Unsur-Unsur Difusi Inovasi

Unsur-Unsur Difusi Inovasi  
Komunikasi dan Salurannya
Komunikasi adalah proses dimana partisipan menciptakan dan berbagi informasi satu sama lain untuk mencapai suatu pemahaman bersama. Seperti telah diungkapkan sebelumnya bahwa difusi dapat dipandang sebagai suatu tipe komunikasi khusus dimana informasi yang dipertukarkannya adalah ide baru (inovasi). Dengan demikian, esensi dari proses difusi adalah pertukaran informasi dimana seorang individu mengkomunikasikan suatu ide baru ke seseorang atau beberapa orang lain. Rogers menyebutkan ada empat unsur dari proses komunikasi ini, meliputi: 1) inovasi itu sendiri; 2) seorang individu atau satu unit adopsi lain yang mempunyai pengetahuan atau pengalaman dalam menggunakan inovasi; 3) orang lain atau unit adopsi lain yang belum mempunyai pengetahuan dan pengalaman dalam menggunakan inovasi; dan 4) saluran komunikasi yang menghubungkan dua unit tersebut.

Dapat disimpulkan bahwa komunikasi dalam proses difusi adalah upaya mempertukarkan ide baru (inovasi) oleh seseorang atau unit tertentu yang telah mempunyai pengetahuan dan pengalaman dalam menggunakan inovasi tersebut (innovator) kepada seseorang atau unit lain yang belum memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai inovasi itu (potential adopter) melalui saluran komunikasi tertentu. Sementara itu, saluran komunikasi tersebut dapat dikategorikan menjadi dua yaitu: 1) saluran media massa (mass media channel); dan 2) saluran antarpribadi (interpersonal channel). Media massa dapat berupa radio, televisi, surat kabar, dan lain-lain. Kelebihan media massa adalah dapat menjangkau audiens yang banyak dengan cepat dari satu sumber. Sedangkan saluran antarpribadi melibatkan upaya pertukaran informasi tatap muka antara dua atau lebih individu.

Waktu
Waktu merupakan salah satu unsur penting dalam proses difusi. Dimensi waktu, dalam proses difusi, berpengaruh dalam hal: 1) proses keputusan inovasi, yaitu tahapan proses sejak seseorang menerima informasi pertama sampai ia menerima atau menolak inovasi; 2) keinovativan individu atau unit adopsi lain, yaitu kategori relatif tipe adopter (adopter awal atau akhir); dan 3) rata-rata adopsi dalam suatu sistem, yaitu seberapa banyak jumlah anggota suatu sistem mengadopsi suatu inovasi dalam periode waktu tertentu.

Sistem Sosial
Sangat penting untuk diingat bahwa proses difusi terjadi dalam suatu sistem sosial. Sistem sosial adalah satu set unit yang saling berhubungan yang tergabung dalam suatu upaya pemecahan masalah bersama untuk mencapai suatu tujuan. Anggota dari suatu sistem sosial dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi dan atau sub sistem. Proses difusi dalam kaitannya dengan sistem sosial ini dipengaruhi oleh struktur sosial, norma sosial, peran pemimpin dan agen perubahan, tipe keputusan inovasi dan konsekuensi inovasi.

Implementasi dan Kelembagaan
Implementasi adalah penggunaan bahan dan strategi pembelajaran dalam keadaan yang sesungguhnya bukan tersimulasikan. Pelembagaan adalah penggunaan secara rutin dan pelestarian dari inovasi pembelajaran dalam suatu struktur atau budaya organisasi. Tujuan dari implementasi adalah menjamin penggunaan yang benar oleh individu dalam oraganisasi. Tujuan dari pelembagaan

Kebijakan dan Regulasi
Kebijakan dan regulasi adalah aturan dan tindakan dari masyarakat atau wakilnya yang mempengaruhi difusi atau penyebaran penggunaan teknologi pembelajaran. Kebijakan dan peraturan biasanya dihambat oleh permasalahan etika dan ekonomi. Keduanya timbul sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan individu atau kelompok dalam maupun luar. Dampak pengaruh tersebut lebih pada praktek dari pada teori. Teknologi pembelajaran telah ikut berjasa dalam penentuan kebijakan tentang televisi pembelajaran dan televisi maasyarakat, hukum hak cipta, standar peralatan dan program, serta penentuan unit administrasi yang mendukung teknologi pembelajaran.

Kecenderungan dan permasalahan dalam kawasan pemanfaatan umumnya berkisar pada kebijakan dan peraturan yang mempengaruhi penggunaan, difusi, implementasi dan pelembagaan. Masalah lain yang berhubungan dengan kawasan ini adalah bagaimana gerakan restrukturisasi sekolah dapat mempengaruhi penggunaan sumber belajar. Pertumbuhan yang pesat dari bahan dan sistem berasaskan komputer telah meningkatkan resiko politik dan ekonomi bagi yang akan mengadakan adopsi. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan diantaranya adalah; sikap pembelajar terhadap teknologi, tingkat independensi pembelajar, dan faktor lain yang dapat menghambat dan mendukung media dan materi pembelajaran dalam konteks yang lebih luas.

Pengelolaan/Manajemen
Pengelolaan/manajemen meliputi pengendalian teknologi pembelajaran melalui perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan supervise. Kerumitan Pengelolaan akan semakin meningkat dengan dengan membesarnya usaha sebuah sekolah kacil menjadi besar (seels dan richey, 1994, hal: 54)

Kawasan manajement termasuk manajemen proyek, sumber, system penyampaian dan informasi. Sumber termasuk personel, pendanaa, suplay, waktu, fasilitas, dan sumber pembelajaran. Sistem penyampaian dapat berupa produk seperti hardwarekomputer/sotware atau teknis pendukung, seperti pedoman. Manajemen Informasi tepat dengan “prencanaan, monitoring dan pengaturan penyimpanan, transfer, dan pemrosesan informasi. Peran manajemen adalah banyak mengadakan teknologi pembelajaran.  Teknologi pembelajaran mungkin termasuk dengan usaha seperi manajemen proyek pengembangan pembelajaran atau manajemen pusat media sekolah.

Kawasan manajemen awalnya berkembang dari administrasi pusat media, pelayanan dan program. Sebuah perpaduan antara perpustakaan dan media menyebabkan program-program media perpustakaan sekolah dan pusat-pusat spesialis. Definisi AECT 1977 membagi  manajemen fungsi ke dalam manajemen organisasi dan manajemen personalia sebagai dilakukan oleh administrator pusat media dan program.

Manajemen melibatkan mengendalikan Instructional Technology melalui
perencanaan, pengorganisasian, koordinasi dan pengawasan. Manajemen umumnya produk sistem nilai operasional. Kompleksitas pengelolaan sumber daya beberapa penuaan, personalia, dan desain dan upaya pembangunan dikalikan sebagai ukuran intervensi tumbuh dari kecil, satu-sekolah-departemen atau perusahaan, untuk negara-lebar intervensi instruksional dan global perubahan perusahaan multi-nasional. Berikut sub domain dari Kawasan manajemen:

Manjemen Proyek
Manajemen proyek termasuk perencanaan, monitoring, dan pengendalian  proyek  desain pembelajaran dan pengembangan. Menurut Rothwell and Kazanas (1992)  manajemen proyek berbeda dengan manajemen tradisional, dimana garis dan staf manajement  alasannya: (a) anggota proyek kemungkinan baru, anggota team jangka pendek; (b)  manajer proyek biasanya kekurangan otoritas jangka panjang kepda orang-orang karena mereka bos sementara, dan (c) manajer proyek menikmati lebih banyak klendali dan fleksibilitas bibanding baisanya dan garis dan staf organisasi (Seels&Richey, 1994, hal:55).

Proyek manajer bertanggung jawab untuk perencanaan, penjadwalan, dan pengaturan fungsi pada desain pembelajaran atau jenis proyek lainnya. Mereka hari dinegosiasikan, dana, pemasanagan system pemantauan informasi, dan evaluasi kemajuan. Manajemen proyek biasanya berperan  persetujuan dengan perlakukan untuk kesuksesan dan merekomendsaikan perubahan internal (Seels&Richey, 1994, hal:55).

Manajemen Sumber
Manajemen sumber termasuk perencanaan, pemantaun, dan pengawasan system sumber pendukung dan pelayanan. Manajemen sumber termasuk personel, pendanaan, suplay, waktu, dan fasilitas, dan sumber pembelajaran. Sumber pembelajaran mencakup semua penjelasn teknologi dalam bagian pada kawasan pengembanga. Efektivitas biaya dan pembenaran efektivitas belajar adalah dua penting karakteristik manajemen sumber. (Seels&Richey, 1994, hal:55).

Manajemen Sistem Penyampaian
Manajemen system penyapaian termasuk perencanaan, pengawasan, dan pengaturan “motode dimana penyebaran materi pembelajaran yang diorganisasi…ini merupakan perpaduan penggunan media dan metode yang dikerjakan untuk menyajikan informasi pembalajaran pada siswa” (Ellington and Harris, 19S6, p.47, Barbara and Seels 1994).

Manajemen system penyamapaian berfokus pada issu produk seperti hardware/software, dan issu proses, seperti pedoman untuk perancang dan instruktur. Dengan parameter keputusan harus dibuat bahwa ketepatan perangkat terknologi dengan tujuan pembelajaran. Keputusan tengan manajemen system penyampaian biasanya tegantung pada manajemen system sumber.

Manajemen Informasi
Manajemen informasi juga termasuk perencanaan, pemantauan, dan pengawasn dan penyimpanan, transfer atau pemrosesan informasi dalam hal untuk menyediakan sumber belajar. Penjelasan teknologi dalam domain pengembangan adalah metode penyimpanan dan pengiriman.

Trasnmisi atau transfer informasi biasanya terjadi melalui teknologi terpadu. “Pemrosesan terdiri dari perubahan beberapa aspek informasi (melalui program computer)…membuat lebih cocok untuk beberapa tujuan” (Lindenmayer, 1988, p. 317).  Manajemen informasi lebih penting untuk menyediaan akses dan mudah digunakan. Perkembangan pengetahuan dan industry pengetahuan di luar ruang lingkup bahwa sistem pendidikan saat ini dapat mengakomodasi; berarti bahwa ini adalah daerah yang sangat penting bagi Teknologi Pembelajaran di masa depan. Sebuah komponen penting dari kawasanakan terus menjadi manajemen sistem penyimpanan informasi untuk tujuan pembelajaran.

Evaluasi/Penilaian
Penilaian/evaluasi proses penentuan  memadai tidaknya pembelajaran  dan belajar. Evaluasi terdiri dari analisis masalah, referensi criteria, fomativ, dan sumatif yang merupakan kawasan evaluasi. Hasil dari evaluasi dibawa untuk pemahaman yang lebih baik masalah, penguasaan informasi, serta individu menginformasikan pada potensi pembelian. Kawasan dan evaluasi berkembang sebagai penelitian pendidikan dan bidang metodelogy yang berkembang, biasanya bersamaan atau paralel dengan bidang.

Evaluasi adalah proses penentuan kecukupan pada instruksi dan belajar. Evaluasi dimilai dengan menganalisis masalah. Ini adalah langkah awal yang penting dalam pengembangan dan evaluasi untuk pembelajara karena tujuan dan kendala dijelaskan pada tahap ini. Menurut  Worthen and Sanders (1987) “Evaluasi menentukan hal yang dinilai” Dalam Pendidikan, hal ini penentuan formal untuk kualitas, efektivitas atau nilai program, produk, proyek, proses, tujuan atau kurilum. Penjelasan dari sub domain adalah sebagai berikut:

Analisis masalah :
 Analisis masalah Termasuk penentuann sifat dan parameter masalah dengan menggunakan pengumpulan-informasi dan pengambilan keputusan strategi. Dalam membuat keputusan. Dengan demikian upaya evaluasi termasuk identifikasi kebutuhan untuk menentukan sejauh mana masalah dapat dikelaskan sebagai pembelajaran dalam alami, mengindetifikasi kendala, sumber daya karakteristik peserta didik, dan menentukan tujuan dan prioritas (Seels dan Glasgow, 1990, hal.61). Keperluan didefinisikan sebagai "kesenjangan antara 'apa' dan 'apa yang harus" dalam hal hasil "(Kaufman, 1972), dan kebutuhan penilaian merupakan studi sistematis kebutuhan tersebut. Sebuah perbedaan penting harus diberikan di sini. Analisis kebutuhan  tidak dilakukan untuk melakukan lebih dipertahankan evaluasi sebagai kemajuan proyek

Pengukuran acuan-patokan(Criterion-Referenced Measurement).
Kriteria  pengukuran penilaian melibatkan teknik untuk menentukan penguasaan materi/paribal  pelajaran yang telah ditentukan sebelumnya. Kriteria referensi penilaian menyedukan informasi tentang penguasaan seseorang terhadap pengetahuan, sikap dan keterampilan relative terhadap tujuan. Kesuksesan pada criteria referensi penilalan sering berpedoman pada dapat melakukan suatu kompetensi tertentu.

Evaluasi Formative and Summative.
Evaluasi Formatif melibatkan pengumpulan informasi tentang kecukupan dan menggunakan informasi ini sebagai dasar untuk pengembangan lebih lanjut. Evaluasi sumatif melibatkan pengumpulan informasi tentang kecukupan dan menggunakan informasi ini untuk membuat keputusan tentang pemanfaatan. Metode evaluasi sumatif dan formatif berbeda. Evaluasi formatif tegantug pada teknis (isi) review dan tutorial, uji coba kelomok kecil atau besar. Metode pengumpulan data biasanya informal seperti observasi, wawancara dan test pendek. Evaluasi sumatif dalam bentuk lain membutuhkan prosedur lebih formal dan metode pengumpulan data. Evaluasi sumatif biasanya studi perbandingan kelompok dalam desain quasi eksperimen. Keduanya evaluasi formatif dan suamtif membutuhkan pertimbangan perhatian untuk menyeimbangkan penilaian kualitatif dan kuantitatif. (Seels&Richey, 1994, hal:62-63).

Penelitian
Perkembangan  landasan lmiah dan definisi tersebut kemudian telah membentuk landasan ilmiah tersendiri, berupa teori, model, konsep, prinsip, proposisi dan prosedur yang merupakan cirri unik teknologi pendidikan. Pengkajian ilmiah dalam teknologi pendidikan/pembelajaran tidak hanya mempersoalkan unsure-unsur yang terkandung dalam objek formal, yaitu belajar, melainkan juga pendekatannya yaitu teknik intelektual atau tata cara ilmiah yang digunakan dalam mencari pembenaran atas objek yang dipermasalahkan.(Miarso , 2004)

Pada awal perkembangan teknologi pendidikan, dimana media merupakan unsur yang menonjol, mayoritas penelitian dilakukan yang berkaitan dengan media.

Penelitian yang berkaitan dengan media sendiri telah berlangsung dalam lima fase. Kelima fase itu memepermasalahkan hal-hal berikut :
a. Apakah pengajaran dengan media ada hasilnya
b. Seberapa besar hasil pengajaran dengan ilmiah
c. Dalam kondisi bagaimana dapat diperoleh hasil yang terbaik dari media
d. Siapa saja yang akan memperoleh manfaat dari media
e. Karakteristik pembelajar (learner) seperti apa, dan dalam kondisi dan situasibagaimana dapat diperoleh manfaat maksimal dari media.

Bertolak dari uraian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kawasan penelitian teknologi pendidikan sangat luas sekali bahkan boleh dikatakan hamper tidak terbatas, sepanjang penelitian itu berkaitan dengan pemecahan masalah belajar.

Meurut Amiel, T., & Reeves, T. C. (2008). Penelitian teknologi pendidikan bertujuan untuk memeriksa pengaruh peralatan dalam proses pendidikan telah menunjuk sistematis kecil saran kepada praktisi. Pengenalan teknologi sebagai proses telah berimplikasi bagaimana teknolog pendidikan menghubungkan penelitian. Sekali mengnali proses, tujuan/akhir tekbnologi menjadi latardepan. 

Bidang Garapan Teknologi Pendidikan
Berdasarkan uraian terdahulu tentang obyek formal teknologi pendidikan dan profesi teknolog pendidikan, dapat disimpulkan bahwa bidang garapan atau disebut pula praktek teknologi pendidikan meliputi segala sesuatu dimana ada masalah belajar yang perlu dipecahkan. (Miarso, 2009).  Mereka yang berprofesi atau bergerak dalam bidang teknologi pendidikan atau singkatnya disebut Teknolog Pendidikan, harus mempunyai komitmen dalam melaksanakan tugas profesionalnya yang utama yaitu terselenggaranya proses belajar bagi setiap orang, dengan dikembangkan dan digunakannya berbagai sumber belajar selaras dengan karakteristik masing-masing pebelajar (learners) serta perkembangan lingkungan. Karena lingkungan itu senantiasa berubah, maka para Teknolog Pendidikan harus senantiasa mengikuti perkembangan atau perubahan itu, dan oleh karena itu ia dtuntut untuk selalu mengembangkan diri sesuai dengan kondisi lingkungan dan tuntutan zaman, termasuk selalu mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi. 

Subscribe to receive free email updates: