Ekonomi Media

Ekonomi media
Ekonomi Media merupakan ranah kajian yang selama 40 tahun terakhir mengalami perkembangan dan kemajuan. Ada sekitar 351 artikel yang diterbitkan antara 1965 hingga 1988 dalam beberapa jurnal penting. ( Journal of Broadcasting and Electronic Media/ Jurnal penyiaran dan media elektronik, Journalism and Mass Communication Quarterly). Artikel-artikel tersebut berfokus pada beberapa aspek ekonomi komunikasi.


Ekonomi Media memuat penerapan teori-teori , konsep-konsep dan prinsip-prinsip ekonomi untuk mengkaji sisi ekonomi makro maupun mikro dari industri-industri dan perusahaan-perusahaan media. Seiring dengan meningkatnya konsolidasi dan konsentrasi industri media, Ekonomi Media hadir sebagai wilayah studi yang penting, baik bagi para akademisi, pembuat kebijakan, maupun analis industri. Literatur Ekonomi Media memuat beragam pendekatan metodologis , melibatkan baik metode kuantitatif maupun kualitatif, analisis statistik, juga kajian data dalam sisi finansial, sejarah maupun politik.


Ada 4 hal yang akan dibahas dalam bab ini, pertama telaah perkembangan ekonomi media dari kacamata sejarah yang akan menelusuri akar dasar sisi ekonominya. Kedua akan mengupas dimensi teoritis dan metodologis ekonomi media. Ketiga menyuguhkan konsep-konsep penting terkait dengan ekonomi media dan keempat review atas isu-isu kontemporer yang disampaikan para sarjana ekonomi media. Ilustrasi yang ada diambil dari Negara Amerika Serikat.

EKONOMI : PERKEMBANGAN SEJARAH
Siapa saja yang ingin memahami perkembangan sejarah ekonomi media harus memulai dari ekonomi itu sendiri. Literatur pemikiran ekonomi awal mulai berkembang antara tahu 1500 sampai 1800. Kebanyakan karya tersebut muncul di Eropa Barat (Landreth & Colander 1989)


Bentuk pemikiran ekonomi yang paling awal adalah merkantilisme yang muncul pada abad ke 16. Penganut paham merkantilisme berpendapat bahwa kemakmuran sama dengan jumlah emas dan perak yang dimiliki. Jika sebuah Negara kekurangan emas dan perak mereka dapat memperolehnya dari jual beli maupun perdangangan. Hal ini akhirnya membawa intervensi politik di dalam pasar berupa pemberlakuan tarif dan subsidi sehingga kepentingan ekonomi naik menjadi kebijakan nasional.


Pada abad ke 18 sekelompok filosof prancis, Physiocrats, menolak merkantilisme dalam pertanian. Mereka menyerukan laissez-faire, atau campur tangan pemerintah seminimal mungkin di pasar. Kaum Physiocrats merupakan salah satu kelompok awal yang memandang ekonomi sebagai aliran input output yang constant.


Adam Smith, seorang filsuf dan juga sarjana, dihormati atas jasanya menghadirkan beberapa tulisan yang merupakan salah satu sintesis awal pemikiran ekonomi pada tahun 1776. Tulisan –tulisan itu merupakan karya yang sering disebut sebagai The Wealth of Nations. Smith memdefinisikan bahwa tanah, tenaga kerja dan modal adalah tiga factor pokok produksi dan penyumbang utama bagi kemakmuran suatu bangsa. Menariknya, Adam Smith mengacu kepada disiplin yang baru tumbuh yaitu Ekonomi politik. Istilah yang digunakan secara sangat berbeda dalam pemikiran ekonomi kontemporer. (lihat halam 15 untuk melihat diskusi selengkapnya tentang ekonomi politik)


Bersama dengan Adam Smith ada beberapa penyumbang teori, Teori David Ricardo tentang tanah, sewa dan modal; Karya Robert Malthus dalam teori populasi ; kemudian karya John Stuart Mill ( dikenal sebagai catatan atas perbedaan antara alokasi sumberdaya, distribusi pendapatan dengan teori nilai). Kesemuanya membentuk periode klasik dari politik ekonomi. Karya-karya tersebut memusatkan perhatian pada peranan kekuatan-kekuatan ekonomi, biaya produksi dan kerja pasar.


Madzhab klasik ini seringkali ditantang oleh dua filsafat baru: Ekonomi orang-orang pinggiran (Marginalist Economics) dan Marxsisme. Para sarjana klasik meyakini bahwa harga ditentukan oleh biaya-biaya produksi dimana para marginalist memandang harga sebagai sesuatu yang terkait dengan tingkat permintaan , dan penganut ide Marx mereka memandang bahwa harga dikontrol dan ditentukan oleh kelompok/kelas penguasa.


Penganut paham marginal menyumbangkan perangkat analisis dasar atas penawaran dan permintaan, nilai guna konsumen, dan penggunaan matematika sebagai alat analisis. Mereka semua merupakan pendahulu bagi perkembangan ekonomi mikro. Kaum marginalis juga menunjukkan bahwa suatu system ekonomi dapat dipahami dengan baik ,dengan melihat adanya ekonomi pasar bebas dan kepemilikan factor produksi (tanah, tenaga kerja dan modal) . Kaum marginal memandang nilai dengan cara lebih ketat dibanding madzhab klasik.


Madzhab Marxis yang dibangun atas tulisan-tulisan Karl Marx, mengidentifikasi bahwa tenaga kerja merupakan sumber dari seluruh produksi. Marx menolak system pasar yang membolehkan para kapitalis, para pemilik pabrik dan mesin-mesin, untuk mengeksploitasi kelas pekerja dan menyangsikan para pemilik modal dalam berbagi barang yang dihasilkan. Marx telah meramalkan akan hancurnya kapitalisme, seiring dengan semakin kecilnya hak kelas pekerja. Mereka akan memberontak, mencampakkan kapitalisme dan menguasai sarana produksi.


Pada awal abad ke 20 lembaga tinggi pendidikan mulai memunculkan ranah baru dengan label “ekonomi”. Sebagai istilah kajian ilmu baik di Amerika maupun Eropa. Pada saat yang sama terjadi pergeseran focus penelitian ekonomi, dari pendekatan ekonomi klasik ke ekonomi neo klasik.


Ekonomi Neo Klasik dibedakan melalui penggunaan alat-alat analisis dan matematika( terutama Kalkulus Differensial) untuk memahami perilaku pasar dan penentuan harga (Ekelund & Herbert,1990). Sumbangan ekonomi neoklasik lainnya berupa minat yang murni pada teori permintaan, seperti hanya ekonomi klasik yang cenderung fokus pada produksi dan penawaran.


Banyak pronsip-prinsip yang dikembangkan oleh ekonomi neoklasik yang menjadi dasar ekonomi mikro yang leih luas.


Tulisan-tulisan William Stanley Jevons, Carl Mengger (1950) dan Leon Walras (1954) bersama dengan kontribusi awal dari Alfred Marshall (1961), membantu menyuburkan pertumbuhan kajian ekonomi sebagai kajian tertentu pada periode neoklasik.Marshall bisa jadi merupakan sarjana yang paling produktif sehingga mempengaruhi banyak mahasiswa selama pengabdiannya di Cambridge, sehingga membentuk pendekatan Marshallian dalam mengkaji ekonomi.


Marshall memoles banyak aspek teori ekonomi dan juga membuat studi lanjut penawaran industri, surplus konsumen, elastisitas permintaan serta alokasi sumber daya (ekelund & Herbert, 1990)


Abad 20 menyaksikan perubahan arah ekonomi, Jika sebelumnya struktur pasar diteorikan sebagai monopoli, duopoli atau pasar dengan persaingan sempurna. Edward H Chamberlin memunculkan teori tentang bentuk baru struktur pasar yang disebut kompetisi monopolistik. Kompetisi monopolistik terpusat pada peran diferensiasi produk, yang menawarkan penerapan pada beberapa pasar yang berbeda.. 


Jika dibandingkan dengan teori Chamberlain secara lebih umum dan tradisional Teori Joan Robinson (1969) tentang persaingan tidak sempurna menawarkan dua sumbangan penting. Pertama, analisis monopoli dan diskriminasi harga dan kedua pasar untuk tenaga kerja. 


Studi tentang ekonomi kemakmuran (pigou,1932), atau bagaimana ekonomi dapat digunakan untuk menawarkan kebijakan sosial yang lebih baik juga muncul pada masa periode neo klasik.


Perubahan pemikiran ekonomi pada abad 20 yang signifikan terwujud dengan munculnya ekonomi makro. Disini terjadi pergeseran fokus ke arah ekonomi agregat (massal/ total/ banyak), yang berisi keseluruhan bahasan seputar prinsip-prinsip pasar dan keuangan moneter.


Ekonomi makro menjadi katalis bagi keputusan kebijakan fiskal (perpajakan) bagi Amerika Serikat maupun Eropa Barat selama tahu 1950an sampai dengan 1960an. Seorang mahasiswa Alfred Marshall dan juga pendiri ekonomi keynesian, John Maynard Keynes, menjadi titik fokus perkembangan ekonomi makro.


Tulisan-tulisan keynes sangat beraneka ragam, namun yang paling berpengaruh adalah The General Theory of Employment, Interest and Money (Teori umum tentang ketenagakerjaan,bunga dan uang) (keynes,1930). Argumen-argumen keynes nantinya akan menjadi dasar alasan terakhir digunakannya belanja dan pajak oleh pemerintah untuk menstabilkan ekonomi.


Keynes berpendapat, ketika terjadi ancaman resesi dan kurangnya belanja swasta maka pemerintah harus meningkatkan belanja dan mengurangi pajak. Dan sebaliknya ketika terjadi ancaman inflasi dan belanja swasta terlalu banyak maka pemerintah harus mengurangi belanja serta meningkatkan pajak. Karya-karya keynes tentang faktor-faktor yang terkait dengan proses belanja total sampai saat ini masih menjadi inti dari analisis ekonomi makro modern.


Sarjana lainnya yang berperan memurnikan ekonomi makro sebagai pemikiran ekonomi mereka adalah; Irving Fisher ( money, prices and statistical analysis / uang, harga dan analisis statistik), Knut Wicksell (public Choice, pilihan publik), A.C. Pigou (Welfare economics, ekonomi kemakmuran), dan Milton Friedman ( economic policy and consumption, kebijakan ekonomi dan konsumsi). Saat ini ekonomi makro terkait dengan berbagai topik, didalamnya terdapat topik pertumbuhan ekonomi, ketenagakerjaan, produksi dan produksi agregat/keseluruhan, inflasi dan ekonomi politik (Albarran,2002). Wilayah studi lainnya yang juga berkaitan dengan periode ini adalah ekonomi internasional, ekonomi terapan dengan metode-metode yang lebih baik serta adopsi alat-alat analisis dan statistik dalam ekonometri.


Teori-teori ekonomi serta gagasan-gagasan ekonomi senantiasi berubah dan berkembang. Dipenghujung tahun 1960, inflasi yang meningkat serta perubahan dalam produktifitas mulai menekan gagasan ekonomi kearah-arah baru. Teori-teori pakar keuangan kembali ditekankan pada pentingnya pertumbuhan persediaan uang sebagai penentu inflasi. Harapan logis untuk mengantisipasi campur tangan pemerintah dalam ekonomi dengan beralasan bahwa kemampuan pasar dalam mengantisipasi kebijakan pemerintah akan membatasi efektifitas pasar tersebut.


Akhirnya, “sisi penawaran” ekonomi menjadi pokok perhatian mazhab klasik dengan menjadikan pertumbuhan ekonomi sebagai prasyarat perbaikan kesejahteraan masyarakat. Ekonomi sisi penawaran menekankan pada insentif bagi tabungan dan investasi ketika ekonomi negara baik, demikian pula sebaliknya, pembatalan semua insentif pemerintah ketika ekonomi dalam keadaan bahaya melalui perpajakan yang tinggi.


Ulasan tentang sejarah perkembangan utama gagasan ekonomi dimaksudkan untuk menggambarkan keanekaragaman dasar filsafat dan teori ekonomi. Seiring dengan murni dan utuhnya studi ekonomi para sarjana mulai menyelidiki hal-hal berbeda mengenai pasar dan industri, penerapan konsep dan prinsip ekonomi dalam ranah lain termasuk media.


PERKEMBANGAN EKONOMI MEDIA
Kemunculan media massa telah menyediakan jalan bagi masuknya studi ekonomi media. Penelitian terkait mulai muncul pada tahun 1950an. Industri-industri media menyediakan seluruh elemen yang dibutuhkan dalam mempelajari proses ekonomi didalamnya. Para penyedia isi, menawarkan informasi dan hiburan, menjadi pemasok (supply) dan disisi lain yang menjadi pembeli (demand) adalah para konsumen dan pemasang iklan. 


Berbagai lembaga regulator contoh Federal Communication Commission, Komisi Komunikasi Federal, FCC, Federal Trade Commission, Komisi Perdagangan Federal, dan lembaga pemerintah lainnya, mempengaruhi kondisi ekonomi makro pasar serta hubungan diantara para pemasok didalam berbagaii industri yang akhirnya menciptakan kondisi ekonomi mikro pasar.


Banyak ahli ekonomi mikro yang menyampaikan konsep-konsep ekonomi mikro terkait ekonomi media. Ray (1951-1952) menguji kompetisi dan konsentrasi surat kabar, kemudian Reddaway (1963) mengulas karakteristik surat kabar sebagai perusahaan. Steiner(1952) mengulas tentang kompetisi didunia radio dengan menggunakan aplikasi konsep-konsep ekonomi mikro dalam industri radio. Studi awal mengenai industri pertelevisian membahas tentang struktur pasar (levin, 1958), kompetisi dengan media lainnya (Berlson, 1961) dan pengaruh pendapatan dari iklan (Tijmstra,1959-1960).


Konsentrasi pada pembahasan kepemilikan juga menjadi topik kajian dalam industri media. Kajian yang cukup baik seputar konsentrasi media di lakukan oleh Albarran and Dimmick (1996), Bagdikian(2000) dan Compaine(1985b) Seiring dengan kajian spesifik tentang konsentrasi media dalam bidang persuratkabaran ( Lacy, 1984,1985; Mc Combs,1988;Picard,1982,1988a;Rosse,1980) Siaran televisi (Bates 1993;Litman,1979) Gambar bergerak(Gomery,1993) dan buku-buku dagang (Greco,1993).


Struktur kepemilikan juga sudah diuji dengan mengacu kebijakan manajemen dalam industri surat kabar. Tulisan-tulisan kunci didalamnya meliputi karya Blankenburg (1982, 1983,) Penelitian tentang kontrol biaya sirkulasi dan perilaku penentuan harga serta pengaruh performa keuangan (Blankenburg & Ozanich,1993). Kajian lebih lanjut tentang kepemilikan pers dan kompetisi terus berlanjut , didalamnya terdapat pasar online untuk surat kabar ( lihat Chyi & Sylvie, 2001; Lacy,Shaver & St Cyr,1996;Lacy & Simon, 1997).


Kajian-kajian lainnya membahas, kompetisi media (Compaine,1985a; Dimmick &Rothenbuhler,1984), Belanja konsumen dan prinsip hubungan konstan ( McCombs,1972), Hambatan masuk (Wirth,1986) Permintaan (Busterna,1987;Lacy1990) dan kegunaan(Albarran & Dimmick,1993) Dimmick,1993).


Pada tahun 1988, ranah kajian ekonomi media mendapatkan legitimasi dengan munculnya Journal on Media Econmics (JME), yang didirikan oleh editor pertamanya Robert G Picard. Awalnya diterbitkan setahun dua kali, kemudian tiga kali setahun pada 1991 dan akhirnya kuartalan pada 1994. Jurnal ini hadir sebagai jurnal utama yang menyajikan riset terakhir terkait dengan ekonomi media. Selain dengan hadirnya jurnal, artikel-artikel , buku-buku serta karya-karya tulis lain dengan bahasan ekonomi media muncul membantu perkembangan ranah ini.


Fokus kita saat ini adalah untuk membahas dimensi teori dan metodologi ekonomi media.
Dual-Product Market Place ( Bursa Produk-produk Ganda)
Beberapa fungsi industri-industri media dalam lingkup Teori General dan Metodologi Issu.
Penelitian ekonomi media merupakan kombinasi berbagai pendekatan teoritis dan metodologis. Alinea berikut adalah perincian tentang alat dan metodologi yang dipergunakan pada bidang ekonomi media. 


FONDASI TEORITIS 
Kaitan dengan pembangunan teoritis, tiga area pengetahuan yang banyak berhubungan dengan media ekonomi. Area ini melibatkan teori ekonomi mikro, teori macroeconomic, dan studi relasi dengan politik ekonomi. Banyak literasi yang ditulis berkaitan dengan ekonomi mikro, terutama disesuaikan untuk penelitian ekonomi media kaitannya dengan industri spesifik dan kondisi pasar. Macroeconomic cenderung mempelajari persoalan dengan fokus yang luas, menguji topik seperti berhubungan dengan pasar modal, kebijakan dan regulasi. Literasi melibatkan teori macroeconomic jauh lebih kecil dibandingkan penggunaan itu teori ekonomi mikro. Ekonomi politik negara dari media juga meliputi banyak area, memuncul sebagai satu tanggapan ke pendekatan positivitik dalam arus utama ekonomi. Mass media jadi satu area alami dari pembahasan, menjadi perhatian sarjana sosiologi dan ekonomi seperti halnya komunikasi (Emas & Murdock, 1997). Bahasan tentang media politik ekonomi, telah dielaborasi oleh Janet Wasko (Bab 15, volume ini). Di sini kita akan memfokuskan pada ekonomi mikro dan teori macroeconomic dipergunakan pada pembahasan dari ekonomi media.


TEORI EKONOMI MIKRO: MODEL ORGANISATORIS INDUSTRI 
Yang paling luas kerangka yang dipakai untuk pembahasan dari ekonomi media adalah model organisasi industri, dikembangkan oleh Scherer (1980), yang pada gilirannya mendukung kontribusi dari Bain (1968) dan ahli ekonomi neoklasikal lain. Penawaran model satu berarti sistematis untuk meneliti banyak pemisahan konsep menghadapi pembahasan dari satu pasar spesifik. explicationnya Scherer dari kinerja perlakuan struktur pasar (SCP) sebagai satu alat analisis yang secara luas dipakai pembahasan pasar media dan industri (Wirth & Bloch, 1995). Dalam bentuk paling sederhana, model organisatoris industri mengusulkan fakta sebagai struktur dari pasar diketahui, ini mengijinkan keterangan dari perlakuan kinerja antara firma. Masing-masing sebesar tiga area (SCP) dapat terdefinisikan dengan mempertimbangkan hubungan variabel spesifik dengan masing-masing bagian dari model. Antara lain, dalam kaitan dengan struktur pasar, dipakai variabel untuk menganalisis angka dari penjual / pembeli pada pasar, pembedaan produk, halangan dan masukan, cost struktur, dan derajat dari integrasi vertikal (Albarran, 2002). Gomery (1989) menjelaskan secara terperinci kegunaan dari organisasi industri untuk kesarjanaan ekonomi media, seperti disampaikan oleh Busterna (1988), Litman (1988), dan Wirth dan Bloch (1995). Beberapa sarjana memfokuskan kajian pada baru satu bagian dari model, struktur pasar seperti itu (Wirth & Wollert, 1984), perlakuan (Picard, 1988b), atau kinerja (Albarran & Porco, 1990; Litman & Jembatani, 1986). 


TEORI FIRM 
Upaya untuk menjelaskan secara lengkap satu pemahaman lebih baik dari struktur pasar ke pembangunan dari Theori of the Firm (Litman, 1988). Teori ini adalah ekspansi dari model organisasi industri, dengan tujuan untuk memperoleh satu pemahaman lebih baik dari empat jenis umum dari struktur pasar: monopoli, oligopoli, kompetisi monopoli, dan kompetisi yang semourna. Pendekatan ini di dalamnya mengungkap sifat alami. Bagaimanapun, gambar dari satu struktur pasar terus meningkat seiring dengan konsolidasi industri media dan perubahan teknologi. Antara lain, pasar untuk televisi dapat dipikirkan seperti halnya pasar untuk televisi penyebaran atau dapat meliputi satu banyak definisi lebih luas untuk meliputi jaringan kabel dan satelit, premium dan upah per jasa, dan DVD penggunaan VCR /. Bates (1993) dan sarjana lain (Albarran & Dimmick, 1996) menyarankan struktur pasar itu tidak dapat menjadi terdefinisi kan dengan jelas mempergunakan label sederhana. 


KONSENTRASI MEDIA 
Area lain pembangunan teoritis berhubungan dengan konsentrasi media. di Amerika Serikat, hukum penentang monopoli industri didisain untuk meningkatkan konsentrasi kompetisi dan pembatas, membuat satu area penting dari pemeriksaan untuk kepentingan mum dan kebijakan sosial. 


Konsentrasi media biasanya diuji dengan salah satu dari dua hal. Peneliti mengumpulkan data yang sudah ada pada firma / pendapatan industri untuk mengukur derajat dari konsentrasi dengan menerapkan alat metodologis yang berbeda (misalnya., rasio konsentrasi, indeks [lihat Albarran, 2002] , atau konsentrasi jejak peneliti dari kepemilikan antara industri media (lihat Bagdikian, 2000; Compaine & Gomery, 2001; Howard, 1998). Dengan tanpa melihat cara terpakai, dokumen penelitian meningkat konsolidasi ke semua area industri media, dengan banyak industri menjangkau “ sangat tinggi ” status terkonsentrasi, menandai bahwa industri didominasi oleh firm yamg kokoh (lihat Albarran, 2002; Albarran & Dimmick, 1996). 


TEORI MACROECONOMIC 
Terdapat banyak literasi yang membahas analisa macroeconomic pada bidang dari ekonomi media. Antara lain, beberapa sarjana telah menawarkan analisa deskriptif dari kecenderungan bekerja keras khususnya media industri (Harwood, 1989). Penelitian macroeconomic berhubungan dengan kebijakan dan analisa regulasi, biasanya dikendali pada satu taraf nasional dari analisa. Kebijakan mempelajari secara khas untuk meneliti dampak dari aksi pengatur spesifik pada pasar yang sudah ada dan industri. Pembahasan telah dilakukan Bates and Chambers (1999), Ford dan Metode Desain Jackson (2000), dan Lutzhöft dan Machill (1999). 


METODOLOGI MEMPERGUNAKAN PENELITIAN EKONOMI MEDIA 
Penelitian ekonomi media adalah sangat berwawasan luas pada rasa yang beberapa jenis berbeda cara biasanya jawab penelitian persoalkan dan selidiki hipotesis. Bagaimanapun, banyak pustaka yang menjelsakan dengan satu empat cara: trend pembahasan, analisa keuangan, ekonometrik, dan studi kasus. Trend pembahasan dan data kontras berlalu satu gugus berkala. Di dalam mengaji konsentrasi media, antara lain, secara khas mempelajari indeks konsentrasi berlalu waktu untuk mengukur dampak dengan keputusan kebijakan berbeda atau aksi lain pada kepemilikan media. Paling kecenderungan mempelajari data tahunan penggunaan sebagai unit dari analisa. Trend pembahasan adalah berguna sehubungan dengan sifat alami deskriptif mereka dan kemudahan dari presentasi, dan mereka bantu di dalam meneliti kinerja dari perusahaan media dan industri. Kecenderungan wakil mempelajari meliputi Dimmick dan McDonald (2001) melihat kepada radio jaringan, Greco (1999) pengujian dari merjer penerbitan buku, dan Lewis s (1995) pembahasan dari perubahan di harga koran dan biaya abonemen. 


Analisa keuangan adalah alat lain metodologis umum dipergunakan di penelitian ekonomi media. Analisa keuangan dapat mengambil banyak bentuk berbeda dan penggunaan jenis berbeda data. Data paling umum meliputi keterangan memperoleh dari laporan keuangan dan penggunaan dari berbagai jenis dengan rasio keuangan. Antara lain, Amerika Serikat, semua di depan umum perusahaan ditukar mengoperasikan harus mengarsipkan berbagai jenis dengan dokumen keuangan secara teratur dengan Komisi Sekuritas Dan Bursa. Perusahaan perorangan juga membagikan laporan tahunan untuk pemegang andil mereka yang berisi sejumlah laporan keuangan dan data lain. Internet adalah satu sumber penting dengan data keuangan untuk peneliti, menenangkan kemampuan untuk kumpul dan meneliti data. Analisa keuangan adalah banyak lebih keras kepada perlakuan pada secara pribadi perusahaan ada, yangkah bukan diperlukan untuk menyingkapkan apapun keterangan keuangan, dan dengan perusahaan mengedudukan di luar Amerika Serikat, dimana menghitung kurs uang praktek dan mata uang bedakan. 


Ekonometrik melibatkan penggunaan dari data statistik dan model matematis untuk meverifikasi dan mengembangkan penelitian ekonomi, hipotesis, dan teori. Ekonometrik lebih lazim pada literatur ekonomi yang umum karena media peneliti ekonomi berasal dari latar belakang komunikasi atau kewartawanan kekurangan pengetahuan matematis untuk mengejar model ekonometri. Dipelajari Kennert dan Uri (2001) dan Pengilang (1997) mewakili ekonometri melibatkan penelitian analisa. Studi kasus mewakili cara berguna yang lain di penelitian ekonomi media. Studi kasus adalah populer sebab peneliti meneliti jenis data yang berbeda.. Studi kasus mislanya McDowell dan Sutherland (2000) analisa ulasan dari proses pengadilan di penerbitan musik, dan Gershon dan Egen (1999) studi kasus melibatkan transmisi ulang setujui pada industri televisi kabel. 


Cara terpakai di penelitian ekonomi media bukan terbatas pada ini. Orang lain dapat ditemukan seperti dicatat di atas, analisa kebijakan seperti itu dengan kebijakan pengatur dan aksi pada pasar media dan industri. Penelitian historis ditemukan, walau dengan kurang frekuensi (misalnya., Dimmick & McDonald, 2001; Wolfe & Kapoor, 1996). 


PERUBAHAN MEDIA INDUSTRI
Ikhtisar sebelumnya dari historis, teoritis, dan dimensi metodologis dari bidang ekonomi media menyediakan satu hubungan kalimat untuk menguji beberapa konsep kunci penting ke penelitian ekonomi media. Terutama menelaah konsep spesifik, satu ulasan digaransi dari media pemanduan kekuatan perubahan industri. Empat kekuatan eksternal berlanjut memandu perubahan industri media, memimpin ke evolusi pembahasan dari ekonomi media. Empat kekuatan itu adalah teknologi, peraturan, globalisasi, dan pembangunan kultur sosial. Masing-masing dengan singkat akan ditelaah pada alinea berikut ini. 


Teknologi 
Karena media industri sangat bergantung pada teknologi untuk penciptaan, distribusi, dan pameran dari berbagai bentuk konten media, berganti di proses ekonomi pengaruh teknologi pada industri media. Ada tiga area kritis dalam tekhnologi ini. Yang pertama adalah evolusi awal dari komputer. Menghitung teknologi meningkatkan efisiensi antara pekerja pada beberapa area dan sangat besar kebutuhan penyimpanan diperkecil untuk pekerjaan tulis menulis seperti halnya meningkat kesempatan untuk komunikasi (e-mail) dan aplikasi perangkat lunak lain. Kedua, tekhnologi digabungkan dengan naik dari teknologi komputasi, telah melibatkan peralihan dari analog ke konten digital. Saat komputer jadi lebih kuat dan canggih, kemampuan untuk mengonversi teks dan grafik digitally segera memimpin ke audio digital dan video. Dan satu kali konten didigitalkan, ini dapat dengan mudah menjadi terdistribusi. Industri media dengan cepat bergerak untuk mengonversi ke satu dunia digital, pertama di cetak dan kemudian di media elektronik. 


Area ketiga dampak teknologi berlanjut bersama perkembangan pesat Internet. Pertama terpakai terutama semata untuk menukar keterangan textual, perubahan dari bahasa hypertext memimpin ke pembangunan dari Jaringan Internet Seluruh Dunia, untuk selamanya perubahan pengalamannya pengguna dengan Internet. Beberapa media perusahaan dengan cepat dikenal kekuatan dari Internet, membangun Situs untuk menarik konsumen dan pemasang iklan. Media Internet menawarkan perusahaan untuk menghubungkan pendengar dan pemasang iklan, seperti halnya bermakna untuk membangun dan menambahkan pembangunan merek. Tahun 1990s, kemampuan untuk mengalirkan audio dan berkas video berlalu Internet diperkenalkan, seiring dengan naik dari jasa pada bentuk dari modem kabel dan langganan digital. Pada awal abad ke-21, akses nirkabel diposisikan berikutnya inovasi Internet. Internet juga mewakili tantangan utama berhubungan dengan milik intelektual dan juga hak cipta. 


Revolusi komunikasi ini mengikuti jejak langkah revolusi sebelumnya, yaitu revolusi pertanian (revolusi paradigma nomadik ke arah hidup menetap), revolusi Perancis (revolusi paradigma sosial politik) dan revolusi industri (revolusi mekanika dan dinamisasi kapitalisme industrial). Revolusi komunikasi semakin berkembang dalam suatu asumsi bahwa komunikasi menjadi unsur yang vital dalam kehidupan manusia (Rogers, 1986; Naisbitt, 2001; Straubhaar, 2002). Anthony Giddens pernah menyatakan bahwa modernitas yang dikarakteristikan dengan kemajuan teknologi sudah menjadi kondisi yang tak terelakkan (Giddens 2001). Manusia sebagai subjek bisa dan mempunyai kemampuan untuk membuat teknologi, tapi pada satu titik tertentu manusia tidak bisa lagi mengontrol kemajuan teknologi. Teknologi sebagai entitas dinamis tidak bisa dikendalikan, termasuk ketika teknologi masuk mendorong perkembangan sistem informasi masyarakat.


Teknologi dalam masyarakat industri memampukan media massa untuk mengadakan pemusatan dan berubah menjadi media yang mampu menampung dan memampatkan sejumlah besar informasi dan kemudian didistribusikan secara massal atau individual secara serempak dan cepat (Rogers, 1986:2-6). Teknologi komunikasi tidak bisa dipisahkan dengan proses industrialisasi. Seluruh alasan ekonomi dalam industri mendapatkan alat untuk semakin memantapkan posisi ekonomi dalam teknologi (Albaran, 1996). Di satu pihak, teknologi membuat landasan ekonomi baru yang lebih matang dan massif. Watak industri yang semakin dikukuhkan oleh teknologi adalah watak produksi, distribusi dan konsumsi untuk mencapai keuntungan. Industri modern dikelola dengan manajemen modern, organisasi yang lebih kompleks, modal yang lebih besar. Termasuk di dalamnya industrialisasi media . Tapi di lain pihak, industrialisasi, dalam hal ini industrialisasi media juga mempengaruhi perkembangan teknologi komunikasi baru.


Berikut ini adalah pola ekonomi baru yang dipengaruhi oleh teknologi komunikasi. Pertama, ekonomi baru berlandaskan dasar, praktek pengetahuan serta profesionalisme penguasaan teknologi informasi memberikan penegasan bahwa ekonomi didasarkan pada pengetahuan. Pengetahuan di sini juga dimaksudkan dengan kemampuan, ketrampilan pekerja. Isi pengetahuan dalam produksi dan jasa sedang bertumbuh secara signifikan sebagai ide konsumen. Informasi dan teknologi merupakan bagian faktor produksi. Kedua, digitalisasi. Perubahan teknologi dari teknologi analog ke digital memungkinkan komunikasi memuat informasi yang padat, kaya dari segala jenis secara bersama; dengan teknologi informasi, informasi dapat digabung, dikonversikan dan disajikan dengan berbagai bentuk. Ketiga, virtualisasi. Perubahan barang-barang, materi atau segala sesuatu yang fisis menjadi realitas yang maya. Ini berarti juga mengubah metabolisme realitas sosial dan ekonomi, jenis institusi serta kodrat ekonomi - hidup sosial itu sendiri. Dalam level organisasi, terjadi perubahan bentuk institusi ke dalam lembaga yang lebih ada dan berfungsi di alam maya. Keempat, molekularisasi. Artinya bahwa ekonomi baru membentuk kesatuan-kesatuan unit ekonomi baru yang lebih kecil dan independen. Dengan teknologi informasi, sistem organisasi dan institusi ekonomi bertransformasi dalam realitas yang tidak lagi memperhatikan ukuran dan keterbatasan waktu-tempat. Unit-unit kecil ekonomi tersebut mampu menjadi dasar aktivitas ekonomi yang mandiri dan bersifat global.


Kelima, integrasi jaringan. Ekonomi baru adalah ekonomi yang didasarkan pada teknologi jaringan. Keterkaitan dalam networking memungkinan jaringan dalam berbagai tataran, lokal - regional - nasional - metropolitan - nasional - global. Keenam, mulai tidak adanya perantara dalam sistem ekonomi baru. Ini berarti bahwa ekonomi baru tidak begitu membutuhkan agen, broker, penjual. Bahkan sering terjadi bahwa pengecer atau lembaga media justru berada di tengah produsen dan konsumen. Teknologi dalam konteks kini memindah rancang bangun perhitungan yang multilevel dalam model yang lebih terintegrasi dalam jaringan. Ketujuh, konvergensi. Konvergensi merupakan kata kunci ekonomi baru. Artinya, ada pemusatan kemampuan penggabungan media dan substansi ekonomi. Penciptaan kemampuan bergabung ini membentuk kemampuan yang lebih canggih. Peralatan, sistem, isi dan kendali informasi saling terkait satu sama lain. Kedelapan, inovasi. Artinya, inovasi adalah faktor penting dalam aktivitas ekonomi dan keberhasilan bisnis. Dalam arti ini juga, tingkat kemampuan kreativitas dan imajinasi manusia menjadi sumber nilai yang penting.


Kesembilan, prosumsi. Batas antara konsumen dan produsen menjadi “blur”. Konsumen informasi dan teknologi menjadi juga produsen ekonomi. Kolaborasi manusia dalam jaringan menjadi bagian dalam sumber-sumber informasi perusahaan multimedia. Pemakai bisa menjadi perancang. Kesepuluh, ketersegeraan. Kecepatan dan sifat segera informasi sangat penting dalam ekonomi baru. Perdagangan menjadi bersifat elektronik dalam seluruh transaksi serta komunikasi bisnis. Hal ini berpengaruh pada soal kondisi dan bentuk ekonomi yang pernah terjadi.


Peraturan
Aksi pengatur selalu bisa mempengaruhi kekuatan pasar kompetitif, dan industri media adalah tidak ada eksepsi. Selama 1980s dan 1990s, U.S. industri media benefited dari satu kombinasi dari deregulatory menindaki seperti halnya liberalisasi dari kebijakan terdahulu. Selama 8 tahun dari Administrasi Reagan, FCC satu pendekatan pasar ke peraturan. Pembatas kepemilikan ditingkat dan program mempengaruhi ketentuan daya tarik kebutuhan dan umum standar adalah yang manapun tersingkirkan. Tahun 1996 masa Telekomunikasi, yang sangat berpengaruh di U.S. peraturan komunikasi melewati sejak 1934, cari untuk menghilangkan halangan kompetitif pada penyebaran, kabel, dan industri telekomunikasi. Penutup kepemilikan disantaikan namun lagi, dan perusahaan mengoperasikan di industri sesuatu dapat sekarang balap di pihak lain (misalnya., perusahaan kabel dapat sekarang tawarkan pelayanan telepon, dan perusahaan telepon dapat menawarkan kabel seperti layani). Atur lain serahkan 1998 dan 1999 untuk merangsang kompetisi pada penyebaran langsung yang muncul satelit (DBS) pasarkan mengijinkan operator satelit untuk menawarkan sinyal televisi lokal sebagai tambahan terhadap tetap mereka lineup dengan kabel tradisional dan jaringan upah. 


Aksi pengatur ini mengaspal jalannya untuk meningkat konsolidasi ke seberang U.S. industri media. Antara lain, pada industri radio, beberapa 75 perusahaan radio berbeda padahal adalah gabung atau diperoleh ke dalam salah satu dari dua perusahaan: Komunikasi kanal bersih atau Ketakberhinggaan (Viacom). Di televisi, Viacom memperoleh asset dari CBS, Dunia raja, UPN, dan Televisi Hiburan Hitam. Gabung Online Amerika dengan Penegor Waktu, menciptakan yang pertama perusahaan mengombinasikan “ tua ” dan “ ” media baru. Perusahaan kegunaan Perancis Vivendi, pada satu jengkal dari hanya 2 tahun, diperoleh asset media dari Seagram universal dan Jaringan AS untuk menjadi satu raksasa media global, seiring dengan seperti dari Disney, Korporasi lagi, dan Bertelsmann AG. 


Ramahi keputusan, digabungkan dengan aksi pengatur, juga pengaruh pasar media. Di awal 2002, U.S. Meja hijau dari Mohon diatur di suka dari kasus terpisah dikemukakan oleh DI & t dan Viacom mempengaruhi pemerintah mengamanatkan kepemilikan sumbat, mengumumkan bahwa pembatas yang dipaksakan oleh FCC pada kepemilikan kabel dan setasiun televisi adalah berubah-ubah dan banyak tingkah. Mencendrungi betul-betul menyarankan bahwa keputusan ini mungkin pimpin ke pembersihan dari semua kepemilikan sumbat pada taraf nasional bagi kebanyakan media industri, memimpin untuk lebih lagi merjer dan perolehan. Pada satu hal terkait, FCC diharapkan untuk menyingkirkan koran tua halang pembatasan memiliki setasiun penyebaran pada pasar yang sama darimana mereka operasikan. Kalau hilangkan, kepemilikan seberang aturan akan memberikan perusahaan penerbitan kesempatan untuk memperoleh setasiun penyebaran dan sistem kabel pada pasar yang mereka layani, memimpin ke pembangunan dari media multi mendasari konten kurban perusahaan dan iklan ke seberang sarana perkalian. 


Globalisasi 
Media di Amerika banyak memasarkan sisi pemenuhan, pasar global telah membangkitkan media menjadi firma media dan industri. Produk media sering menciptakan arus utama pikiran para pendengar (pembaca media), yaitu misalnya kenapa sekian banyak konten tentang sex dan topik violence— mudah memahami ke seberang budaya. Globalisasi dari konten media memulai dengan gambar hidup dan majalah juga memperluas cakupannya ke arena lain, meliputi pergram televisi, VHS dan penjualan DVD, dan rekaman. Amerika Serikat telah mengeksportir yang dipelopori konglomerat media internasional seperti Korporasi Lagi, Universal Vivendi, Sony, dan Bertelsmann. Mereka mempertunjukkan bahwa oligopoli global dari perusahaan media terus meningkat mendominasi informasi dan hiburan dan jasa. 


Globalisasi menyajikan satu tantangan untuk peneliti ekonomi media, saat akuntansi berlatih dan struktur pengatur membedakan dari negara ke negara. Ada sedikit sumber yang dapat dipercaya dengan data keuangan global berhubungan ke media. Meskipun demikian, ini kritis bahwa sarjana mengenali media itu perusahaan bersaing dan mengoperasikan pada satu global seperti halnya domestik pasar untuk andil pendengar dan pendapatan pemasang iklan. 


Sistem komunikasi global dalam era globalisasi ditandai dengan kemajuan yang pesat dari bidang kepenyiaran dan periklanan. Hak siar secara audio maupun audiovisual adalah hak monopolis yang dilakukan oleh negara atau swasta. Periklanan komersial kini telah menjadi kekuatan yang mengontrol industri media. Industri barang dan jasa yang dipasarkan secara internasional dan menggunakan periklanan sebagai media pemasarannya. Agen periklanan mengandalkan media komunikasi untuk membuka dan menjangkau pangsa pasar. Oleh sebab itu, perusahaan barang dan jasa transnasional mulai berpenetrasi ke pasar-pasar lokal. Perusahaan iklan multinasional jelas mempunyai kekuatan modal yang besar dan kemajuan teknologi yang begitu canggih. Dengan demikian, periklanan telah menjadi satu sumber penghasilan perusahaan media massa. 


Periklanan komersial kini banyak diterapkan oleh sedikitnya 95 sistem televisi di dunia (Cockkerham, 1999). Pada akhirnya perkembangan teknologi iklan mempengaruhi komersialisasi penyiaran dunia. Pertumbuhan dan modernisasi teknologi komunikasi juga mendorong perkembangan perusahaan transnasional, baik yang bergerak di bidang media dan non-meida, guna memfasilitasi pengoperasian perusahaan tersebut, sehingga dapat membawa dan memperluas bisnis mereka mencapai berbagai negara lainnya. Dengan kata lain perkembangan teknologi komunikasi turut memfasilitasi dan memudahkan perkembangan ekonomi dunia melalui perusahaan transnasional.


Perkembangan industri elektronik dan teknologi komunikasi telah membawa perubahan dan mendukung keberadaan bisnis perusahaan transnasional. Berbagai akibat dirasakan dalam seluruh perkembangan teknologi dan ekspansi perusahaan media global. Kehadiran satelit dalam seluruh sistem kepenyiaran mendorong dan memperbesar signal televisi dari perusahaan media global. Dengan membawa hiburan, informasi dan budaya, perusahaan media global mencapai ke tingkat masyarakat lokal.


Dengan demikian dalam perspektif global, informasi adalah hal yang krusial dalam operasi sistem perusahaan transnasional. Inilah yang menjadi alasan perluasan komunikasi internasional. Di mana kebutuhan sistem bisnis internasional diharapkan dan dilayani dengan perluasan infrastruktur jaringan, data, informasi dan instalasi komunikasi di negara lain. Di sini terlihat bahwa teknologi memainkan peranan yang vital dalam menghadirkan skema baru. Teknologi mempunyai fungsi untuk integrasi sistem industri perusahaan dan memperdalam kemampuan pengetahuan serta pemerataan akses informasi yang lebih luas.


Berikut ini beberapa ciri yang menandakan semakin berkembangnya fenomenaglobalisasi di dunia.
  1. Perubahan dalam konsep ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti telepon genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turisme memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.
  2. Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi semacam WTO.
  3. Peningkatan interaksi cultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi, film, musik, dan transmisi berita dan olah raga internasional). saat ini, kita dapat mengonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan makanan.
  4. Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis multinasional,inflasi regional dan lain-lain.

Kennedy dan Cohen menyimpulkan bahwa transformasi ini telah membawa kita pada globalisme, sebuah kesadaran dan pemahaman baru bahwa dunia adalah satu. Giddens menegaskan bahwa kebanyakan dari kita sadar bahwa sebenarnya diri kita turut ambil bagian dalam sebuah dunia yang harus berubah tanpa terkendali yang ditandai dengan selera dan rasa ketertarikan akan hal sama, perubahan dan ketidakpastian, serta kenyataan yang mungkin terjadi. Sejalan dengan itu, Peter Drucker menyebutkan globalisasi sebagai zaman transformasi sosial.


Pembangunan Sociocultural
Perubahan sisi demografi dan aspek lain dari masyarakat juga mempengaruhi industri media dan, akhirnya, ekonomi media. Seperti dicatat, konten media sering menciptakan dengan keinginan untuk menjangkau pendengar global, sehingga pemahaman yang kritis dari konsumen menjadi satu keniscayaan. 


Sebagai tambahan, U.S. pengguna media adalah perubahan. Mencacah jiwa data dengan jelas menjejaki peralihan dari Amerika Serikat ke satu masyarakat multicultural. Ini mempunyai memimpin paksa dari menggolongkan seperti Kemajuan Nasional untuk Asosiasi dari Orang-orang Warna (NAACP) untuk menyajikan program televisi jaringan lebih baik itu mencerminkan tata rupa nyata dari masyarakat. Sebagai tambahan terhadap satu bangsa pantas dari warna, Orang amerika hidup lebih panjang dan konten lagi keinginan mencocokkan ke arah kebutuhan dari satu pendengar matang. Pendentum bayi umur akan menuntut lebih konten dipersembahkan ke emisi berhubungan ke pengunduran diri, kesehatan, bepergian, dan kelapangan. Beberapa kabel terhubung jaringan telah mulai kepada alamat pasar ini, tapi lebih akan tiru. Pendengar punya satu selera tak terpenuhi untuk konten terkait media dan jasa. Saat orang-orang hidup lebih panjang dan memperoleh lebih kebebasan menentukan pendapatan, membelanjakan pada media. Pergeseran ini berhubungan dengan firma media untuk mengembangkan konten itu menjadi unik dan berbeda. 


KONSEP-KONSEP STANDAR
Produk-produk Media
Isi media, dalam format program tv, film, suara dan rekaman video, dan ceatk (seperti buku-buku, majalah, surat kabar), mewakili beberapa jumlah produk yang dihasilkan format media. Produk-produk media dapat dikelompokkan ke dalam kategori-kategori informasi (isi hubungan berita) dan hiburan (drama, komedi, laga, musik, permainan, dan lain-lain). Konsolidasi besar-besaran atas industri-industri media memunculkan integrasi vertikal para konglomerat (makna kontrol atas beberapa aspek produksi, distribusi, dan pameran atau pemasaran) seperti Viacom, AOL Time-Warner, Disney, dan perserikatan berita-berita. Produksi-produksi media seperti program tv, artikel-artikel film, dan rekaman-rekaman suara dapat digunakan berulang-ulang dan dipasarkan terhadap pendengar pengiklan, yang diformulasikan dalam “dual-products marketplace” (Bursa Produk-produk Ganda). 


Karena itu, perusahaan-perusahaan media memproduksi atau mensuplai informasi dan menawarkan produk-produk yang dikonsumsi dan diminta khalayak, dalam beberapa kasus dan pengiklan. Bursa produk-produk ganda merupakan karakteristik yang unik dari industri media, mengacu pada transaksi luas dan hasil-hasil potensial dari khalayak dan pengiklan. Perusahaan-perusahaan media mencoba posisi strategis isi media untuk memaksimalkan hasil potensial. Salah satu prioritas utama eksekutif dan manajer media adalah untuk memperoleh kesimpulan positif (hasil-hasil yang tidak kurang dari minimal, turunnya nilai atau harga dan pajak) untuk meningkatkan nilai perusahaan-perusahannya.


Branding
Branding (penjenisan) merupakan konsep lain dalam ekonomi media. Perusahaan media menggunakan branding (penjenisan) sebagaimana jalan untuk membangun kesadaran dan identitas yang berkaitan dengan produksi isi. Kebanyakan khalayak dan pengiklan mengorganisasi macam-macam atau jenis, dan perusahaan media yang lebih besar menginvestasikan jutaan dolar untuk mengembangkan dan memperoleh jenis-jenis yang berbeda. Viacom adalah multidifisional perusahaan media dengan kader-kader besar jenis yang dikenal termasuk MTV, Nickelodeon, Paramount, Blockbuster, CBS/UPN, Infinity, dan King World. AOL Time-Warner adalah perusahaan lain dengan ciri yang lebih dikenal seperti AOL, CNN, HBO, Warner Brothers, Netscape, Time, Sport Illustrated, dan TBS/TNT. Penetapan jenis-jenis bukan saja penemuan yang instan tapi juga peluang untuk diperoleh lingkungan pasar yang kompetitif.


Competition (persaingan)
Bursa produk-produk ganda berlaku pada tingkat distribusi dan pameran (bursa) salah satu produk-produk dengan nyata diciptakan. Sebelum ini, terdapat beberapa proses kompetisi dalam kerja. Contohnya, kompetisi dalam ide-side penulis yang dapat dikembalikan pada kesuksesan naskah program televisi dan film, jaminan photografer yang berpengalaman, produser, direktor, dan editor proses produksi yang melibat kan kompetisi, sebaik permintaan untuk bakat yang tersedia. Aspek-aspek yang menarik persaingan media pembelajaran adalah suatu fakta bahwa sejarah media bukan media baru, memiliki bentuk pengganti yang lebih lama media. Secara rinci, beberapa evolusi atau reposisi dilakukan, tapi media tradisional belajar untuk eksis dengan bentuk media yang lebih baru.


Ekonomi skala atau cakupan
Ekonomi skala dan cakupan mengacu pada realisasi efisiensi dana pada nilai yang berbeda. Ekonomi skala direalisasikan ketika dana rata-rata menolak kelompok unit produk dihasilkan. Contohnya, ketepatan dan variabel dana untuk memproduksi satu majalah akan tinggi, tapi dana untuk setiap kertas turus secara dramastis seperti jumlah kertas-kertas yang dicetak. Demikian juga, sebagaimana radio yang dikonsolidasi, tidak ada keinginan besar untuk berbagai jasa dan administrasi dan staf operasional mesin. Ekonomi cakupan, membolehkan konglomerat multidivisional untuk merealisasikan efisiendsi dana dalam pemasaran media horizontal. Viacom memiliki kemampuan untuk memproduksi via gambar hidup di tudio Paramount, mengudara dan film harus membayar untuk channel selama tayang, pendapatan tambahan dari sewa via Blockbuster, dan promosi film selain program yang dimiliki, dan publikasi outlet. 


Mergers and Acquisitions (Penggabungan dan Kemahiran) 
Komposisi-komposisi industri media sungguh berubah disebabkan penggabungan dan kemahiran. Penggabungan dan aktivitas kemahiran berlangsung selama tahun 1980-1990 disebabkan beberapa proses makro-ekonomi termasuk pengendoran syarat-syarat kepemilikan, tersedianya rata-rata ketertarikan rendah untuk modal, penampakan bisnis yang kuat, dan konvergensi teknologi (see Ozanich&Wirth, 1998). Sebagaimana kebijakan berlangsung untuk mengendorkan batas kepemilikan dan penggabungan berlangsung, ketertarikan publik menjaga kelompok menjadi konsentrasi, ketakutan pertumbuhan konsolidasi media akan mendorong penyempitan berita dan sumber informasi yang diinginkan untuk memelihara demokrasi. 


Pekerja
Industri media tergantung pada teknik-teknik bawaan, kreativitas, dan manajerial personal untuk berfungsi efektif. Seseorang melambangkan pengeluaran yang besar bagi organisasi. Dalam industri media, perdagangan, keahlian, dan pekerja yang terlatih menentukan “below-the-line” karyawan, di mana para produser, penulis, direktor, bakat, dan manajemen diputuskan “above-the-line” karyawan. (lihat Shanks, 1977).
Persatuan buruh (pekerja) sudah banyak di industri-industri media Amerika Serikat. Macam-macam serikat pekerja, dan persatuan ahli menegosiasi rentang gaji minimum dari naskah untuk arahan. Tanggung jawab manajemen yang biasa adalah memperbaharui kontrak negosiasi, dengan perserikatan yang mewakili pekerja media untuk menghindari tekanan dan gangguan. Teknologi secara terus menerus mengubah pasaran buruh untuk perusahaan media, dibuktikan dengan pemasukan penggunaan sistem komputerisasi untuk beberapa lamaran yang berbeda. Perusahaan-perusahaan media selain investasi untuk pengembangan kemampuan personel pada area yang baru, atau mereka memilih kontrak, tanggung jawab-tanggung jawab ini untuk spesialisasi perusahaan pada lamaran yang khusus. Pasaran-pasaran buruh dipengaruhi oleh konsolidasi di mana pengadaan beberapa pekerjaan berulang, sebaik trend buruh yang umum. 


ISU-ISU KONTEMPORER PADA EKONOMI MEDIA 
Terdapat beberapa isu kebutuhan para sarjana untuk mendorong usahanya untuk mengembangkan lahan penting dalam penelitian. Bagian terakhir ini membahas tiga isu yang relevan yang mempengaruhi ekonomi media pada permulaan abad 21. Teori Building, definisi struktur pasar yang tepat, dan metode-metode yang lebih baik.


Pengembangan Teori Yang Lebih Luas
Penelitian ekonomi media secara khusus menekankan pada konsep mikroekonomi dengan kepercayaan tinggi pada model organisasi industri. Walaupun ini menekankan klarifikasi hubungan variasi konsep pada analisis mikroekonomi, tapi juga membatasi pengembangan bidang. Sebagai hasilnya, selain teori-teori ekonomi, yang memiliki tawaran yang mungkin untuk industri media massa, telah diabaikan, secara khusus terdapat pada makroekonomi (Cinambers, 1998: Lacy&Niebauer, 1995). Contohnya, pemahaman konsolidasi global pasar media adalah lahan yang ditekankan pada penggunaan pendekatan ekonomi. Dampak dari konsolidasi global pada contoh umum pekerjaan, pengembangan ekonomi, dan inflasi hanya tiga topik yang potensial menarik. 


Sebagai tambahan untuk menarik keluasan teori ekonomi, para sarjana harus menentukan kebutuhan teori yang dapat menarik metode-metode berjenjang investigasi. Pengaruh struktur bisnis, regulasi, teknologi, dan dampak kebijakan sosial yang terjadi pada industri-industri media menawarkan area permainan unik untuk para sarjana untuk menjeneralisasi teori baru dan hipotesis. Yang juga harus dikerjakan, peneliti harus niat untuk bergerak dari yang sederhana yang menggambarkan struktur perusahaan yang khusus dan kegiatan untuk lebih analitik dan analisis investigasi. 


Theory Building tidak mudah dalam beberapa wilayah, tapi memberikan ketepatan perubahan industri media, tidak ada wilayah yang lebih untung dari ide-ide cemerlang dan perspektif baru dari pada ekonomi media.


Gambaran pemasaran dan definisi struktur pasar
Isu kedua, yang melibatkan definisi yang lebih baik atas apa konstitusi pasar ekspansi pemahaman kita atas struktur pasar. Penelitian ekonomi media harus berjuang dengan mengembangkan definisi apa konstitusi pasar media, isu kritis yang memberikan konvergensi di bawah pandangan industri media. Pasar tidak dapat didefinisikan dengan bersih. Pada kenyataannya, perusahaan-perusahaan media berusaha mensuplai produk pada beberapa pasar berbeda, dalam persaingan dengan pengembang lain. Belum tendensi di antara pembuat kebijakan dan para peneliti yang akan membuat perjanjian pasar di bawah label tradisional, seperti tv, surat kabar, atau gambar hidup (film). Pendekatan ini gagal memperoleh realitas bursa media dan dapat mendorong akurasi perusahaan mendominasi pasar khusus.


Salah satu jawaban atas masalah ini mungkin dapat dikemukakan fungsi perusahaan dari pada memfokuskan produk final. Jika kita mulai berpikir Viacom sebagai perusahaan dengan penggabungan jenis-jenis kreasi isi dan distribusi, mungkin dapat menawarkan interpretasi yang lebih jelas tentang perusahaan apa dan bagaimana menjadi pemimpin pada pasar yang berbeda: jaringan tv, sindikasi program, jaringan kabel, radio, dan lainnya. Lebih lanjut, EchoStar menjadi perusahaan pendistribusian pemimpin langganan satelit yang menghubungkan ke rumah, berkompetisi dengan AT&T/Comcast, Cox, dan AOL Time-Warner di pasaran untuk mengambil penggunaan multi channel (channel-channel yang beragam. Secara terkonsep hal ini membuat pandangan lebih dari pada mengatakan AT&T/Comcast merupakan operator kabel pengarah dan EchoStar pelengkap satelit pengarah. 


Kebutuhan atas pemahaman yang lebih baik tentang pasar adalah kebutuhan untuk memperluas atau mendefinisikan kembali teori tentang perusahaan. Untuk beberapa dekade, ekonomi media telah mencoba untuk berusaha dalam tiga kategori yang dibangun dalam media massa: monopoli, oligopoli, dan persaingan monopolis (Albarran, 2002). Tentu tipe-tipe struktur lain juga terlibat. Duopoly, pasar dengan dua perusahaan khusus merupakan keberadaan pasar media. Amerika Serikat contohnya, pada permulaan abad memasukkan pasar untuk pelayanan radio satelit digital nasional yang baru, XM Radio dan Sirius (Albarran&Pitts, 2001) dan pasar untuk broser internet, melibatkan Microsoft Internet Explorer dan Netscape.


Tapi kemunculan yang tepat pada industri-industri media adalah struktur pasar two-tiered, dengan batasan oligopoli perusahaan (antara tiga dan lima) kontrol antara 75% dan 90% hasil/pembagian pasar dan jumlah perusahaan yang lebih kecil pada perang persentase yang lebih kecil atas pembagian pasar. Keterwakilan industri media tipe ini yang melibatkan struktur adalah film, industri rekaman, jaringan televisi, radio, publikasi buku-buku konsumen dan publikasi majalah (albarran&Dimmick, 1996).


Metode-metode yang baik untuk analisis
Pengembangan-pengembangan dalam pengembangan teori dan pendefinisian kembali atas pasar media dan struktur pasar harus direalisasikan dalam gabungan dengan peningkatan di metode. Secara khusus , salah satu area perhatian: ukuran digunakan untuk menilai kompetisi dan konsentrasi. 


Ukuran-ukuran untuk menilai persaingan dan konsentrasi telah dilakukan secara khusus atas dua alat: ratio konsentrasi dan Indeks Herfindahl-Hirschman (HHI) (al-Barran, 2002). Ratio konsentrasi melengkapi pandangan sederhana untuk mengukur konsentrasi, selain menggunakan empat perusahaan atau delapan perusahaan di pasar. Secara dasar, jika empat perusahaan papan atas mengontrol lebih dari 50% hasil pasar, atau ddelapan perusahaan papan atas mengontrol lebih dari 75% hasil pasar, maka pasar ditetapkan konsentrasi yang tinggi. Meskipun ukuran dipakai, hal ini telah gagal untuk mendapatkan ketidaksamaan penyebaran pasar. Contohnya, pemakaian ratio empat perusahaan, seseorang dapat mengungkapkan salah satu perusahaan yang mendominasi pasar dengan 45% hasil, sedang yang lain tiga perusahaan memegang 5%. pada beberapa banyak kasus yang sama, seseorang dapat mengambil kesimpulan bahwa pasar telah konsentrasi, tapi keadaan ini telah gagal untuk menawarkan gambaran yang lengkap.


Index HHI telah mendapatkan ketepatan. HHI telah menyelesaikan penyebaran pasar untuk setiap jumlah dan mengumumkan jumlah total untuk keseluruhan perusahaan. Herein, bagaimanapun juga telah mengungkapkan permasalahan kunci. Peneliti harus mendata setiap perusahaan di pasar untuk kalkulasi index. Sangat sering peneliti kekurangan jalan memperoleh data dari seliuruh perusahaan , khususnya dari perusahaan pribadi. Lebih dari itu, kalkulasi index mungkin bisa sempit atau terbatas. 


Masalah-masalah yang lebih atas ukuran-ukuran adalah ukuran-ukuran di desain hanya untuk mengukur konsentrasi atas sekmen pasar. Tidak ada ukuran yang diterima secara umum tersedia untuk mendapatkan konsentrasi atas pasar-pasar, belum area tujuan kunci. AOL Time-Warner, Disney, Viacom, dan raksasa media yang lain mungkin membatasi sebaran pasar daalam sekmen pasar pribadi, taapi tidak ada cara yang eksis untuk mengukur pengaruh gaabungan atas pasar-pasar. Dengan perusahaan multi produk yang menjangkau di kebanyakan pasar mediaa, pengembangan ukuran untuk menilai dalam konsentrasi industri dan persaingan merupakan keinginan yang buruk. 


FONDASI HISTORIS/TEORITIS EKONOMI POLITIK 
Untuk memahami sepenuhnya pendekatan ekonomi politik terhadap kajian media dan komunikasi, perlu melacak fondasi ekonomi politik itu sendiri. (Beberapa latar belakang ini sama dengan pembahasan tentang ekonomi media oleh Alan Albarran pada Bab 14, jilid ini; perbedaan-perbedaan dalam pendekatan tersebut dibahas di akhir bab tersebut.) Studi umum tentang ekonomi politik terfokus pada pemikiran pencerahan Skotlandia abad ke-18 dan kritiknya pada abad ke-19. Menurut Adam Smith, David Ricardo dan lainnya, studi tentang isu-isu ekonomi disebut dengan ekonomi politik dan menemukan landasannya pada teori sosial. Smith mendefinisikan ekonomi politik sebagai studi tentang “kekayaan (barang-barang material) atau pengalokasian sumber daya dan memiliki konsern terhadap “bagaimana manusia mengatur diri untuk mengalokasikan sumber daya yang sedikit untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu” (Smith, 1776/1937, h. 14). Lebih lanjut, ekonomi politik fokus pada produksi, distribusi, pertukaran dan konsumsi kekayaan dan konsekwensinya terhadap kesejahteraan individu dan masyarakat. Secara lebih khusus, ekonomi politik mempelajari satu pengaturan tentang alokasi sumber daya –ia mempelajari kapitalisme sebagai sebuah sistem produksi sosial. Ekonomi politik klasik berevolusi sebagaimana halnya kapitalisme berevolusi, dengan menambahkan materialism historis dan analisis kelas Karl Marks dan Frederick Engel pada abad ke-19, menekankan kritik yang radikal atas sistem kapitalis yang berevolusi melalui pendirian moral yang berlawanan dengan karaktertistik ketidakadilan dari sistem tersebut.


Namun dekimian, selama paruh akhir abad ke-19 terdapat sebuah perubahan fundamental dalam studi isu-isu ekonomi, karena fokusnya berubah dari makroanalisis ke mikroanalisis. Penekanannya lebih diberikan pada konsern individu daripada masyarakat, dan metode diambil dari ilmu-ilmu sosial bukan filsafat moral. Perubahan mendasar tersebut tercermin pada perubahan nama disiplin ilmu –dari ekonomi politik ke ekonomi. Tokoh yang sering dikaitkan dengan perubahan nama tersebut, William Jevons, menegaskan bahwa ekonomi adalah studi tentang “mekanika kegunaan dan kepentingan diri sendiri… untuk memenuhi keinginan kita yang paling tinggi dengan usaha yang paling sedikit… memaksimalkan kesenangan adalah adalah problem ekonomi” (Jevon, 1970, h. 24). Sebagaimana dijelaskan ahli ekonomi yang lebih bekalangan, “ahli ekonomi neo-klasik membuat perbedaan yang lebih tajam dari para pendahulunya antara penjelasan tentang Apa itu Ekonomi (what Is), dalam sebuah sistem ekonomi dan pertimbangan tentang Apa yang Harus Dilakukan (What Ought To Be” (R.D. Collison Black, dikutip dalam Jevons, 1970, h. 10).


Meskipun ekonomi neoklasik dominan sekarang, tetapi ekonomi politik terus berlanjut dalam bentuk yang berbeda. Beberapa versi konservatif telah muncul, termasuk pendekatan korporatis dan public choice theory (juga dikenal sebagai ekonomi politik baru atau positif). Pendekatan-pendekatan tersebut umumnya menegaskan bahwa kebebasan individu dapat diperluas dengan menerapkan prinsip-prinsip neoklasik pada serangkain isu yang lebih luas dari ahli-ahli ekonomi yang lain.


Sementara itu, ekonomi politik institusional merepresentasikan sebuah pendekatan yang fokus pada faktor-faktor teknologis dan intisutisional yang memengaruhi pasar. Sekalipun sejumlah karya dalam studi komunikasi memusatkan perhatian pada analisis institsusional, ekonomi politik radikal, kritis atau Markian lebih merupakan tradisi yang terlihat ketika orang merujuk pada “ekonomi politik komunikasi.”


Dalam Ekonomi Politik Komunikasi, Vincent Mosco (1996) mendefinisikan versi ekonomi politik ini sebagai “studi tentang relasi sosial, khususnya relasi kuasa, yang secara mutual merupakan produksi, distribusi dan konsumsi sumber daya” (h. 25). Dia menjelaskan bahwa ekonomi politik berbicara tentang keberlangsungan hidup dan control, atau bagaimana masyarakat mengorganisasikan diri untuk memproduksi apa yang diperlukan untuk bertahan hidup dan bagaimana tatanan dipertahankan guna memenuhi tujuan kemasyarakatan. Lebih lanjut Mosco menggambarkan empat karakteristiak utama ekonomi politik kritik, yang sangat membantu dalam memahami pendekatan ini:
1. Perubahan sosial dan sejarah. Ekonomi politik melanjutkan tradisi teoresi klasik, menyingkapkan dinamika kapitalisme –sifatnya yang cyclical, pertumbuhan capital yang monopolistik, apparatus negara dan lain-lain. 
2. Totalitas sosial. Ekonomi politik merupakan pendekatan yang holistik –atau, secara konkrit, mengeksplorasi hubungan di antara komoditas, institusi, relasi sosial, dan hegemoni, juga mengeksplorasi determinasi di antara unsur-unsur tersebut, meskipun beberapa unsur itu lebih ditekankan daripada yang lainnya. 
3. Filsafat moral. Ekonomi politik kritik juga mengikuti penekanan para teoresi klasik terhadap filsafat moral, yang meliputi tidak hanya analisis sistem ekonomi, melainkan juga pembahasan tentang problem-problem kebijakan dan isu-isu moral yang muncul darinya. Bagi beberapa sarjana kontemporer, ini merupakan karakteristik khas ekonomi politik. 
4. Praksis. Pada akhirnya, para ahli ekonomi politik berusaha untuk melampaui perbedaan antara penelitian dan kebijakan, mengorientasikan karya mereka terhadap perubahan sosial dan praktik aktual, atau sebagaimana ditegaskan Marks (1886/1969), “Para filosof hanya menafsirkan dunia dalam berbagai cara; masalahnya adalah bagaimana mengubahnya” (h. 15).


Model Mosco (1996) serupa dengan formulasi yang dikembangkan oleh ahli ekonomi politik Inggris Graham Murdock dan Peter Golding yang telah membedakan ekonomi politik kritik dari ekonomi mainstream: bersifat holistik, historis dan memiliki konsern utama pada keseimbangan antara usaha kaum kapitalis dan intervensi publik, dan “melampaui isu-isu teknis tentang efisiensi untuk melibatkan persoalan-persoalan moral yang mendasar ikhwal keadilan, persamaan dan kebaikan umum” (Golding dan Murdock, 1991, h. 20).


Ringkasanya, konsern utama ahli ekonomi politik adalah alokasi sumberdaya (konsern material) di dalam masyarakat kapitalis. Melalui studi mengenai kepemilikan dan kontrol, ahli ekonomi politik mendokumentasikan dan menganalisis relasi kuasa, sistem kelas, dan struktur ketidakadilan lainnya. Ahli ekonomi politik kritik menganalisis kontradiksi dan mendorong strategi untuk perlawanan dan intervensi. Pendekatan tersebut mencakup analisis ekonomi dan politik dengan metode-metode yang diambil dari sejarah, ekonomi, sosiologi, dan ilmu politik. Penjelasan-penjelasan tersebut memberikan tahapan atau landasan untuk menerapkan ekonomi politik pada studi komunikasi.


PEMBAHASAN TEORITIS TENTANG EKONOMI POLITIK KOMUNIKASI
Studi akademik tentang komunikasi tidak selalu mencakup analisis ekonomi, apalagi pendekatan ekonomi politik. Selama tahun 1940-an dan 1950-an, para sarjana komunikasi AS memfokuskan perhatiannya terutama pada efek individu dan riset yang berorientasikan psikologi, dengan sedikit perhatian pada konteks ekonomi di mana media diproduksi, didistribusikan dan dikonsumsi. Meskipun terdapat contoh-contoh tentang studi yang merepresentasikan kritik yang radikal atau analisis institusional terhadap struktur dan praktik media, tetapi rujukan yang eksplisit pada ekonomi politik sangatlah kurang.


Pada tahun 1950-an dan awal 1960-an mantan ahli ekonomi Komisi Komunikasi Federal (FCC) dan professor Universitas Illionis Dallas Smythe mendorong para sarjana untuk mempertimbangkan komunikasi sebagai komponen penting dari ekonomi dan memahaminya sebagai entitas ekonomi. Selain menawarkan kursus di Universitas Illionis awal 1948, Smythe mempresentasikan penjelasan pertamanya tentang ekonomi politik komunikasi pada 1960, mendefinisikan pendekatannya itu sebagai studi tentang kebijakan politik dan proses-proses ekonomi, interelasinya, dan pengaruh bersamanya terhadap institusi sosial (Smythe, 1960). Dia menegaskan bahwa tujuan utama menerapkan ekonomi politik terhadap komunikasi adalah mengevaluasi pengaruh agensi komunikasi dalam hal kebijakan di mana ia diorganisasikan dan dioperasikan, atau dengan kata lain, mempelajari struktur dan kebijakan institusi komunikasi dalam setting sosialnya. Lebih jauh Smythe menggambarkan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang muncul dari kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan produksi, alokasi, modal, organisasi dan control, seraya menyimpulkan bahwa studi yang berasal dari area-area tersebut secara prkatis tidak pernah berakhir. Sekalipun pembahasan Smythe pada poin ini tidak menggunakan terminology radikal atau Marksis, tetapi merupakan titik tolak utama dari penelitian sejenis ini yang mendominasi studi tentang komunikasi massa pada waktu itu.


Smythe dan sejumlah sarjana AS lainnya, terutama Herbert Schiller dan kemudian Thomas Guback—terus memusatkan penelitian dan pengajaran mereka pada ekonomi politik komunikasi selama tahun 1960-an, dipengaruhi oleh ahli ekonomi institusional tetapi juga diinspirasikan oleh perkembangan politik dan ekonomi secara umum pada masa itu. Schiller (1999) menunjukkan bahwa para sarjana tersebut tertarik pada karya ahli ekonomi Robert Brady, yang mengkritik perkembangan dalam iklim ekonomi dan politik pada 1930-an dan 1940-an dari sudut gerakan antifasis yang sedang tumbuh di AS.


Tidak sampai tahun 1970-an ekonomi politik media dan komunikasi (PE/C) didefinisikan lagi secara eksplisit tetapi kali ini dalam kerangka yang lebih Marksis. Pada 1973, Graham Murdock dan Peter Golding menawarkan formulasi mereka tentang ekonomi politik komunikasi, menyatakan bahwa “media massa merupakan organisasi industrial dan komersial pertama dan utama yang memproduksi dan mendistribusikan komoditas” (hh. 205-206). Dengan demikian, PE/C sangat tertarik untuk mempelajari komunikasi dan media sebagai komoditas yang diproduksi oleh industri kapitalis (Murdock dan Golding, 1973). Artikel itu membangun sebuah model dasar bagi PE/C dengan memfokuskan pada konsolidasi, konsentrasi (termasuk integrasi dan diversifikasi), dan internasionalisasi institusi media dan merepresentasikan “ …peta konseptual bagi analisis ekonomi politik media yang tidak terdapat dalam literature Inggris” (Mosco, 1996, h. 102). Karya Murdock dan Golding yang lebih belakangan (1979) menempatkan ekonomi politik di dalam kerangka teori kritik dan Marksian yang lebih luas, dengan mengaitkan pada Mazhab Frankfurt dan juga teoresi-teorisi kritik lainnya.


Nicholas Garnha lebih lanjut membuat garis-garis besar dari pendekatan itu pada 1979, juga menghubungkannya pada Mazhab Frankfurt dan menyatakan bahwa ekonomi politik komunikasi melibatkan analisis “mode produksi dan konsumsi kultural yang berkembanga dalam masyarakat kapitalis (Garnham, 1979, h. 123). Dia lebih lanjut menjelaskan bahwa media harus dilihat “pertama sebagai entitas ekonomi yang memiliki peran ekonomi langsung sebagai pencipta nilai surplus melalui produksi dan pertukaran komoditas, dan peran tidak langsung melalui periklanan, dalam menciptakan nilai surplus dalam sector-sektor lain dari produksi komoditas” (h. 132). Sebuah poin penting yang ditekankan Murdock, Golding dan Garnham di atas adalah terkait dengan kontradiksi yang ada di dalam proses tersebut. Secara lebih khusus Garnham menyatakan, meskipun ada control modal atas sarana produksi kulural, “ini tidak berarti bahwa komoditas cultural akan mendukung…ideology yang dominan” (136).


Sementara itu, Armand Mattelart, sarjana Belgia yang bekerja di Perancis juga tahun 1979 menjelaskan sebuah pendekatan Marksis terhadap studi media dan komunikasi dalam “ analisis kelas dan kelompok atas praktik komunikasi popolar” (Matrttelar, 1979). Ia memusatkan perhatian langsung pada Capital karya Marks dalam menggambarkan mode produksi komunikasi, termasuk produksi instrumen, metode yang sedang berjalan dan relasi produksi, dengan menambahkan perhatian khusus pada isu-isu yang terkait dengan ekstensi global media dan komunikasi atau yang ia dan orang lain istilahkan dengan imperialisme kultural (lihat, Bab 3).


Belakangan ini, perhatian yang lebih diberikan pada perbedaan antara pendekatan-pendekatan PE/C. Hesmondhalgh (2002) membahas perbedaan antara “tradisi Schiller McChesney” dan “pendekatan industri cultural.” Di sini ia merujuk pada kritisisme atas sistem media AS, khususnya konsentrasi media, sebagaimana dikembangkan Herb Schiller dan dilanjutkan pada 1990-an oleh McChesney dan lainnya, termasuk Herman dan Chomsky (1988). Hesmondhalgh menegaskan bahwa tradisi yang direpresentasikan oleh Schiller dan McChesney telah memberikan dokumentasi dan analisis yang tak ternilai tentang industri cultural. Namun demikian, Hesmondhalgh merasa bahwa versi PE/C ini mempunyai beberapa kelemahan: ia masih “meremehkan” kontradiksi dalam sistem, gagal menjelaskan kondisi-kondisi khusus ikhwal industri cultural, kurang memberikan perhatian pada konsumsi daripada produksi, dan mengabaikan “pencipta symbol” sementara lebih memokuskan pada media yang berbasiskan informasi daripada media yang berorientasikan entertainment. 


CONTOH-CONTOH EKONOMI POLITIK KOMUNIKASI 
Untuk memahami lebih jauh PE/C, sangatlah berguna untuk mempertimbangkan contoh-contoh khusus tentang isu-isu yang diuji para ahli ekonomi politik, juga contoh-contoh penelitian yang dipengaruhi pendekatan ini. (agaknya mustahil untuk melacak secara lengkap sejarah kaya dan serangkaian luas keilmuan komunikasi yang fokus pada tradisi ekonomi politik karena serangkaian tema yang berkaitan dengan komunikasi dan media telah dianalisis.) meskipun terdapat sejumlah cara untuk mengorganisasikan pembahasan ini, presentasi yang menyertainya membahas beberapa tema umum yang fundamental bagi PE/C dan memberikan sejumlah contoh penelitian yang mewujudkan tema-tema tersebut.


Studi Historis
Sebagian besar penelitian PE/C memasukkan analisis historis, karena sangat penting untuk mendokumentasikan perubahan dan kontinuitas. Namun demikian, banyak studi historis penting telah melacak perkembangan media khusus. Komersialisasi pers didokumentasikan di AS oleh D. Schiller (1981) dan Einstein (1979), dan di Inggris, menekankan pada relasi kelas dan pers mengkarakterisasikan studi historis oleh Curran (1979) dan Spark (1985). Karya historis Ewen (1976, 1998) mempresentasikan evolusi historis periklanan dan hubungan masyarakat, seraya melacak perkembangan konsumsi massa dan manajemen pikiran.


Studi historis tentang penyiaran (broadcasting) di AS dan Kanada sering memfokuskan juga pada komersialisasi, dan hubungan antara kekuatan corporate dan negara (misalnya, Downing, 1990; Kellner, 1990; McChesney, 1993). Sementara itu, Attali (1985) mempresentasikan tinjauan historis terhadap industri music, dan Flichy (1991) membahas sejarah media di Eropada dan Amerika Utara.


Bisnis Media/Komunikasi
Penelitian PE/C memusatkan perhatian pada komunikasi massa sebagai komoditas yang diproduksi dan didistribusikan oleh organisasi-organisasi pencari untung dalam industri kapitalis. Kecenderungan yang diidentifikasi Murdock dan Golding pada 1973 telah meluas dan intensif tidak hanya di dalam industri media tradisional dan menembus divisi industri dan masuk ke dalam bisnis baru yang berkonvergensi secara teknologi. Model pasar kini mendominasi banyak lanskap media (Philo dan Miller, 2000). Komunikasi dan informasi telah menjadi komponen kunci proses marketisasi dan juga berkembang sebagai industri yang signifikan. Di banyak negara, institusi media publik telah diprivatisasi bersamaan dengan institusi publik lainnya, dengan membuka pasar tambahan untuk media transnasional yang tengah tumbuh dan konglomerat entertainment. Selain itu, sistem komunikasi dan informasi baru, seperti internet, berkembang sebagai ruang yang dikomersialisasikan, berlawanan dengan janji-janji awal akan akses dan control publik. Proses komersialisasi ini (termasuk pertumbuhan periklanan dan hubungan masyarakat) disertai oleh budaya konsumeristik yang sangat meluas, yang kemudian menimbulkan istilah kapitalisme budaya (cultural capitalism) (lihat Murdock dan Wasko). 


Analisis media sebagai komoditas dan industri melibatkan berbagai konsep dan tingkat analisis. Pertama, kita akan mendiskusikan contoh-contoh dari berbagai kecenderungan tersebut, dicerminkan oleh pasar AS dan Time Warner, diikuti oleh contoh-contoh penelitian dari tingkat analisis yang berbeda. 


Komodifikasi/Komersialisasi. Sumber-sumber daya media dan komunikasi telah menjadi komoditas –produk dan pelayanan yang dijual oleh perusahaan pencari untung kepada pembeli atau konsumen. Sebuah contoh yang jelas dalam hal ini adalah televise “berbayar” sejak 1980-an (lihat Mosco, 1989). Selain itu, lanskap media dan komunikasi semakin banyak diisi oleh pesan-pesan komersial. Banyak contoh tentang ini, tetapi barangkali evolusi penempatan produk dalam film-film feature Hollywood merupakan salah satu yang paling jelas (lihat Wasko, 1994).


Diversifikasi. Karena perusahaan-perusahaan media telah meluas, maka garis-garis baru bisnis ditambahkan dalam proses diversifikasi. Meskipun sebagian besar industri media di AS dimulai dengan sejumlah besar perusahaan-perusahaan berbeda, industri tersebut sekarang didominasi oleh konglemarat media/entertainment yang besar, seperti Time Warner yang terlibat dalam serangkaian aktivitas yang beragama. Misalnya, Time Warner mencakup hal-hal berikut:


Penerbitan (Time Inc., Little Brown & Co., DC Comics); film (Warner Bros., New Line Cinema, Castle Rock Entertainment, Warner International Theatres); dll


Integrasi Horizontal. Karena korporasi media kian bertambah luas dan menguntungkan, maka ia sering menambah perusahaan yang sejalan dengan bisnisnya, sehingga berintegrasi secara horizontal. TimeWarner, misalnya, menambah sejumlah majalah yang dimiliki Time Inc, dan sekarang menerbitkan lebih dari 140 majalah.


Integrasi vertikal. Perusahaan seperti TimeWarner tidak hanya mengekspansi bisnis, dengan teknologi distribusi yang baru dan pasar yang dideregulasi, melainkan juga berintegrasi secara vertical dengan menambahkan dalam rantai suplai yang sama atau pada tahapan produksi yang berbeda. Misalnya, di TimeWarner, Warner Bros dan New Line Cinema memproduksi dan mendistribusikan film yang dipertunjukkan dalam jaringan kabel perusahaan (HBO, Cinemax) dan televise (jaringan Televisi Warner). 


Sinergi. Ada juga potensi untuk berbagai bisnis yang dimiliki konglomerat yang menggurita tersebut guna bekerja bersama terhadap pasar produk yang lebih efektif, sehingga dapat menghasilkan sebuah sinergi yang memaksimalkan keuntungan. Misalnya, film-film Warner bisa dipromosikan melalui AOL juga outlet-outlet media yang dimiliki perusahaan lainnya, selain juga berfungsi sebagai dasar bagi produk-produk media lainnya (program TV, buku dll).


Konsentrasi Pasar. Tentu saja salah satu isu utama adalah tingkat kompetensi dalam berbagai pasar media. Meskipun pasar kompetitif adalah tujuan kapitalisme, tetapi ada kecenderungan yang tidak bisa dihindari bagi pasar untuk terkonsentrasikan karena beberapa factor (lihat Murdock dan Golding, 1973). Dengan mendokumentasikan tingkat kompetensi actual (atau kurangnya kompetensi), PE/C menantang mitos pasar kompettitif di bawah kapitalisme.


Analisis Media Umum. Berbagai kecenderungan tersebut telah diinvestigasi oleh para ahli ekonomi politik dalam komunikasi pada beragam tingkat analisis, termasuk sistem media nasional, industri media khusus, dan korporasi khusus. Selain itu, tingkat analisis internasional merupakan titik lokus khusus ekonomi politik. Mempertimbangkan perkembangan industri media/komunikasi tersebut, tidaklah sulit untuk menyimpulkan bahwa TimeWarner, dengan bantuan konglomerat lainnya, menominasi lanskap media AS.


Studi Industri. Para ahli ekonomi politik juga telah menguji industri media dan komunikasi khusus, seraya menggambarkan struktur dn kebijakan industri, dan melihat secara lebih mendalam pada kecenderungan-kecenderunan yang telah disebutkan di atas, khususnya komersialisasi, komodifikasi dan integrasi di dalam industri tersebut. Meskipun beberapa industri tersebut bergabung dan berkonvergensi, analisis sector industrial tetapi masih relevan.


Studi Corporate. Contoh-contoh yang telah dikemukakan dengan demikian menguji lebih jauh pola-pola kepemilikan di dalam sector media. Sementara itu, karya lain dalam PE/C memfokuskan secara lebih spesifik terhadap isu-isu yang berkaitan dengan kepemilikan dan control atas organisasi media khusus. Analisis yang lebih mendalam atas organisasi media dan komunikasi sangat pertu untuk menilai mekanisme kepemilikan dan control corporate juga untuk menguji kecenderungan komodifikasi, integrasi dan diversifikasi.


HUBUNGAN MEDIA DENGAN NEGARA
Korporasi yang dimulai di Australia, dimana Murdoch memiliki beberapa koran, dan banyak majalah. Tapi dalam yang akan datang dasa warsa, perusahaan yang memperluas liputi saluran media penting pada tiap benua mengecuali Afrika, dengan kekuatan tertentu di sistem penyiaran satelit. Perusahaan yang punya pemegang di film, televisi, video rumah, kabel terhubung jaringan majalah, koran, buku penerbitan, dan sport. Situsnya korporasi pada tahun 2002 "menghasilkan dan membagikan informasi, berita dan hiburan ke jangkauan terjauh di muka bumi ini." Murdoch strategi global telah menghasilkan keuntungan yang sangat besar pada zamannya ini.


Hubungan timbal balik di antara media dan industri komunikasi merupakan situs dari kekuatan di masyarakat adalah penting bagi analisa dari komunikasi, ekonomi dan sistem politik, terutama masalah pluralisme, perdagangan bebas, dan kompetisi. Dengan demikian, satu tema penting di penelitian ekonomi kenegaraan sedang menjejaki hubungan di antara kekuatan politis dan kekuatan media, terutama hubungan itu yang melibatkan status. 


Media berhadapan dengan tiga kepentingan sekaligus, Negara, pemodal, dan masyarakat. Negara menuntut media menjadi teman dalam pembangunan, yang ikut serta dalam mengkondusifkan stabilitas dan menghindari fungsi sebaliknya. Inilah yang selama ini didefinisikan sebagai media bertanggungjawab dalam politik Negara.


Pemodal memaksa media menjadi sebuah industri dengan logika perniagaan dan keuntungan yang sebesar-besarnya. Walau ini adalah sering diasumsikan bahwa corpo­rations hanya mencari relief dari pencerobohan pemerintah, ini rumit untuk memahami jalanan dimana status mendukung ekonomi dan korporasi.


Ahli ekonomi politis juga mempunyai didiskusikan pembangunan media terperinci dalam hubungan dengan lapisan publik, kewarganegaraan publik, dan demokrasi. Walau mengakui adanya peran kuat ibukota itu permainan di pembangunan media, peneliti telah membantah bahwa emisi ini punya langsung menghubungkan masyarakat dan keikutsertaan masyarakat. 


Tema ini telah tandai beberapa pekerjaan oleh Garnham, Murdock dan McChesney, dan banyak orang lain. Ekonomi media mempunyai kaitan dengan bagaimana operator media menjumpai informational dan hiburan mau dan kebutuhan dari pendengar, pemasang iklan dan masyarakat dengan sumber daya tersedia. Kesepakatan ini dengan faktor mempengaruhi penghasilan dari media baik, jasa dan produk untuk konsumsi. 


Organisasi industri model dari struktur, perlakuan, dan kinerja yang kuat dan kerangka analitis yang berguna untuk analisa ekonomi. Mempergunakan ini, pencarian ahli analisa untuk mendefinisikan ukuran dan bidang lapangan dari struktur dari satu industri kemudian melanjutkan untuk menguji perilaku ekonominya. Kedua tahapan ini memerlukan analisa status dan operasi dari industri, bukan sebagai keinginan ahli analisa ini.


Penggelunturan baris ini, bagaimanapun, beberapa komunikasi sarjana juga mempunyai disokong pembahasan organisatoris berharga, dari industri media dan komunikasi, seperti halnya penekanan kebijakan dan pembangunan pengatur, tapi tidak perlu dari satu perspektif ekonomi kenegaraan.


Bagaimana media industri dan perusahaan dapat menggerakan kehidupan roda ekonomi, dengan kata lain, mewakili satu celebratory memosisikan kapitalisme tetap bertahan. Eksistensi dari suatu organisasi sebagai sistem kerjasama, bergantung pada kemampuan untuk berkomunikasi dan kemauan untuk kerjasama untuk mencapai tujuan bersama. 


Media adalah institusi yang menghubungkan seluruh unsure masyarakat satu dengan lainnya dengan melalui produk media masa yang dihasilkan. Secara spesifik institusi media massa adalah sebagai saluran produksi dan distribusi konten simbolis. Sebagai institusi publik yang bekerja sesuai aturan yang ada. Keikutsertaan baik sebagai pengirim atau penerima adalah sukarela. Menggunakan standar professional dan birokrasi. Media sebagai perpaduan antara kebebasan dan kekuasaan.

Subscribe to receive free email updates: