Meningkatkan Motivasi Ibadah

Meningkatkan Motivasi Ibadah
Manusia -sebagaimana juga jin- dicipta oleh Allah untuk beribadah, baik ibadah yang bersifat mahdhah (ritual/vertical) seperti shalat, puasa, membaca Al-Qur'an, berdzikir, qiyamul layl dan lain-lain, maupun ibadah yang bersifat ghoiru mahdhoh (horizontal/cultural) seperti menjaga kebersihan, ketenangan, keamanan, kestabilan lingkungan, aksi sosial, memberantas kebodohan, menegakkan keadilan, mencari nafkah dan lain sebagainya. Berdasarkan firman Allah, "Dan tidak aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku" (QS. Adz-Dzaariyaat, 51:56).

Alangkah beruntungnya, ketika tugas kita adalah beribadah di saat itu juga kita selalu termotivasi untuk beribadah. Namun alangkah ruginya jika, tugas kita adalah beribadah namun kita kekurangan motivasi beribadah.

Namun dalam perjalanan ibadah manusia sering kali kehilangan motivasi ibadahnya terutama seusai Ramadhan. Hal ini ditandai dengan timbulnya rasa malas dalam beribadah. Jika rasa malas ini dituruti, maka semakin pudarlah cahaya iman yang ada dalam qalbunya dan semakin jauh dari Allah. Fenomena inilah yang terjadi pada umat Islam khususnya di Indonesia dimana mereka semakin jauh dari Allah, semakin tipis tingkat ketaqwaan, semakin terjerumus ke dalam lembah hedonisme dan materialisme, pola hidup syahwati merebak sampai ke sudut-sudut desa. Oleh karena itulah pentingnya kita menjaga motivasi ibadah kita agar tetap berada dalam naungan Allah SWT. Secara sederhana, motivasi adalah: "something generates someone to do something", artinya sesuatu yang dapat menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu.

Islam memiliki banyak hal yang bisa dijadikan motivasi ibadah diantaranya yaitu:
  1. Meyakini akan banyaknya pahala di balik suatu amal.
    Dengan meyakini banyaknya pahala dibalik suatu amal, kita akan lebih rajin dalam beribadah. Seorang karyawan suatu kantor rela pergi setiap pagi dan pulang malam hari meninggalkan keluarga, kesenangan, rela melaksanakan apapun perintah atasan meskipun sering kali dia tidak nyaman dalam mengerjakannya, karena dia yakin bahwa di balik pekerjaannya itu ada reward yang sesuai.
Begitu pula dengan ibadah, jika kita banyak mengetahui fadhoil a'mal (keutamaan-keutamaan amal) tentu kita akan lebih termotivasi dalam melaksanakan ibadah. Dan balasan dari Allah tentulah jauh lebih besar. Karena Allah Maha Kaya. Ramadhan adalah bulan penuh pelipatgandaan dan bonus pahala. Dan besarnya pahala bagi yang beribadah pada bulan ini menjadi salah satu motivasi terbesar umat Islam dalam menjalankan ibadah. Namun usainya penawaran pelipatgandaan dan bonus jangan sampai membuat semangat ibadah kita ikut usai. Karena sesungguhnya masih banyak motivator ibadah lainnya.

  1. Sadar akan banyaknya kebutuhan/kebergantungan kepada Allah
    Kebutuhan manusia kepada Allah sangatlah banyak bahkan terlalu banyak untuk dihitung. Dan diantara sekian banyak kebutuhan itu tentu ada kebutuhan yang diprioritaskan. Alangkah ironisnya jika memiliki banyak kebutuhan sementara kita menjauhkan diri dari Allah yang Maha memenuhi kebutuhan. Maka hendaknya kita mendekatkan diri kepada Allah.

Janji-janji Allah bagi orang yang bertaqwa dalam surat Ath-Thalaq ayat 2-5 adalah:
a. Diberikan Solusi. Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. (Ayat 2)
b. Diberi Rizki yang tak terduga. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (Ayat 3)
c. Dimudahkan urusannya. Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. (Ayat 4)
d. Dihapuskan kesalahan-kesalahannya
e. Dilipat gandakan pahalanya. Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya. (Ayat 5). Semakin banyak kita memiliki kebutuhan, maka hendaklah semakin bertaqwa kita kepada Allah.

  1. Sadar Akan Banyaknya Dosa (Taubat)
    Menyadari banyaknya dosa dapat dijadikan motivator untuk beribadah. Ketika kita sedang malas beribadah, ingatlah dosa-dosa kita dan renungkanlah betapa durhakanya kita kepada Allah yang selalu memberikan nikmat kepada kita namun selalu kita balas dengan kedurhakaan. Yang kita harapkan dari ibadah kita adalah Allah rela mengampuni dosa-dosa kita.

Orang yang merasa banyak dosa harus banyak pula melakukan amal shaleh.

Rasulullah s.a.w. bersabda: Bertaqwalah kepada Allah dimanapun anda berada. Dan iringilah keburukan itu dengan kebaikan niscaya pahala perbuatan baik itu akan menghapus dosa perbuatan buruk. Dan berakhlaklah kepada manusia dengan akhlak yang baik (H.R. Tirmidzi)

Maka sudah selayaknyalah kalau kita banyak melakukan maksiat, maka harus pula memperbanyak melakukan perbuan baik.

"kecuali orang yang bertobat, beriman dan beramal saleh, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikit pun". (QS. Maryam, 19:60)

Maka orang yang banyak dosa hendaklah bertobat dengan banyak beramal shaleh.

 
  1. Menyadari Banyaknya Nikmat Allah Kepada Kita (Syukur)
    Sekali-sekali penting juga kita melihat kepada orang yang lebih rendah dari pada kita dalam aspek apapun. Ini merupakan salah satu trik agar kita sadar bahwa kita mendapatkan lebih banyak nikmat Allah dari pada orang lain, dan banyaknya nikmat itulah yang kita syukuri. Ibadah yang kita lakukan sebagai perwujudan rasa syukur kepada Allah. Sebagaimana Rasulullah saw. ketika ditanya tentang mengapa beliau begitu rajin Qiyamul Layl (menghidupkan malam dengan ibadah) padahal beliau sudah diampuni dosa-dosanya beliau menjawab "apakah aku tidak ingin menjadi hamba yang bersyukur?"
Misalkan kita hanya memiliki kios kecil untuk berdagang, harus kita syukuri karena banyak orang yang tidak memiliki kios untuk berdagang. Yang tidak memiliki kios pun harus bersyukur karena masih banyak orang yang tidak bisa berdagang karena sakit. Yang sakit pun harus bersyukur karena masih diberi kesempatan oleh Allah untuk bertobat dan memperbanyak amal.

Orang yang memiliki penghasilan yang pas-pasan harus bersyukur karena kurang lebih sebanyak 40 juta rakyat Indonesia yang menganggur. Yang menganggur pun perlu bersyukur karena tidak ada ikatan dengan pihak lainnya, sehingga dapat memaksimalkan kemampuan dan waktunya untuk mengembangkan bisnis.

Intinya adalah apapun kondisinya kita harus tetap bersyukur kepada Allah swt dan tidak ada alasan untuk tidak bersyukur.

Syukur selain dapat mendatangkan nikmat yang belum ada dapat pula meningkatkan nikmat yang sudah ada.

Anggaplah ada dua orang yang memakan hidangan yang sama yaitu nasi hangat dan tempe goreng. Orang pertama memakannya dengan perasaan kesal, ia berkata, "huh bosan lagi-lagi makan tempe, lagi-lagi makan tempe kapan makan dagingnya". Dia tidak merasakan nikmatnya hidangan tersebut. Sedangkan orang kedua memakannya dengan sikap qalbu yang bersyukur dan berkata, "Alhamdulillah saya makan nasi hangat dan masih ada lauknya berupa tempe goreng yang hangat pula, karena masih banyak saudara kita di tempat lain, yang jangankan memikirkan makan dengan lauk tempe goreng, apakah hidupnya sampai besok saja ia belum tahu”.

Orang kedua dapat menikmati hidangan tersebut. Sama persis hidangannya tetapi karena sikap qalbu yang berbeda maka rasa hidangannya akan terasa jauh berbeda. Syukur membuat hidup lebih nikmat. (bukan sekedar bikin hidup lebih hidup)

Definisi sederhana dari syukur adalah: "mengakui kenikmatan (dari Allah) dan melaksanakan pengabdian (dengan nikmat tersebut sesuai perintah Allah)".

Namun jika kita ingin mengembangkan, maka ciri-ciri bersyukur bisa bertambah antara lain:
a. Mengakui nikmat dari Allah
b. Berterima kasih kepada perantara nikmat (manusia) karena Rasulullah saw bersabda: "Barang siapa yang tidak berterima kasih kepada manusia berarti ia tidak bersyukur kepada Allah". (H.R. Tirmidzi)
c. Menggunakan nikmat tersebut sesuai anjuran Allah
d. Berdzikir kepada Allah. Sesuai hadits Rasulullah saw.
"Jika engkau mengingat-Ku berarti engkau bersyukur kepada-Ku dan jika engkau melupakan-Ku berarti engaku mengkufuri-Ku".

  1. Mengingat Kematian
Dari Abu Hurairah berkata: Rasul bersabda, 'Perbanyaklah mengingat penghancur kenikmatan (kematian)' (H.R. Tirmidzi)

Salah satu nasihat Hâtim Al-Asham tentang shalat adalah: Anggaplah bahwa shalat yang kau dirikan adalah shalat yang terakhir. Jika kita menganggap bahwa shalat kita adalah shalat yang terakhir, maka kita akan berusaha melaksanakan shalat sebaik-baiknya. Namun ketika kita sedang membangun dunia kita, anggaplah kita hidup selamanya. Hal ini sesuai firman Allah surat Al-Qashash, 28:77.

  1. Cinta
    Keikhlasan yang tertinggi adalah keikhlasan yang timbul karena cinta. Maka dengan cinta kepada Allah ibadah yang kita lakukan akan lebih berkualitas dan terasa lebih nikmat. Dengan cinta, kesulitan akan berubah menjadi keindahan.

Demikianlah beberapa motivasi ibadah. Kita dapat mengambil salah satu darinya yang kita anggap paling sesuai dengan diri kita, atau lebih baik lagi kita ambil semuanya.

Dengan mengetahui beberapa motivasi ibadah tersebut, diharapkan selepas Ramadhan, kita tidak kehilangan motivasi ibadah.

Subscribe to receive free email updates: