Perkembangan Administrasi Dan Manajemen

Perkembangan Administrasi Dan Manajemen 
Walaupun administrasi dan manajemen telah ada sejak zaman dahulu kala, yaitu sejak adanya dua orang manusia yang bekerja sama untuk mencapai tujuan yang mereka sepakati, belumlah berarti bahwa administrasi pada zaman itu sudah merupkan ilmu. Administrasi dan manajemen lahir pertama kali sebagai seni yang kemudian berkembang menjadi ilmu. 


Adapun tahap-tahap perkembangan Administrasi dan manajemen dapat dikemukakan sebagai berikut :
Perkembangan Administrasi dan Manajemen sebagai Seni


Pekembangan administrasi dan manajemen sebagai seni meneurut Siagian (1977) dapat dibagi menjadi 3 fase utama yaitu :
1. Fase Pra Sejarah yang berakhir pada tahun 1 masehi.
2. Fase Sejarah yang berakhir pada tahun 1886, dan
3. Fase Modern yang dimulai pada tahun 1886 dan yang masih berlangsung hingga sekarang ini.


Fase Pra Sejarah
Banyak bukti-bukti yang menunjukkan bahwa prinsip-prinsip Administrasi telah dilaksanakan pada fase sejarah ini, meskipun mungkin masyarakat purba pada masa itu tidak secara sadar melaksanakannya.


Beberapa peradaban yang dapat di gunakan untuk melacak fenomena-fenomena administrasi dan manajemen serta prinsip-prinsip yang telah dijalankan sebagai bukti-bukti perkembangan administrasi dan manajemen dalam kurung waktu fase sejarah adalah sebagai berikut : 


1. Peradaban Mesopotamia.
Pada zaman Mesopotamia ini telah dijalankan prinsip-prinsip administrasi dan manajemen terutama di bidang pertanian, perdagangan, komunikasi, pengangkutan terutama pengangkutan sungai bahkan masyarakat Mesopotamia telah menggunakan logam sebagai alat tukar menukar yang memperlancar jalannya perdagangan.


2. Peradaban Babilonia
Administrasi perdagangan, pemerintahan, perhubungan dan pengangkutan telah berkembang pula dengan baik sejak zaman Babilonia ini. Peradaban Babilonia telah berhasil pula membina suatu sistem administrasi dan manajemen dibidang teknologi, yaitu dengan adanya taman gantung yang sampai saat ini belum dapat ditandingi oleh teknologi manusia modern.


3. Mesir Kuno
Analisis terhadap peninggalan-peninggalan zaman pra sejarah, membuktikan bahwa di Mesir kuno aspek administrasi dan manajemen yang sangat berkembang ialah penataan usaha kerja sama di bidang pemerintahan, militer, perpajakan dan pertanian (termasuk irigasi). Piramida di Mesir juga merupakan pembuktian bahwa dalam pembangunan peninggalan sejarah itu telah melibatkan ratusan ribu orang yang bekerjasama, dan tentunya didasari dengan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan atau pengerahan tenaga, dan pengawasan yang sifatnya formal. Di Mesir juga ditemukan bukti-bukti bahwa orang-orang Mesir telah menerapkan system desentralisasi dan penggunaan staf penasehat 2000 tahun sebelum masehi.


4. Tiongkok Kuno
Yang paling menonjol dan merupakan perkembangan yang belum pernah terjadi sebelumnya ialah bahwa masyarakat dan pemerintahan Tiongkok Kuno telah berhasil menciptakan suatu sistem Administrasi kepegawaian yang sangat baik. Demikian baiknya ciptaan itu sehingga banyak prinsip-prinsip administrasi kepegawaian modern yang terkenal dengan istilah “Merit System” itu dipinjam dari prinsip-prinsip Administrasi kepegawaian Tiongkok Kuno.


Tokoh-tokoh terkenal pada zaman ini adalah :

a) Confusius
Beliau terkenal tidak hanya sebagai ahli filsafat dan rohaniawan yang agung akan tetapi juga sebagai Negarawan dan Administrator yang besar. Selama jabatannya sebagai perdana menteri, Tiongkok Kuno menjadi sangat teratur, beliau telah menyusun apa yang ia sebut sebagai ketentuan Administrasi negara (Rules of Public Administration) yang merupakan kode etik bagi para pejabat pemerintah pada waktu itu.


b) Chow
Chow pun pernah menjabat sebagai perdana menteri Tiongkok Kuno. Beliau telah menciptakan apa yang disebut Undang-Undang Chow (The Constitution of Chow) yang merupakan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh setiap pegawai negeri. Syarat-syarat itu cukup berat sekalipun dilihat dari kacamata modern sekarang ini, yaitu : kejujuran, kecakapan, pengabdian kepada kepentingan umum, pengetahuan yang mendalam tentang kondisi negara,, kemampuan selalu sibuk dan produktif.


c) Moti
Beliau ini dipandang sebagai perdana menteri yang berpandangan sosialime pertama di dunia dan sumbangnnya yang terpenting adalah perbaikan di bidang pertanian.


5. Romawi Kuno.
Pekembangan Administrasi pada zaman Romawi Kuno dibuktikan dengan adanya ahli filsafat terkenal yaitu CICERO, terutama dalam 2 bukunya yang masing-masing berjudul “ De Office ” dan “ De Legibus (The Low). Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa pemerintah Romawi Kuno telah berhasil memerintah daerah yang sangat luas dengan penggunaan apa yang dikenal sekarang dengan istilah “System Approach”. Tugas-tugas pemerintah dibagi dalam departemen-departemen yang disebut “Magistrates” yang dipimpin oleh seorang magistrator. Disamping itu, pemerintah Romawi Kuno telah berhasil pula mengembangkan Administrasi Militer, Administrasi Pajak, Administrasi Perhubungan lebih dari zaman-zaman sebelumnya.


6. Yunani Kuno.
Sumbangan terkenal dari Yunani Kuno yang mempengaruhi jalannya proses administrasi ialah pengembangan konsep demokrasi. Meskipun konsep demokrasi pada zaman Yunani Kuno berbeda dengan konsep yang kini umum belaku di dunia. Sebagaimana diketahui, demokrasi dalam bahasa Yunani terdiri dari 2 kata yaitu “demos” yang berarti rakyat dan “krato” yang berarti kekuasaan. Jadi kekuasaan rakyat. Letak perbedaan konsep demokrasi di kala itu dan sekarang ialah terletak pada perbedaan interpretasi tentang “rakyat”. Yang tergolong kepada rakyat dari suatu polis (Negara kota) pada zaman yunani kuno hanya terbatas pada mereka yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Pria
b. Dewasa ( 21 Tahun )
c. Lahir di Athena ( sebagai polis terbesar dan terpenting )
d. Orang Tua warga negara Athena.


Pembatasan pengertian “rakyat” ini memang logis bagi rakyat Yunani Kuno karena 75 % dari penduduk Athena terdiri dari pendatang atau budak belian.


Dengan pembatasan-pembatasan ini pun Yunani Kuno telah berhasil menciptakan parlemen pertama di dunia yang pada waktu itu disebut “Dewan Orang-Orang Tua yang Bijaksana”. Urusan-urusan di bidang pertahanan diatur sendiri oleh suatu dewan yang disebut “Dewan Militer”.


Suatu ciri khas dari masyarakat Yunani Kuno ialah bahwa orang-orang yang tergabung sebagai rakyat, paling sedikit satu kali dalam hidupnya harus menjadi pegawai negeri tanpa bayaran.


Dengan uraian perkembangan Administrasi pada fase Pra Sejarah ini, jelas menunjukkan bahwa pada mulanya Administrasi Negara berkembang jauh lebih pesat dari Administrasi Niaga, sedangkan pada zaman modern sekarang ini kelihatannya keadaannya terbalik. Penyebabnya antara lain ialah perkembangan industri dan teknologi yang sangat pesat.


Fase Sejarah ( Tahun 1 M sampai dengan 1886 )
Dalam fase ini timbul di daerah Eropa tiga kelompok sarjana yang terdapat pada 3 negara yang berbeda-beda dan mempunyai pandangan yang garis besarnya sama yaitu :
1. Kaum Kameralisten yang terdapat di Jerman dan Australia.
2. Kaum Merkantilizen di Inggris, dan 
3. Kaum Fisiokraten di Perancis.( Siagian, 1977)


Mereka ini sebenarnya adalah pelopor-pelopor Administrasi ilmiah, karena inti dari teori-teori mereka ialah bahwa perekonomian dari pada suatu negara hanya bisa akan kuat apabila kegiatan-kegiatan administrasi dan manajemen dilaksanakan sebaik-baiknya, akan tetapi administrasi dan manajemen belum diketemukan pada waktu itu, maka mereka digolongkan sebagai ahli ekonomi.


Bukti yang dapat diketengahkan dari ketiga kelompok ahli tersebut sebagai pelopor Administrasi dan manajemen ilmiah ialah hasil karya mereka, diantaranya adalah George Von zincke yang telah menghasilkan 537 karya ilmiah dari 175 diantaranya membahas Administrasi pertanian. 


Charles Babbage, yang pada permulaan abad 18 telah menulis buku yang berjudul “The Economy of manufacture” dalam buku tersebut mengemukakan pentingnya efisiensi dalam usaha mencapai tujuan. Namun selama hampir satu abad hasil karya ini terlupakan dan baru diselidiki kembali setelah lahirnya manajemen ilmiah ( scientific management movement ), yang dipelopori oleh Frederick Winslow Taylor di Amerika Sertikat. Gerakan ini dimulai tahun 1886 dan menandai 2 hal yaitu : (1) berakhirnya status administrasi dan manajemen sebagai seni semata-mata, tetapi mulai berdwistatus karena administrasi dan manajemen itu berstatus pula sebagai ilmu, dan (2) berakhirnya fase sejarah dalam perkembangan administrasi dan manajemen dan tibanya fase modern yang dimulai pada tahun 1886 dan yang masih berlangsung terus hingga dewasa ini. 


Fase Modern
Fase modern ini ditandai dengan lahirnya gerakan Manajemen Ilmiah yang dipelopori F.W.Taylor sebagai seorang sarjana Pertambangan. Taylor memperhatikan bahwa effisiensi dan produktifitas buruh tidak terlalu tinggi disebabkan terlalu banyaknya waktu dan gerak-gerik kaum buruh yang tidak produktif. Kemudian Taylor mengadakan penyelidikan tentang hal-hal tersebut yang disebut “ Time and Motion Study “ dan hasilnya dituliskan dalam suatu buku yang berjudul “ The Principles of Scientific Management “ dan diterbitkan pada tahun 1911 setelah terlebih dahulu dibacakan dalam kongres para sarjana teknik Amerika.


Demikian pula di Prancis seorang ahli pertambangan yang bernama Henri Fayol. Beliau menyelidiki sebab musabab kegagalan perusahaan yang ditempatinya bekerja. Berkat usahanya itu perusahaan tersebtu dapat diselamtkan dari kehancuran. Dan kemudian hasil pemikirannya itu dituangkan dalam suatu buku yang terbit pada tahun 1916, dan pada tahun 1930 diterjemahkan kedalam ke dalam bahasa inggris dengan judul “ General and Industrial Management “.


Pada dasarnya kedua tulisan dari ahli tersebut diatas saling melengkapi, karena Taylor menyoroti pada pelaksana dan pimpinan tingkat rendah, sedang Fayol menyoroti golongan pimpinan tingkat atas dari suatu organisasi.


Kedua tokoh inilah yang memegang peranan dan memberikan sumbangan yang sangat besar dalam meletakkan dasar pertumbuhan administrasi dan manajemen sebagai ilmu pengetahuan. Karenanya F.W. Taylor dijuluki sebagai Bapak Gerakan Managemen Ilmiah dan H. Fayol dijuluki sebagai Bapak Teori Administrasi.


Perkembangan Administrasi dan Manajemen Sebagai Ilmu 
Perkembangan administrasi dan manajemen sebagai ilmu sejak lahirnya sampai sekarang dapat ditinjau dari empat tahap perkembangan menurut S.P. Siagian (1977)sebagai berikut: 

1. Tahap Survival ( 1886 -1930 )
Dalam waktu yang cukup lama ini para ahli yang melakukan spesialisasi dalam bidang administrasi dan manajemen memeperjuangkan diterimanya administrasi dan manajemen sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri yang setaraf dengan ilmu pengetahuan lainnya.


2. Tahap Konsolidasi dan Penyempurnaan ( 1930 -1945 )
Tahap ini dikatakan tahap konsolidasi dan penyempurnaan karena pada waktu itu prinsip-prinsip, dalil-dalil serta rumus-rumus dari ilmu Administrasi dan manajemen lebih disempurnakan sehingga kebenarannya tidak dapat lagi dibantah.


3. Tahap Human Relation ( 1945 -1959 )
Pada tahun ini perhatian para ahli dibidang administrasi dan manajemen mulai beralih pada faktor manusia serta hubungan-hubungan formal dan informal yang mungkin perlu diciptakan, dibina serta dikembangkan oleh dan antar manusia pada semua tingkatan organisasi demi terlaksananya kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan dalam suasana yan intim dan harmonis.


4.Tahap Behaviouralisme ( 1959 hingga sekarang )
Pada tahap ini yang disoroti bukan lagi hanya manusianya sendiri sebagai mahluk hidup yang mempunyai martabat,, kepribadian, Tujuan, cita-cita, serta keinginan yang khas, akan tetapi sudah meningkat kepada penyelidikan tentang tindak tanduk manusia dalam kehidupan berorganisasi dan alasan-alasan mengapa manusia itu melakukan tindakan-tindakan demikian, tindakan-tindakan manusia yang merugikan organisasi diteliti dan di usahakan bagaimana cara agar tindakan dapat dirubah sehingga merupakan tindakan yang menguntunkan organisasi. Tindakan-tindakan yang sudah ada yang telah menguntunkan organisasi perlu ditingkatkan guna mencapai tujuan yang lebih efektif, ekonomis, dan efisien.


Disamping keempat tahap perkembangan yang dinyatakan oleh SP. Siagian diatas, beliau mengemukakan pula bahwa untuk tahap selanjutnya administrasi dan manajemen akan memasuki tahap matematika. Ini dapat dilihat misalnya dewasa ini dengan tata cara administrasi modern, yaitu kurangnya fungsi-fungsi dari manusia dalam beberapa bidang tertentu dalam pelaksanaan administrasi.


Seperti adanya sistem komputer, dimana dengan sistem ini menunjukkan bahwa tahap matematika dari perkembangan ilmu administrasi sudah diambang pintu, sehingga dengan demikian banyak tugas-tugs administrasi yang akan beralih dari tangan manusia kepada mesin-mesin terutama kegiatan-kegiatan yang bersifat rutin.


Namun demikian perlu disadari bahwa peranan manusia dalam proses administrasi tidak akan berkurang, mungkin yang berubah hanya sifat pekerjaan saja.


Fungsi-fungsi sperti pengambilan keputusan, penentuan kebijaksanaan, perencanaan, pengawasan dan banyak kegiatan-kegiatan lainnya masih tetap dan hanya dapat dijalankan manusia,, karena mesin tidak dengan sendirinya dapat mengambil suatu keputusan, kecuali hanya mengemukakan data, dan data mana merupakan pegangan dan dasar bagi manusia untuk mengambil keputusan.


Administrasi dan Manajemen sebagai Seni dan Ilmu 
Sebagaimana dikemukakan pada uraian dimuka, bahwa gerakan manajemen ilmiah yang dipelopori F.W. Taylor tahun 1886 menandai berakhirnya status administrasi dan manajemen sebagai seni semata-mata, dan mulai berdwistatus, yaitu disamping sebagai seni juga sebagai ilmu.


Istilah “seni” atau art ini berasal dari bahasa Latin yang berarti “skill” atau keahlian, kemahiran yang timbul dari dalam untuk mewujudkan sesuatu. Dengan demikian, administrasi dan manajemen yang dianggap seni adalah keahlian atau kemampuan kerja untuk mencapai sesuatu hasil yang diinginkan atau dengan kata lain administrasi dan manajemen ditinjau dari segi praktisnya.


The Liang Gie dalam buku Kamus Administrasi menjelaskan mengenai hal ini sebagai berikut : Pengertian seni Administrasi biasanya dilawankan denga ilmu Administrasi (The Scienc of Administration). Di sini, seni administrasi diartikan sebagai penggunaan kemahiran, kecerdikan, pengalaman, firasat dan penerapan pengetahuan secara sistematis yang dilakukan oleh seorang pejabat pimpinan dalam suatu usaha kerja sama sehingga tujuan usaha itu tercapai.


Disamping administrasi dan manajemen sebagai seni juga sebagai ilmu. Administrasi sebagai ilmu melalui perjuangan yang cukup lama dan diawali dengan praktek, ingat penyelidikan yang dilakukan oleh F.W. Taylor dan Henri Fayol yang kemudian melahirkan teori-teori yang sangat diperlukan dalam usaha meningkatkan efesiensi perusahaan. Kemudian perkembangan selanjutnya, administrasi tergolong sebagai ilmu karena telah memenuhi syarat-syarat ilmu pengetahuan. Adapun syarat-syarat yang dimaksud adalah : (1) tersusun secara sistematis, (2) obyektif-rasionil sehingga dapt dipelajari, (3) menggunakan metode ilmiah, (4) mempunyai prinsip-prinsip tertentu, (5) dapat dijadikan teori.


Semua syarat-syarat tersebut telah dipenuhi oleh Administrasi, seperti sistematika dapat dilihat dari segi unsur-unsurnya, obyek permasalahannya yaitu soal-soal kegiatan manusia dalam bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan, hal ini dapat ditelaah secara obyektif dan rasionil. Sedangkan mengenai metode penyelidikannya meliputi pengamatan, percobaan dan analisis. Dan prinsip-prinsipnya ialah dari segi efesiensi.


Selanjutnya sebagai bukti administrasi dan manajemen sebagai ilmu pengetahuan ialah adanya lembaga-lembaga pendidikan yang membina ilmu administrasi ini. Seperti AIA (Akademi Ilmu Administrasi), STAN (Sekolah Tinggi Administrasi Negara), Jurusan Administrasi Niaga/Negara dari perguruan tinggi baik yang berstatus negeri maupun swasta.


Disamping itu sebagai bukti pula beberapa sarjana yang berpendapat bahwa Administrasi sebagai ilmu diantaranya dapat dikemukakan sebagai berikut :


Luther Gullick, beliau mengatakan bahwa Administrasi berkenaan dengan terciptanya tujuan yang telah ditentukan. Jadi ilmu Administrasi adalah system pengetahuan, dengan pengetahuan tersebut manusia dapat mngerti hubungan-hubungan, meramalkan akibat-akibat dengan mempengaruhi hasil-hasil pada suatu keadaan di mana orang-orang secara teratur bekerja sama untuk tujuan bersama. Dalam ilmu Administrasi, baik Administrasi negara, Administrasi swasta hal baik menjadi asasnya ialah efisiensi. Tujuan pokok lmu Administrasi adalah terselenggaranya pekerjaan dengan penggunaan tenaga manusia dan benda yang sedikit-dikitnya.


Siagian (1977) mengemukakan pula bahwa, ilmu pengetahuan didefenisikan sebagai suatu obyek ilmiah yang memiliki sekelompok prinsip, dalil dan rumus melalui percobaan-percobaan yang sistematis dilakukan berulang kali telah teruji kebenarannya, prinsip-prinsip, dalil-dalil dan rumus-rumus mana dapat diajarkan dan dipelajari.


Administrasi adalah suatu obyek ilmiah, yang telah memiliki prinsip-prinsip, rumus-rumus, dalil-dalil sehingga ia merupakan ilmu pengetahuan.


Akan tetapi harus diingat bahwa ilmu Administrasi yang tergolong kedalam ilmu-ilmu sosial mempunyai karakterstik yang berbeda dengan karateristik ilmu-ilmu eksakta. Ilmu-ilmu eksakta mempunyai karateristik utama, yaitu bahwa keseluruhan prinsip-prinsip, rumus-rumus dan dalil-dalilnya berlaku universal dan dapat diterapkan melalui proses adopsi karena prinsip-prinsip, rumus-rumus dan dalil-dalil tersebut tidak mengenal batas waktu dan tempat. Dimanapun, bilamanapun dan oleh siapapun diterapkan pasti mendatangkan hasil yang sama. Misalnya, jumlah sudut suatu segi tiga berjumlah 180 derajat.


Sebaliknya, ilmu-ilmu sosial memang juga mempunyai prinsip-prinsip, rumus-rumus dan dalil-dalil yang bersifat universal. Akan tetapi didalam penerapannya harus di sesuaikan dengan kondisi, tempat, waktu, dan manusia agar memberikan hasil yang diharapkan. Satu-satunya rumus yang sungguh-sungguh berlaku bagi ilmu-ilmu sosial ialah : Dalam ilmu-ilmu sosial satu-satunya kepastian adalah ketidakpastian. Memperhitungkan faktor keadaan, tempat, waktu, dan manusia dan ilmu Administrasi disebut memperhitungkan faktor-faktor ekologis ( lingkungan ).


Dengan demikian jelas sekali bahwa Administrasi disamping sebagai seni, juga sebagai ilmu. Hal ini diakui oleh Siagian di mana beliau mengemukakan sebagai berikut : “ Administrasi sekarang ini dikenal sebagai Artistic Science karena didalam penerapannya seninya masih tetap memegang peranan yang menentukan, sebaliknya seni Administrasi dikenal sebagai suatu Scientific Art, karena seni itu sudah didasarkan atas sekelompok prinsip-prinsip yang telah teruji kebenarannya “.


Perbedaan Antara Administrasi Ilmiah dan yang Non Ilmiah
Dalam pembahasan sebelumnya terlihat bahwa administrasi dapat dianalisis dari dua segi. Segi pertama, ialah administrasi sebagai suatu “seni” yang sebagai suatu fenomena sosial telah ada sejak timbulnya peradaban manusia. Sebagai suatu fenomena sosial administrasi yang telah berkembang sejak zaman purba hingga timbulnya “Gerakan Management Ilmiah” tidak didasarkan kepada keilmuan (non Ilmiah).


Segi kedua, ialah Administrasi yang telah bersifat keilmuan yang lahir pada tahun 1886 dan masih terus berlangsung hingga sekarang.


Karena Administrasi sekarang ini sudah merupakan sutu “Artistic Science” dan “Scientific Art”, maka ada perbedaan-perbedaannya jika dibandingkan dengan situasi dimana Administrasi itu hanya bersifat “seni” semata, maka perbedaan-perbedaan itu antara lain sebagai berikut :


1. Filsafat yang dianut 
a. Administrasi yang ilmiah menganut filsafat yang “People Centered”, yang berarti memandang dan memperlakukan manusai tidak hanya sebagai alat pelaksana semata-mata, akan tetapi sebagai oknum yang berkepribadian, bertujuan, bercita-cita dan mempunyai ratio.
b. Administrasi non ilmiah menganut filsafat yang “job centered” yang berarti bahwa dalam usaha mencapai tujuan, yang penting adalah tugas-tugas yang harus dilaksanakan agar selesai tepat waktunya.


2. Approach yang dipergunakan
a. Administrasi yang ilmiah menggunakan “approach efisien dan ekonomis”. Karena para pelaksananya semakin menyadari bahwa sumber-sumber yang tersedia dalam usaha kerja sama untuk mencapai tujuan semakin terbatas.
b. Approach Administrasi yang non ilmiah adalah “efektifitas” yang berarti bahwa dalam proses Administrasi, tercapainya tujuanlah yang terpenting dan tidak mempersoalkan mengenai pengorbanan tenaga, waktu, ruang dan uang yang diberikan.


3. Metode Kerja
a. Administrasi Ilmiah menggunakan metode kerja yang sistematis dan prosedur kerja yang sederhana dan sesuai dengan kebutuhan.
b. Administrasi yang Non Ilmiah menggunakan metode kerja yang tidak sistematis dan cara kerja yang sering didapatkan pada system coba-coba (Trial and Error) yang sering mengakibatkan kesalahan, kekeliruan, salah perhitungan dan pemborosan.


4. Cara Bekerja
a. Administrasi yang ilmiah bekerja dengan cara revolusioner dengan cepat.
b. Administrasi yang non ilmiah bekerja dengan cara-cara tradisional, kurang daya cipta serta lamban.


Kedudukan Ilmu Administrasi dalam Dunia Ilmu Pengetahuan
Persoalan di dalam Ilmu Administrasi sebenarnya terletak atau berpokok pada manusia, yaitu manusia dalam berkelompok melakukan kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.


Jadi ilmu Administrasi termasuk salah satu diantara berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang memberikan perhatian terhadap persoalan manusia.


Semua ilmu pengetahuan pada dasarnya langsung atau tidak senantiasa ada hubungannya dengan manusia, yaitu bagaimana membantu manusia mencapai kehidupan yang lebih baik. Hanya perbedaan tiap-tiap ilmu itu terletak pada bagaimana masing-masing ilmu pengetahuan itu ” memandang” masalah manusia yang banyak ragamnya itu. Antara ilmu pengetahuan dan manusia terdapat hubungan-hubungan korelatif, di mana semua Ilmu Pengetahuan itu diarahkan kepada diri manusia.


Pada mula timbulnya ilmu pengetahuan, kesemuanya disebut filsafat. Dinamika masyarakat menuntut perkembangan lebih jauh dari filsafat itu sehingga timbul tiga cabangnya, yaitu :
  1. Ilmu-ilmu eksakta, seperti ilmu kimia matematika, fisika, dan lain-lain.
  2. Ilmu-ilmu sosial, seperti ilmu hokum, ekonomi, politik, dan lain-lain
  3. Humaniora, seperti seni musik, seni tari, seni rupa, sastra, danlain-lain.

Ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari kegiatan-kegiatan yang terjadi sebagai akibat manusia hidup berkelompok. Gejala-gejala yang berkenaan dengan aktivitas-aktivitas kelompok lazim disebut gejala-gejala sosial, dan ilmu yang mempelajarinya adalah ilmu-ilmu social.


Karena Ilmu Administrasi berkenaan dengan manusia dalam hidup berkelompok, maka ilmu Administrasi juga tergolong sebagai ilmu sosial, dan malahan dapat dikatakan merupakan salah satu cabang terbaru dari ilmu-ilmu sosial. Secara khusus dapat pila dikatakan bahwa Ilmu Administrasi termasuk kelompok “applied sciences” dari pada ilmu-ilmu sosial karena kemanfaatannya hanya ada apabila prinsip-prinsip, rumus-rumus dan dalil-dalilnya diterapkan untuk meningkatkan pri kehidupan manusia.


Untuk lebih jelasnya dimana letak Ilmu Administrasi dalam dunia ilmu pengetahuan, maka dapat digambarkan pembagian ilmu pengetahuan menurut SP Siagian sebagai berikut :



Hubungan Ilmu Administrasi dengan Ilmu-ilmu Lainnya
Ilmu Administrasi tidak lepas ikatannya dari ilmu-ilmu lainnya, terutama dengan ilmu-ilmu sosial.

Ilmu-ilmu yang mempunyai hubungan erat dengan ilmu admnistrasi ialah :
1. Ilmu hukum, yaitu suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari norma-norma dan kaidah-kaidah yang hidup didalam masyarakat. Kelangsungan hidup yang teratur serta perkembangan yang dinamis dari administrasi hanya dapat dijamin apabila ia taat kepada hukum yang berlaku.

2. Ilmu Ekonomi, sebagai suatu ilmu yang mempelajari kebutuhan manusia yang selalu tidak terbatas dengan alat-alat pemuas kebutuhan yang selalu terbatas, administrasi bekerja atas prinsip yang sama karena tujuan organisasi pada hakekatnya tidak terbatas sedangkan sumber-sumber yang tersedia atau mungkin, tersedia selalu terbatas. Ditinjau dari segi tujuan dan alat ini, antara Ilmu Ekonomi dan Ilmu Administrasi berbeda hanya ditinjau dari segi obyeknya saja.

3. Ilmu politik, yaitu suatu ilmu yang mempelajari percaturan kekuatan dan kekuasaan dalam masyarakat. Pada dasarnya administrasi adalah “Policy Execution”. Policy yang dimaksud disini adalah kebijaksanaan dari pihak penguasa yang dirumuskannya sesuai dengan kondisi politik yang dihadapi. Leonard D. White berkata bahwa : “apabila potik berakhir, administrasipun mulai”. Dengan demikian administrasi harus melekatkan dirinya kepada politik karena yang satu merupakan konstinuasi dari yang lain.

4. Sejarah, yang menyelidiki keseluruhan dari tindakan-tindakan manusia dimasa-masa yang lalu. Para sarjana administrasi hanya akan berhasil melaksanakan tugasnya apabila mengetahui sejarah secara mendalam. Manfaatnya ialah untuk dapat menarik pelajaran dan pengalaman masyarakat, bangsa dan pemerintahan yang lalu agar, segi-segi negatifnya tidak berulang kembali.

5. Sosiologi, yakni ilmu yang mempelajari tata bermasyarakat yang sangat erat hubungannya dengan administrasi, karena administrasi berdarma bakti kepada masyarakat, baik masyarakat kecil dalam lingkungan suatu organisasi, maupun masyarakat sebagai keseluruhan.

6. Antropologi, yakni ilmu yang mempelajari tindak tanduk individu di dalam masyarakat. Manusia merupakan unsur terpenting di dalam suatu organisasi dalam rangka usaha pencapaian Tujuan. Jika demikian halnya secara logis terlihat adanya persamaan obyek kedua ilmu pengetahuan ini, hanya approach dan metode analisis yang berbeda.

7. Ethnologi, yaitu ilmu yang mempelajari sifat, kebudayaan dan adat istiadat sesuatu bangsa perlu pula diketahui oleh ahli administrasi terutama mereka yang berkecimpung dalam kegiatan internasional (baik dibidang kenegaraan maupun di bidang perniagaan). Sasarannya ialah untuk mengetahui sifat-sifat kepribadian, kelemahan-kelemahan dan tempramen bangsa lain itu karena dengan mengetahui hal-hal tersebut untuk menggerakkan mereka akan menjadi lebih mudah.

8. Ilmu Jiwa (psikologi), yaitu ilmu yang mempelajari jiwa seseorang. Seseorang hanya dapat digerakkan dengan baik apabila administrator yang menjadi atasannya mengenal jiwa seseorang tersebut. Kejiwaaan seseorang dapat dipelajari melalui Ilmu Jiwa terutama Ilmu Jiwa Umum, Psikologi Industri, dan Psikologi Sosial. 

9. Statistik, yaitu ilmu tentang data dan angka-angka. Salah satu tugas tepenting dari seorang Administrator atau manager ialah mengambil keputusan. Keputusan yang diambil harus tepat, praktis dan dapat dilaksanakan. Untuk memenuhi syarat-syarat keputusan yang demikian, seorang administrator atau manager perlu memiliki data dan informasi yang lengkap, up to date dan dapat dipercaya dan tersusun dengan sistematis. Pengumpulan, pengolahan dan penyimpanan data-data dan informasi yang demikian itu hanya dapat dilakukan melalui statistik.


Seorang administrator yang baik apabila ia memiliki paling sedikit pengetahuan dasar tentang ilmu-ilmu yang disebutkan diatas.Disamping itu, dengan memliki pengetahuan dasar tentang ilmu-ilmu tersebut, administrator memiliki pandangan luas terhadap masyarakat yang harus dilayani oleh administrasi, demikian pula ia akan memiliki semakin banyak sarana untuk memecahkan masalah yang dihadapi serta kemungkinan besar untuk menemukan pemecahan yang lebih baik.

Subscribe to receive free email updates: