Konservasi alam secara tradisional menurut kelompok etnik Sentani, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua
Pada kelompok etnik Sentani yang mendiami darah sekitar danau Sentani yang terletak di sebelah selatan pegunungan Cycloop, Kabupaten Jayapura, terdapat meknisme pengawasan terhadap pemanfaatan sumber daya alam yang diatur melalui bagian tertentu dalam organisasi pemerintahan adatnya. Dalam struktur organisasi pemerintahan adat terdapat suatu bagian yang memang diadakan untuk kepentingan pengawasan pemanfaatan sumber daya alam. Bagian dalam struktur organisasi pemerintahan adat ini disebut phume-ameyo. Phume-ameyo diartikan sebagai bagian dalam struktur organisasi pemerinahan adat yang mempunyai tugas dan tanggungjawab untuk mengurus masalah-masalah yang menyangkut kemakmuran dan kesejahteraan masyarkat. Dalam bidang ini terdapat sejumlah fungsionaris atau pejabat yang mempunyai tanggungjawab untuk mengawasi dan mengatur pemanfaatan sumber daya alam yang berada di dalam wilayah kekuasaan kampung. Misalnya untuk mangambil hasil hutan sagu ( meramu sagu) maka ada pejabat yang berwewenang untuk mengatur pemanfaatannya, pejabat ini disebut fi-yo; selanjutnya pejabat yang mempunyai tugas untuk mengurus dan mengawasi penangkapan ikan di perairan danau milik kampung disebut buyo-kayo. Selain itu petugas khusus yang mengatur dan mengawasi pemanfaatan hasil hutan disebut aniyo-erayo; sedangankan petugas yang khusus mengawasi dan mengatur pemanfaatan bintang buruan disebu yayo. Dengan menempatakan berbagai pejabat dalam struktur pemerintahan adat seperti tersebut di atas untuk mejaga, dan mengatur pemanfaatan sumber daya alam di wilayah kekuasaan masing-masing kampung pada kelompok etnik Sentani, juga pada kelompok etnik Nimboran dan kelompo etnik Tabla di daerah Jayapura, maka secara tradisi hubungan antara manusia dengan lingkungan tetap terjaga dan terpelihara sehingga SDA yang terdapat di dalam lingkungan alamnya selalu terpelihara dengan baik untuk dapat dimanfaatkan secara berkesinambungan dari generasi- ke generasi. Hal demikian mulai terganggu sejak system pemerintahan modern berlaku di daerah ini pada awal abad ke-20.
Sebagai simpulan dari penjelasan-penjelasan di atas ialah bahwa kita harus bercermin pada masyarakat tradisional untuk menata hubungan kita dengan alam demi keberlanjutan hidup mahluk manusia. Masyarakat tradisional telah berhasil mewariskan bumi ini dalam keadaan tidak tercemar kepada kita diwaktu sekarang untuk memanfaatkannya dan menikmati kehidupan di atasnya. Keberhasilan itu merupakan perwujudan nyata dari ketaatan mereka terhadap nilai-nilai dan norma-norma serta sikap yang mereka kembangkan dalam kebudayaannya untuk menjaga dan melestarikan alam.
Seringkali norma-norma dan nilai-nilai itu mereka samarkan dalam kepercayaan-kepercayaan yang mereka anut sehingga bagi kebanyakan orang di zaman modern ini menganggapnya tidak rasional dan bahkan kadangkala mencemohkannya. Meskipun demikian jangan lupa, bahwa strategi-strategi yang mereka gunakan untuk menanamkan dan melaksanakan nilai-nilai dan norma-norma yang berhubungan dengan pengaturan dan penjagaan terhadap keseimbangan hubungan mahluk manusia dengan ekosistem dalam rangka menyiapkan secara lestari kebutuhan manusia itu adalah sangat efektif. Berbagai sumber daya alam yang dinikmati sekarang sesungguhnya merupakan bukti nyata keberhasilan masyarakat tradisional pada masa lampau untuk menjaga, melestarikan dan mewariskannya bagi kita di waktu sekarang.
Persoalan bagi kita sekarang adalah mampukah kita untuk dapat berbuat hal yang sama bagi generasi mendatang? Menurut hemat saya, bahwa kita yang hidup di zaman sekarang yang lebih rasional dapat menggunakan kemudahan-kemudahan teknologi informasi yang merupakan hasil kebudayaan modern untuk mensosialisasikan dan melaksanakan berbagai kebijakan lingkungan baik tingkat internasional, regional maupun lokal untuk memanfaatkan dan menata lingkungan secara lestari demi kepentingan kita di masa sekarang maupun bagi kepentingan generasi-generasi penerus kita di masa depan. Saya percaya bahwa kita tidak akan mau kalah dari generasi-generasi pendahulu kita yang disebut masyarakat tradisional itu. Agar kita dapat berhasil mewariskan bumi kita ini sebagai tempat yang layak dihuni oleh generasi penerus kita, maka kita harus komit untuk saling mendukung dan bahu membahu dalam melaksanakan berbagai upaya pembangunan berkelanjutan secara transparan dan bertanggungjawab.