Pengertian single mother

Pengertian single mother
Umumnya suatu keluarga terdiri dari ayah,atau suami ibu atau isteri dan anak-anak. Di dalam kehidupan keluarga, ayah dan ibu memiliki peran sebagai orangtua dari anak-anak. Pada kenyataannya, di masyarakat terdapat keluarga yang salah satu orangtua tidak ada, baik karena perceraian, perpisahan atau meninggal dunia. Di dalam suatu keluarga dimana hanya seorang ibu berperan tanpa dukungan atau bantuan figur seorang suami, sering dinamakan sebagai single mother.

Menurut Perlmutter & Hall (1992) ada beberapa sebab mengapa seseorang sampai menjadi single mother, yaitu karena kematiaan suami atau, perceraian atau perpisahan, mempunyai anak tampa nikah. Menurut Papalia dkk. (2002) single motheradalah wanita yang ditinggalkan oleh suami atau pasangan hidupnya baik karena terpisah, bercerai atau meninggal dunia untuk kemudian memutuskan untuk tidak menikah melainkan membesarkan anak-anaknya seorang diri.

Sedangkan Anderson dkk (1998) mengartikan single mother sebagai wanita dewasa yang memilih untuk hidup sendiri tanpa pendamping dikarenakan perpisahan atau perceraian. Exter (dalam Anderson dkk. 1998) mengatakan bahwa menjadi  single mother merupakan pilihan hidup yang dijalani oleh individu yang berkomitmen untuk tidak menikah atau menjalin hubungan intim dengan orang lain.

Single mother dapat pula diartikan sebagai sosok yang menjadi tulang punggung keluarga, baik karena bercerai, kematian atau karena pernikahan yang  tidak harmonis (Anderson dkk. 1998). Saund (dalam Papalia dkk. 2002) menjelaskan bahwa individu yang telah terikat erta dengan figur suaminya namun karena suatu hal kehilangan partner untuk bertukar pikiran, mengurus rumah tangga dan membesarkan anak-anak dapat disebut sebagai single mother.

Berdasarkan definisi diatas maka pengertian single mother adalah wanita yang ditinggal mati suami , bercerai atau ditinggalkan pasangan hidupnya yang tanpa ada ikatan pernikahan  dan berperan sebagai tulang punggung keluarga dimana tanggung jawab atas finansial, emosinal maupun masa depan keluarga dipegang sepenuhnya oleh individu tersebut. Pada penelitiaan ini, single mother yang dijadikan subjek penelitian adalah single mother yang membesarkan anaknya tanpa disertai kehadiran dan tanggung jawab pasanganya.

Tahapan yang dilalui single mother
Ketika individu kehilangan seseorang yang dicintainya maka individu tersebut biasanya merasakan sakit yang begitu dalam, rasa frustasi dan kehilangan yang mungkin baru akan hilang setelah melalui waktu yang cukup lama (Papalia dkk. 2002). Menurut Kubler-Ross (dalam papalia dkk. 2002) individu yang mengalami hal yang demikian memrlukan waktu untuk dapat menyesuaikan duri dengan kehidupan baru tampa seorang pendamping. Biasanya wanita yang ditinggal mati oleh suaminya dan menjadi single mother pada awalnya akan mengalami bebrapa tahapan, yaitu :

Shock and disbelief
Tahap pertama ini terjadi sampai beberapa minggu setelah kematiaan pasangan hidup. Umunya individu yang ditinggalkan merasa kehilangan, bingung serta tidak percaya pada apa yang terjadi. Perasaan hampa seringkali dirasakan ketika individu merasa ada yang hilang dari kehidupanya dan sering terlihat menangis.

Preoccupation with the memory of the death person
Tahap kedua ini terjadi kurang lebih enam bulan setelah kematiaan. Individu yang ditinggalkan umumnya telah berusaha menjalani hiodup dengan normal namun belum bisa sepenuhnya menerima kenyataan. Sesekali individu masih terlihat menangis dan tetap merasa bahwa sang suami masih mendampinginya, mendengar suaranya, merasakan kehadiranya atau sering memimpikanya.

Resolution
Tahap terakhir ini terjadi ketika individu menemukan kembali semangat untuk menjalani hidup seperti sebelum peristiwa tragis terjadi. Kenagan akan suami tercinta biasanya akan membawa rasa sedih namun tidak begitu menyebabkan luka yang mendalam. Hal ini karena individu menyadari bahwa meski dirinya tidak lagi memiliki pendamping namun hidup harus tetapa berjalan.

Problematika single mother
Parkes (dalam Kirana, 2002 )  menyatakan problematika yang dihadapi oleh single mother :

Menjadi single mother disebut oleh Ellison (2003) sebagai situasi yang khusus sekaligus ekstim dan menantang bagi seorang wanita. Hal ini karena umumnya individu menjadi single mother terlebih dahulu melewati masa-masa yang penuh stres, ketakutan dan rasa bersalah dari kejadiaan-kejadian traumatis yang dilaminya, baru kemudian menyesuaikan diri dengan kehidupan yang baru serta tanggung jawab yang lebih besar terhadap keluarganya.

Terkadang konflik internal muncul saat single mother harus memainkan peran sebagai ibu sekaligus ayah bagi anak-anaknya. Hal ini karena di satu sisi individu harus mengurus keperluan rumah tangga namun di sisi lain, individu juga harus  bekerja untuk menafkahi keluarganya. Bila individu cenderung memainkan satu peranan saja maka akan mengorbankan hal-hal yang sesungguhnya penting.

Selain konflik batin antara bekerja dan mengurus rumah, Moss dan Moss (dalam Kirana, 2002) menambahkan bahwa kepergiaan salah satu orangtua baik ayah atau ibu akan membawa masalah baru bagi keluarga tersebut, yaitu :
a.       Berubahnya cara pandang anak terhadap orangtua.
b.      Hilangnya ikatan yang telah terjalin anatara anak dan orangtua sehingga menyebabkan perlakuan yang berbeda terhadap pola asuh anak.
c.       Meninggalkan rasa bersalah orangtua terhadap kelangsungan keluarga terutama masa depan anak-anak.
d.      Ketidakseimbangan dan ketegangan antara orangtua-anak
e.       Hilangnya dukungan sosial maupun instrumental untuk temapat sharing atau meminta bantuan

Subscribe to receive free email updates: