Dampak Kegiatan Pertambangan, Industri Dan Pengusahaan Hutan Terhadap Komponen Biologi Serta Upaya Penanggulangannya
Suatu ekosistem (Sistem Ekologis) adalah keseluruhan komunitas hayati dan nir-hayati di daerah tertentu dan diantara unsur-unsur tersebut terjadi hubungan timbal balik.
Menurut Undang-Undang pengelolaan Lingkungan Hidup RI No. 23 Tahun 1997, dinyatakan bahwa ekosistem merupakan suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan,dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Bagian yang hidup dari lingkungan yakni organisme flora,fauna, dan mikroorganisme disebut komponen hayati. Bagian lingkungan yang tidak hidup yang terdiri dari semua benda : tanah; air; udara; serta karya manusia seperti bangunan tempat tinggal, rumah ibadah, candi monumen, jembatan, kendaraan ; keadaan iklim; suara, dan lainnya disebut komponen abiotik ( nir-hayati).
Seperti diketahui bahwa antara kehidupan organisme dengan faktor lingkungan abiotiknya (nir-hayati) melakukan interaksi dan interdependensi.Bentuk interaksi dan interdependensi tersebut dimanifestasikan secara jelas dalam bentuk struktur tropik /rantai (jaring-jaring) makanan; keanekaragaman hayati, dan siklus materi.
1) Materi disampaikan pada In House Training Kursus Singkat Pengenalan AMDAL, Kerjasama Bapedalda Dati II Kutai dengan PPLH UNMUL, 23 s/d 25 Maret 2000
2) Staf Pengajar FKIP dan Peneliti PPLH Unmul
Ekosistem merupakan satuan fungsional dasar dalam ekologi, mengingat bahwa didalamnya tercakup organisme dan lingkungan abiotik yang satu terhadap lain saling mempengaruhi. Manusia sebagai suatu organisme, merupakan salah satu anggota dalam organisasi sistem tersebut , dengan demikian merupakan satu mata rantai dalam jaring-jaring kehidupan. Hubungan timbal balik yang dinamis terjadi pula antara sesama komponen nir-hayati antara lain dalam bentuk daur biogeokimia yang merupakan proses utama dalam ekosistem.
Hubungan antara komponen-komponen hayati dan komponen nir-hayati menghasilkan biosistem. Terhadap unit organisasi kehidupan ini kita harus concern untuk memulai pemecahan persoalan-persoalan masa kini pada tataran regional.
Komponen Dan Proses-Proses Di Dalam Suatu Ekosistem
Komponen-komponen dan proses-proses yang membuat suatu ekosistem berfungsi sebagai suatu kesatuan dapat dilihat dalam Gambar 1. Dari gambar tersebut terdapat 3 komponen dasar yakni (1) Komunitas, (2) Aliran energi dan (3) siklus materi.Ekologi ekosistem menekankan kajiannya terhadap adanya gerakan energi dan unsur hara (kimia) di antara komponen-komponen biotik ( hayati) dan abiotik ( nir-hayati) dari ekosistem itu.
Karena ekosistem merupakan tingkat tertinggi dari pengorganisasian biologi, maka semua konsep ekologi dapat ditata dalam kerangka ekosistem itu. Komponen-komponen biota dari setiap ekosistem terangkat sebagai rantai energi (food chain).
Tanda panah putus-putus memperlihatkan bagaimana kedua rantai itu dipertautkan menjadi satu jaring-jaring hara (food web). Jaring-jaring hara sejati biasanya memiliki ratusan jenis yang saling dipertautkan oleh kebiasaan makan. Istilah-istilah produsen, herbivora, karnivora primer, karnivora sekunder dan perombak menunjukkan tingkat-tingkat tropik (trophic levels).
Dengan demikian tampak bahwa di dalam suatu ekosistem terjadi aliran energi dalam bentuk rantai makanan (food chains).Aliran energi itu berlangsung dari satu organisme ke organisme lain, atau dari satu tingkat makanan ke tingkat makanan yang lain (trophic level) membentuk rantai energi atau rantai makanan.
Bermula dari energi sinar Matahari yang jatuh ke bumi, oleh tumbuhan hijau baik tumbuhan berupa pohon raksasa di hutan tropis ataupun oleh tumbuhan berukuran sangat kecil (fitoplankton) di perairan, energi itu dirubah menjadi energi kimia dalam bentuk makanan .Kemampuan tumbuhan hijau membuat energi makanan sendiri itu disebut produktivitas primer. Tumbuhan tersebut disebut sebagai Produsen dimakan oleh hewan (heterotroph = memakan makanan yang sudah jadi dari organisme lain) herbivora atau disebut Konsumen I, konsumen I dimakan oleh hewan pemakan hewan (karnivora) atau Konsumen II. Konsumen II dapat pula dimakan oleh konsumen III, Konsumen IV dan seterusnya. Baik Produsen, Konsumen I, Konsumen II, Konsumen III setelah mati akan dimakan oleh jenis Mikroorganisme berupa Bakteri, Jamur dan Invertebrata tertentu (Dekomposer) dengan menguraikan makanan tersebut.Dari bentuk substansi organik menjadi Detritus, unsur organik dan mineral-mineral. Hasil penguraian tersebut dimanfaatkan lagi oleh produsen, sehingga terjadi daur energi di dalam rantai makanan tersebut.
Urutan rantai makanan : P -----> K I -------> K II -----> K III -------> K IV ----------> Dekomposer , dapat berubah, karena misalnya K IV tidak hanya memangsa K III, tetapi juga memakan P atau K lainnya- demikian pula K III memangsa juga P , sehingga terjadilah Jaring-jaring makanan. Jaring-jaring hara adalah satuan dasar ekologis ekosistem, sebab di sekitar itulah alih energi dan alih hara terjadi.Gambar 5. memperlihatkan pola dasar alih energi dan alih hara dalam ekosistem yang digeneralisasikan. Herbiovora dan karnivora digabungkan menjadi konsumen (consumers) atau biofag (biophage) yang makan organisme hidup, untuk dibedakan dari pengurai (consumers) atau saprofag (saprophage) yang makan bahan organik mati. Gerakan energi dan gerakan hara mempunyai pola hubungan dengan lingkungan abiotik dan dengan batas ekosistem yang sangat berbeda. Energi mengalir di dalam ekosistem, karena diperoleh dari luar seperti energi cahaya dari matahari dan akhirnya hilang dari ekosistem sebagai panas yang dilepaskan melalui pernapasan pada semua anggota komunitas.Sebagian hara berputar dalam ekosistem. Tumbuhan memperoleh hara dari lungkang (pool) lingkungan anorganik dalam atmosfer, air, tanah, atau endapan di dalam ekosistem. Hara-hara ini lewat di sekitar jaring-jaring hara dalam bentuk molekul organik, tetapi sebagian besar akhirnya kembali ke lungkang anorganik dengan hancurnya bahan organik yang mati.Sementara itu bahan organik dan anorganik dipindahkan dari satu ekosistem ke ekosistem lain dan ekspor dan impor yang demikian biasanya disejajarkan dengan perpindahan dalam ekosistem.
Rantai makanan dan jaring-jaring makanan itu terdapat di darat maupun di perairan. Di darat dapat berupa Tanaman ---------> Serangga -------> Burung ---------> Musang ------> Serigala ----->Harimau ; di perairan biasanya berupa fitoplankton ------> Zooplankton ---------> Ikan kecil ---------> Ikan besar --------> Burung / Linsang/ Mammalia Air (Pesut). Gangguan terhadap salah satu rantai makanan tersebut, akan merusak ekosistem dan menimbulkan dampak beruntun. Di dalam tubuh organisme (termasuk manusia), dalam kegiatan kehidupannya (metabolisme tubuhnya), selain mengumpulkan makanan, juga dengan tidak disengaja mengumpulkan substansi beracun berupa unsur kimia yang terbawa bersama makanan.Proses pengumpulan bahan beracun ini di dalam tubuh diberi istilah bioaccumulation (Akumulasi secara biologis). Dengan demikian pada tingkat rantai atau jaring makanan, terjadi peningkatan jumlah substansi beracun pada tingkat makanan di ujung rantai, keadaan ini disebut dengan penggandaan secara biologis (Biological Magnification).Pada Ikan diduga jumlah unsur kimia yang tergandakan secara biologis mempunyai konsentrasi sebanyak 10 (100.000) kali sebanyak konsentrasi unsur-unsur kimia beracun tersebut di perairannya. Dapat dibayangkan jumlah unsur tersebut di dalam tubuh orang yang memakan ikan tadi. Demikianlah, terjadinya Kasus Penyakit Minamata yang terkenal di Negara Jepang itu.
Sebagian besar ekosistem berubah-ubah dari waktu ke waktu, kadang- kadang sangat cepat. Satu aliran lava gunung berapi yang baru akan segera dihuni oleh tumbuhan dan binatang dan dapat berkembang menjadi sebuah hutan hujan jika iklimnya cocok. Perubahan demikian disebut dengan suksesi (succession). Selama terjadinya suksesi, biota berubah dalam komposisi jenis-jenisnya, dan lingkungan abiotik termodifikasi oleh interaksi antara faktor fisik serta faktor kimia dan organisme. Misalnya, batuan menjadi tanah. Selama perubahan ini, tidak dapat dihindarkan lagi terjadi pula perubahan pola dan besarnya energi serta perubahan alih hara.
Unsur-unsur kimia yang penting bagi kelangsungan kehidupan mengalami daur di dalam biosfer melalui jalur-jalur tertentu, dari lingkungan ke organisme dan dari organisme kembali ke lingkungan. Dengan demikian unsur kimia itu dari lingkungan (udara, air, tanah) memasuki organisme hidup melalui rantai dan jaring makanan dan kembali ke lingkungan.Ditinjau dari unsur kimia , organisme hidup disusun oleh 6 unsur kimia yang merupakan 95 % dari massa organisme, yaitu C,O,H,N,P,S. Ada 40 unsur kimia lain penyusun organisme hidup antara lain Ca, Mg, K. Aliran dalam bentuk daur ini disebut dengan Daur Biogeokimia. Karena rantai makanan merupakan saluran dari aliran energi, maka daur Biogeokimia dan Aliran Energi merupakan dua proses utama yang terjadi di dalam suatu ekosistem.
Daur Biogeokimia dapat dibadakan atas 3 macam daur, yakni :
a) Daur Gas : C, O, N ;
b) Daur Sedimenter : P dan S ;
c) Daur Hidrologi : Perputaran Air.
Tipe-Tipe Ekosistem di Indonesia
Bioma Hutan hujan tropis yang merupakan suatu ekosistem yang merupakan unit komunitas terbesar dan mudah dikenali terdiri atas formasi vegetasi dan hewan serta organisme lain.Di Indonesia dapat dikenal beberapa bioma, yaitu (a) Hutan hujan ; (b) hutan musim ; (c) savana dan (d) padang rumput.
Berdasarkan atas sifat-sifat ; bentuk bentangan geografis, habitat dan ciri khas komunitas penyusunnya , Wirakusumah ( 1976) membedakan tipe-tipe ekosistem yang ada di Kalimantan Timur dapat dibedakan atas 14 tipe yakni :
1.Ekosistem Danau ;
2.Ekosistem Rawa Kumpai;
3.Ekosistem Hutan Air Tawar;
4.Ekosistem Hutan Kerangas ( heath forest);
5.Ekosistem Batu Kapur;
6.Ekosistem Hutan Dipterocarpacea dataran rendah (dibawah 500m;)
7.Ekosistem Hutan Dipterocarpacea bukit ( 500 - 1000 m);
8.Ekosistem Hutan Dipterocarpacea pegunungan ( di atas 1000 m);
9.Ekosistem Hutan Agathis;
10.Ekosistem Belukar;
11.Ekosistem Alang-alang;
12.Ekosistem Hutan Gambut;
13.Ekosistem Hutan Mangrove dan
14.Ekosistem Litoral dan Pulau-pulau
Tipe Ekosistem Hutan Tropika Basah Dataran Rendah
Hutan hujan tropis adalah suatu tipe dengan karakteristik tertentu serta mempunyai ekosistem tersendiri, terdapat pada daerah yang beriklim selalu basah dengan curah hujan rata-rata bulanan tidak kurang dari 100 mm, merupakan komunitas kompleks yang umumnya terdiri dari tumbuhan berkayu dengan berbagai ukuran, tumbuhan pemanjat dan epifit. Pohon-pohon dalam masyarakat hutan tropis basah banyak sekali jenisnya dan bervariasi ukurannya .Pohon-pohon besar mempunyai tinggi antara 46 - 55 m, walapun ada diantaranya yang melebihi 60 m ( Richards, 1964).
Hutan alam di Kalimantan (Timur) termasuk ke dalam formasi hutan tropis Indo-Malaya yang merupakan salah satu formasi hutan tropis yang terdapat di dunia (Whitmore, 1975). Hujan yang terjadi terus menerus di sepanjang tahun dan suhu tinggi di lantai hutan. Kondisi ini menyebabkan pelapukan bahan organik terjadi dengan cepat yang kemudian diikuti oleh pencucian hara. Produksi serasah sangat tinggi disertai proses dekomposisi dan penyerapan hara kembali oleh tumbuhan yang cepat. Karena iklim yang mantap, putaran hara yang tertutup disertai waktu yang cukup lama, maka dimensi pohon di hutan hujan tropis biasanya tinggi dan besar. Kondisi pohon di hutan tropis tersebut memberi kesan seolah-olah tingkat kesuburan tanah yang mendukung hutan ini sangat tinggi (Brotokusumo,1985).
Hutan hujan tropis dataran rendah sangat kaya akan jenis tumbuhan.Dari 20.000 jenis pohon yang ada di kawasan hutan Malayasia yang meliputi kawasan semenanjung Malaya, Sumatera, Kalimantan, Philipina sampai Papua Nugini diantaranya 4.000 jenis terdapat di Pulau Kalimantan.Kawasan hutan Malayasia ini umumnya didominir oleh jenis-jenis dari suku Dipterocarpaceae, yang menurut Ashton (1982) terdapat sekitar 380 spesies tersebar di seluruh kawasan dan diantaranya 300 spesies terdapat dalam hutan primer di Kalimantan.
Ekosistem Perairan Tawar
Menurut taksiran Dinas Perikanan lebih kurang 10 % dari wilayah Kalimantan Timur berupa perairan umum, yaitu sungai-sungai dan rawa seluas lebih kurang 2.500.323 ha dan Danau 92.937 ha. Yang dimaksud dengan rawa di sini adalah dataran-dataran rendah sepanjang sungai atau sekitar danau yang kadang-kadang terkena pelimpahan air dalam musim hujan, waktu pasang dan bahkan pada waktu-waktu lainnya juga.Luas danau yang tertera merupakan luas maksimum pada waktu pasang penuh dan berkurang apabila air surut. Sebagian besar perairan umum berada di Kabupaten Kutai yang luas sungai dan rawa-rawanya ditaksir 1.582.576 ha dan danaunya 91.120 ha. Data pada tahun 1992, luas perairan umum di Kabupaten Kutai mencapai 199.407,32 ha dan 48 % diantaranya merupakan perairan danau yang jumlahnya 76 buah dan tersebar di wilayah DAS Mahakam bagian tengah.Untuk keperluan perikanan diperkirakan hanya 40 % dari areal perairan umum itu yang bersifat produktif.
Perairan danau yang luas di Kabupaten Kutai yakni Danau Semayang, Danau Melintang, Danau Jempang merupakan cekungan aluvial yang cukup luas (Singgih, dkk, 1992).Keadaan debit airnya berfluktuasi ditentukan oleh musim dan pasang surut sungai Mahakam, begitu juga dengan kualitas airnya dengan pH 5-6,air berwarna coklat kekuning-kuningan/cerah.Keadaan pH ini diduga mempengaruhi pergerakan masuk keluarnya ikan-ikan tertentu dan pesut Mahakam dari Sungai Mahakam ke Danau Semayang, Danau Melintang dan sebaliknya.
Curah hujan rata-rata di DAS Mahakam ini dari tahun 1987-1991 sebesar 1.879 mm, rata-rata hari hujan 92 hari dengan kondisi iklim termasuk tipe iklim basah dari Schmidt dan Ferguson.Pada saat musim kemarau sebagian rawa menjadi kering dan danau-danau menjadi dangkal, bahkan pada puncak musim kemarau kedalaman danau hanya mencapai 0.5-1.0 m, sebagian besar Danau mengalami kekeringan, hanya tersisa alur-alur air di tengahnya.
Jenis fauna yang menggunakan ekosistem danau sebagai habitatnya adalah terutama pesut Mahakam, burung dan beberapa jenis ikan (4 jenis dari familia Anabantidae; 2 Ophiocephaloidei; 3 Ariidae; 1 Bagridae, 2 Pangasidae; 2 Clariidae; Mastacembelidae; 10 Cyprinidae; 1 siluridae;1 Bagridae dan 1 jenis dari Scorpaenidae) (Anonim, 1993).
Stratifikasi Danau di daerah ini dibedakan atas epilimnion; lapisan metalimnion dan hipolimnion.Di daerah ini dapat jelas adanya mintakat litoral, mintakat limnetik dan mintakat profundal. Mintakat litoral adalah wilayah berair dangkal dimana penetrasi cahaya dapat mencapai dasar perairan. Cirikhasnya adalah terdapatnya vegetasi berakar di danau-danau alam. Mintakat limnetik adalah wilayah perairan yang terbuka (tidak dibatasi tepian danau) dari permukaan air sampai kedalaman konpensasi, yaitu kedalaman dimana intensitas cahaya mencapai nilai dimana fotosintesis seimbang dengan respirasi.Pada umumnya nilai ini sama dengan 1 % intensitas cahaya matahari yang mencapai permukaan air. Komunitas jasad di sini terdiri plankton, nekton dan kadang-kadang nueston.Sedangkan mintakat profundal merupakan dasar perairan yang lapisan air di atasnya tidak lagi mengalami penetrasi cahaya matahari yang efektif, sehingga pada daerah ini sangat terbatas kehidupan.Hasil produksi perikanan dari perairan Danau, Sungai dan rawa yang luasnya 104.707 ha, pada waktu musim hujan dan ditambah pula dengan + 500.000 ha daerah banjir diperkirakan mampu menghasilkan ikan sebanyak 20.000 - 35.000 ton per tahun dengan taksiran pendapatan dari daerah ini mencapai lebih dari 4 milyar rupiah per tahun (TAD, 1987). Fauna yang terdapat di perairan umum yang terpenting ialah jenis-jenis ikan, kura-kura air tawar, ular air/besisi, ikan hias dan pesut (Orcaella brevirostris).
Jenis-jenis ikan Kalimantan Timur telah lama menjadi sumber ekonomi yang penting bagi rakyat. Selain dikonsumsi di Kalimantan Timur sendiri dipasarkan juga diekspor ke luar negeri. Jenis-jenis ikan ekonomis penting tersebut berupa udang (antara lain udang galah atau Macrobrachium sp.), patin ( Helicophagus typus), gabus (Ophiocephalus striatus), repang (Puntius javanicus), baung (Macrones nemurus), kendia (Thynichthys vailanti), jelawat (Leptobarbus hoeveni), sepat siam (Trichogaster pectoralis), biawan (Helostoma teminci), dll Jenis-jenis ikan hias belum banyak diteliti di Kalimantan Timur. Akan tetapi dari pengamatan-pengamatan serta referensi yang ada diketahui bahwa Kalimantan Timur mengandung potensi jenis-jenis ikan hias air tawar. Jenis-jenis ikan hias ini terdapat di perairan sungai Muara Kaman sampai Muara Ancalong serta di daerah Hulu Mahakam yang terdapat banyak riamnya Jenis-jenis buaya terdapat pada perairan sungai banyak ditemukan di rawa-rawa, akan tetapi juga sering ditemukan di muara-muara sungai. Juga penelitian tentang buaya di Kalimantan Timur belum banyak dilakukan.Jenis-jenis buaya yang ada ialah buaya hitam dan buaya kuning.
Beberapa puluh tahun yang lalu banyak sekali ditemukan, namun saat ini sudah jarang bahkan sangat sukar sekali ditemukan.Hal ini akibat perburuan terhadap buaya ini meningkat untuk diekspor kulitnya. Jenis kura-kura air tawar yang dikenal masyarakat terdapat di sungai-sungai Kecamatan Pasir Belengkong, Kabupaten Pasir dan Kecamatan Muara Muntai, Kabupaten Kutai untuk diambil telurnya.
Ekosistem Laut
Ekosistem laut merupakan lingkungan hidup manusia yang terluas.Kepulauan Indonesia memiliki ribuan pulau besar dan kecil dengan garis pantai yang sangat panjang, salah satu yang terpanjang di dunia (81.000 km) setelah garis pantai Kanada. Laut merupakan cadangan terbesar untuk bahan-bahan mineral, energi dan bahan makanan.Persediaan Mn di laut dikatakan lebih kurang 1000 kali dibandingkan dengan persediaan di darat, selain itu masih banyak bahan-bahan mineral yang terdapat dalam air laut, termasuk minyak bumi.
Pada dasarnya perairan laut Indonesia terdiri atas dua paparan benua yang dangkal (Sunda dan Sahul) yang dipisahkan oleh laut dan selat-selat yang dalam.Suhu lapisan permukaan berkisar antara 26 - 30 C , dengan kadar garam 27- 33 ppt. Secara horizontal laut biasanya dibagi menjadi dua bagian utama, yakni neritik (perairan pantai) dan Oseanik ( laut terbuka), dengan batas biasanya sampai ke dalaman 200 m. Secara vertikal, dibedakan atas Supra littoral ; littoral;
Sublittoral; Bathial; Abissal dan Hadal.
Daerah laut yang produktif adalah daerah yang dalamnya maksimal 200 m dpl. Di sini endapan mineral oleh gerakan air laut dapat naik lagi ke permukaan dan kemudian dipergunakan oleh fitoplankton untuk membentuk jaring-jaring kehidupan.Meskipun perairan pantai (neritik) hanya meliputi kira-kira 10 % dari perairan laut, tetapi produksi perikannya lebih dari 90 % dari total produksi.Laut merupakan satu-satunya sumber protein yang sempurna susunannya, karena ikan/hewan laut memiliki hampir 20 jenis asam amino. Bandingkan protein dari tumbuhan / hewan darat hanya mengandung maksimal 10 jenis asam amino.
Selain sebagai cadangan sumber bahan-bahan mineral,energi dan makanan laut merupakan pula daerah sumber kehidupan banyak burung yang sangat berguna untuk pertanian (pembentukan pupuk guano oleh burung laut), daerah-daerah rekreasi.
Di perairan Indonesia juga terdapat berbagai keunikan komunitas hayati tropis yang khas dan berada di ekosistem laut, yakni Terumbu karang (coral reeffs), Hutan bakau (Mangrove), Rumput laut (Sea-grass).Komunitas-komunitas tersebut biasanya berkembang di perairan pantai dan mempunyai fungsi penting yang bermacam-macam, antara lain ; sebagai pelindung pantai untuk tempat berpijah,tumbuh, mencari makan dan perlindungan bagi banyak jenis-jenis ikan yang berpotensi ekonomi. Oleh karena itu mutlak perlu agar sebagian komunitas-komunitas itu dilindungi.
Ekosistem-ekosistem Pesisir/Pantai
Wilayah pesisir merupakan wilayah pertemuan ( interface) antara darat dan laut; ke arah darat, ditentukan sebagai wilayah daratan yang tergenang ataupun tidak tergenang yang dipengaruhi oleh proses-proses kelautan seperti pasang, angin laut, dan intrusi garam ; ke arah laut, ditentukan sebagai wilayah laut yang dipengaruhi oleh proses-proses alami daratan (land base) seperti sedimentasi, masuknya air tawar, dan kegiatan-kegiatan manusia seperti pencemaran dan penebangan hutan (Kosoebiono,dkk,1982 dalam Dahuri dan Lestari, 1993).
Secara khas wilayah pesisir merupakan sebuah tempat dari beberapa ekosistem, yang keberadaanya tidak terisolasi antar satu dengan yang lainnya melainkan merupakan satu matarantai. Hal ini disebabkan oleh adanya aliran energi dan aliran makanan diantara ekosistem-ekosistem tersebut, ketergantungan fisik, persamaan dalam toleransi fisik antara satu sistem dengan yang lainnya serta terdapatnya organisme-organisme yang mendiami satu ekosistem akan tetapi menghabiskan sebagian daur hidupnya pada ekosistem yang lain (Burbridge dan Maragos, 1985). Contoh seperangkat ekosistem yang saling berhubungan di wilayah pesisir negara-negara tropis adalah mata rantai antara hutan mangrove, padang lamun, serta terumbu karang. Terdapat lima jenis interaksi utama antar ketiga ekosistem yang kompleks ini, yaitu : faktor fisika, aliran makanan dan bahan organik terlarut (dissolve organic matter), aliran partikel bahan organik (particulate organic matter), migrasi hewan serta adanya akibat dari kegiatan manusia (Ogden dan Gladfelter, 1983).
Perpindahan materi dan energi di antara ekosistem-ekosistem di dalam wilayah pesisir ini baik antara wilayah pesisir dengan sistem lahan atas ataupun dengan sistem lepas pantai hampir keseluruhannya melalui perairan. Selain itu juga dipergunakan di dalam setiap kegiatan ekonomi, budidaya pertanian, budidaya perikanan, pengangkutan, rekreasi dan turisme, serta sebagai tempat pembuangan limbah.Jadi perairan dapat dipertimbangkan sebagai suatu sistem kekuatan terpadu yang besar bagi wilayah pesisir (Clarck, 1985).
a. Ekosistem Hutan Mangrove
Ekosistem ini merupakan ekosistem hutan yang toleran terhadap salinitas air dan terdapat di wilayah pasang surut di daerah tropis dan sub tropis.Di Asia Tenggara tercatat 30 jenis dengan variasi florestik yang erat kaitannya dengan variasi habitat satu ke habitat lainnya.Di Kalimantan Timur, luas hutan Mangrove diperkirakan 562.000 ha (Wirakusumah, 1978) dan menyebar dari pantai Timur bagian utara samai selatan.9 (Estuaria S.Adang, S.Mahakam, S.Berau, S.Bulongan dan S. Sesayap dan estuari sungai-sungai kecil). Dari arah laut, vegetasi di daerah ini dapat dibagi menjadi tiga zona yakni zona pertumbuhan (yang ditumbuhi oleh aneka ragam jenis bakau-bakauan), zona mantap (yang didominasi oleh pohon-pohon nipah ), dan zona yang lebih banyak dipengaruhi oleh air tawar.
Di bagian terdepan yang terbuka, spesies Sonneratia caseolaris membentuk tegakan yang rendah kerapatannya.Avicenia officenalis yang berbentuk pohon sampai setinggi 20 meter membentuk tegakan yang makin ke belakang makin rapat sampai jarak tertentu.Makin ke belakang, kemudian berasosiasi dengan Bruguera dan Rhizopora dan Alqiceras yang berbentuk semak.Pada tanah yang telah stabil di tempat terbuka ini dijumpai Acrostichum aureum Ldan Acanthus ilicofolius L.Makin ke arah hulu kemudian dihuni Rhizopora mucronata yang memiliki volume kayu komersil tertinggi di bandingkan dengan Bruguera parvifolia dan Bruguera sexagulata. Pada dataran lumpur yang kosong di pelopori oleh Sonneratia, kemudian diikuti tegakan Avicenia yang makin jauh ke dalam makin padat sampai pada jarak tertentu menipis lagi dan mulai bercampur dengan Acrostichum. Di belakangnya baru terdapat nipah atau spesies lain.