Jenis Makna dalam Hidup
Menurut Fankl (dalam Bastaman 1996) ada tiga makna hidup ini yang dapat membawa manusia kepada makna hidupnya, yaitu :
Makna Kerja
Makna hidup bukanlah untuk dipertanyakan tetapi untuk dijawab, karena kita bertanggung jawab atas hidup ini. Jawaban ini hanya diberikan dalam kata-kata tetapi yang utama adalah dengan berbuat dan dengan melakukanya. Aktualisasi nila-nilai kreatif yang bisa memberikan makna kepada kehidupan seseorang biasanya terkandung dalam pekerjaan seseorang.
Pekerjaan menurut Frankl (dalam Bastaman 1996) merepresentasikan keunikan keberadaann individu dalam hubunganya dengan masyarakat dan karenanya memperolah makna dan nilai. Makna dan nilai ini berhubungan dengan pekerjaan seseorang sebagai kontribusinya terhadap masyarakat dan bukan pekerjaanya yang sesungguhnya yang dinilai.
Rasa kekosongan dan tampa makna yang dialami para penganggur juga dialami oleh narapidana dalam kamp kosentarasi. Dalam kedaanseperti itu, mungkin terlihat sekilas bahwa kondisi tampa pekerjaan menyebabkan seseorang menjadi neurotis. Kesan demilkian itu sebenarnya tidak terlalu tepat, karena ternyata tidak semua penganggur kemudian mengalami unemployment neurosis. Pada mereka yang telah menyadari bahwa makna hidup tidak semata-semata tergantung pada pekerjaan yang mendapatkan upah, unemployment neurosis tidak terjadi. Misalnya para penganggur yang memanfaatkan waktu luangnya dengan melakukan berbagai kegiatan sosial yang dapat meningkatkan amal ibadah mereka.
Makna Penderitaan
Penderitaan memberikan suatu makna manakala individu menghadapi situasi kehidupan yang tidak dapat dihindari. Bilamana suatu keadaan sungguh-sungguh tidak bisa diubah dan individu tidak lagi memiliki peluang untuk merealisasikan nilai-nilai kreatif, maka saatnya untuk merealisasikan nilai-nilai bersikap. Dalam penderitaan individu berada dalam ketegangan atas apa yang seharusnya terjadi dengan apa yang sebenarnya terjadi dalam kenyataan.
Nilai-nilai bersikap teraktualisasi ketika individu diharapkan pada sesuatu yang sudah menjadi takdirnya. Dalam menghadapi masalah ini, individu bersikap menerima kesulitan-kesulitan hidupnya dan di sanalah teraktualisasi potensi-potensi nilai yang tidak terkira banyaknya.
Hidup adalah sebuah kesempatan untuk sesuatu, baik membentuk nasib (melalui nilai-nilai kreatif), dengan menentukan sikap terhadap nasib (melalui nilai-nilai bersikap) berarti individu menunjukan keberaniaan dan kemuliaan menghadapi penderitaanya. Penderiataan dapat membuat manusia merasakan hidup yang sesungguhnya. Dalam penderitaan dikatakan bahwa manusia dapat menjadi matang, karena melalui penderiataan itulah manusia belajar dan semakin memperkaya hidupnya.
Makna Cinta
Eksistensi manusia didasari oleh keunikan dan keistimewaan individu tersebut. Cinta berarti mengalami hidup bersama orang lain dengan segala keunikan dan keistimewaannya. Dalam cinta terjadi penerimaan penuh akan nilai-nilai, tampa kontribusi maupun usaha dari yang dicintai, cinta membuat si pecinta menerima segala keunukan dan keistimewaan orang yang dicintainya.
Cinta mungkinkan individu untuk melihat inti spiritual orang lain, nilai-nilai potensial dan hakekat yang dimilikinya. Cinta memungkinkan kita untuk mengalmi kepribadiaan orang lain dalam dunianya sendiri dan dengan demikian memperluas dunia kita sendiri. Bahkan pengalam kita dalam cinta berubah menjadi kisah yang menyedihkan, kita tetap diperkaya dengan diberikan makna yang lebih mendalam akan hidup. Manusia rela menanggung resiko mengalami sekian banyak kisah cinta yang menyedihkan asalkan ia dapat mengalami satu saja kisah cinta yang membahagiakan.
Ketiga cara tersebut menggambarkan bahwa seseorang dalam mencari makna hidupnya harus dengan menyakini bahwa makna tersebut adalah seseatu yang obyektif, yang bersifat menuntut atau menantang tetapi juga merupakan suatu hal yang mutlak bagi manusia untuk dapat mencapai pemenuhan makan itu.
Dari uraian diatas peneliti mengambil kesimpulan pengertian kebermaknaan hidup adalah merupakan sesuatu yang dianggap penting, benar dan didambakan serta memberikan nilai khusus bagi seseorang. Makana hidup menunjukan bahwa di dalamnya terkandung juga tujuan hidup, yakni hal-hal yang perlu dicapai dan dipenuhi bila berhasil ditemukan dan dipenuhi akan menyebabkan kehidupan ini dirasakan demikian berarti dan berharga.
Proses-proses Perubahan Dari Penghayatan Hidup Tak Bermakna Menjadi Lebih Bermakna.
Meneurut Bastaman (1996) dalam proses perubahan dari penghayatan hidup tak bermakna menjadi lebih bermakna dapat digambarkan tahapan-tahapan pengalaman tertentu. Hal ini hanya merupakan konstruksi teoritis yang dalam realitas sebenarnya tidak selalu mengikuti urutan tersebut (untuk mepermudah pemahaman secara menyeluruh). Tahapan-tahapan ini dapat digolongkan menjadi lima sebagai berikut :
a. Tahap Derita (peristiwa tragis, penghayatan tampa makna)
b. Tahap Penerimaan Diri (pemahaman diri, pengubahan sikap)
c. Tahap Penemuan Makna Hidup (penemuan makna dan penemuan tujuan- tujuan hidup)
d. Tahap Realisasi Makna (keikatan diri, kegiatan terarah untuk pemenuhan makna hidup)
e. Tahap Kehidupan Bermakna (penghayatan bermaknaan, kebahagiaan)
Peristiwa tragis yang membawa kepada kondisi hidup tak bermakna dapat menimbulakan kesadaran diri (self insight) dalam diri individu akan keadaan dirinya dan membantunya untuk mengubah kondisi diri menjadi lebih baik lagi. Gejala-gejala utama penghayatan hidup tak bermakna, individu dapat merasa hampa, gersang, merasa tak memiliki tujuan hidup, merasa hidup tak berarti, serba bosan dan apatis. Kebosanan (boredom) adalah ketidakmampuan seseorang umtuk membangkitkan minat, sedangkan apatis (apality) merupakan ketidakmampuan untuk mengambil prakarsa. Penghayaran-penghayatan tersebut menurut Frankl (1973), mungkin saja tidak terungkap secara nyata, tetapi terselubung (Masked) dibalik bebrbagai upaya kopensasi dan kehendak yang berlebihan untuk berkuasa (the will to power), bersenang-senang mencari kenikmatan seksual (the will tosex), bekerja (the will to work), dan mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya (the will to money). Dengan kata lain perilaku dan kehendak yang berlebihan itu biasanya menutupi penghayatan hidup tanpa makna.
Munculnya kesadaran diri ini dapat didorong karena berbagai macam sebab seperti perenungan diri, konsultasi dengan para ahli, mendapat pandangan dari seseorang, hasil doa dan ibadah, belajar dari pengalaman orang lain atau memahami peristiwa tertentu yang secara dramatis mengubah sikap selama ini. Bersamaan dengan ini individu dapat menyadari adanya nilai-nilai kreatif, pengalaman maupun sikap yang kemudian ditetapkan sebagai tujuan hidup. Atas dasar pemahaman diri dan penemuan makan hidup ini timbul perubahan sikap (changing attitude) dalam menghadapi masalah. Setelah individu berhasil menghadapi masalahnya, semangat hidup dan gairah kerja meningkat, kemudian secara sadar melakukan keikatan diri (self commitment) untuk melakukan berbagai kegiatan terarah untuk memenuhi makan hidup yang ditemukan. Kegiatan ini biasanya berupa pengalaman bakat, kemampuan, keterampilan dan berbagai potensi positif lainya yang sebelumnya terabaikan. Bila tahap ini pada akhirnya berasil dilalui, dapat dipastikan akan menimbulkan perubahan kondisi hidup yang lebih baik dan mengembangkan penghayatan hidup bermakna dengan kebahagiaan. (Bastaman,1996). Dari gambaran diatas jelas bahwa penghayatan hidup bermakna merupakan gerbang ke arah kepuasan dan kebahagiaan hidup. Hanya dengan memenuhi makna-makna potensial yang ditawarkan oleh kehidupanlah, penghayatan hidup bermakan tercapai dengan kebahagiaan sebagai ganjarannya.