turut mengangkat martabat orang-orang yang berada di sekitarnya. Misalnya dalam kisah Bilal bin Rabbah, budak hitam yang diperjualbelikan oleh kaum kafir Quraisy kemudian menjadi orang penting Rasulullah SAW setelah ia masuk Islam.
- Siapapun sangat membutuhkannya. Islam tidak eksklusif hanya diperuntukkan untuk umat Islam sendiri tapi seluruh manusia di muka bumi.
- Tak satu pun orang yang merasa tidak terbantu olehnya. Keagungan Islam yang membawa kebaikan turut membantu siapa saja. Misalnya pada masa The Golden Age. Perkembangan IPTEK seperti matematika, fisika, kimia, kedokteran, astronomi, dll, yang kini lebih maju di Barat berasal dari kemajuan yang dicapai oleh dunia Islam.
4. Islam sebagai Agama yang mengajarkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Karakteristik agama Islam yang terakhir adalah amar ma’ruf nahi munkar yang memiliki arti menyuruh kepada perbuatan yang baik dan mencegah dari perbuatan yang buruk. Allah SWT berfirman: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (Ali-Imran: 110)