Pendekatan Kompleks Wilayah Dalam Penelitian Wilayah

Pendekatan Kompleks Wilayah Dalam Penelitian Wilayah 
Sebelum menguraikan lebih mendalam dan komprehensif mengenai pendekatan kompleks wilayah ada beberapa hal yang memerlukan pembahasan terlebih dahulu, yaitu mengenai makna istilah kompleks dan istilah wilayah. Hal ini sangat penting dipahami agar peneliti dapat membedakan istilah pendekatan kompleks wilayah (regional complex aproach) dengan istilah yang juga dikenal dalam penelitian wilayah yang sangat mirip dengan istilah pendekatan kompleks wilayah yaitu pendekatan wilayah (regional aproach). Dua istilah yang mirip yaitu berkenaan dengan pendekatan wilayah, namun karena salah satu di antaranya mempunyai predikat tambahan yang diberikan, maka dengan sendirinya akan mmpunyai makna yang berbeda. Tambahan predikat yang dimaksud adalah kata yang dimaksud adalah kata kompleks (complex ) dan tambahan istilah ini bukannya tanpa makna dan hal ini sebenarnya yang merupakan salah satu ciri khas pendektana wilayah yang dimiliki oleh disiplin ilmu Geografi dan yang membedakannya dengan pendekatan wilayah yang juga dikembangkan oleh disiplin keilmuannya yang lain. Sebagaimana pendekatan ekologi dalam bidang kajian Geografi juga bebeda dengan pendekatan ekologi yang dimiliki oleh bidang kajian lain, demikian pula halnya dengan pendekatan wilayah dalam disiplin keilmuan Geografi mempunyai karakteristik yang berbeda dengan pendekatan wilayah yang dikembangkan oleh bidang kajian yang lain. Yang menjadi pertanyaan besar adalah apa yang sebenarnya dimaksudkan dengan pendekatan kompleks wilayah yang dikembangkan oleh disiplin Geografi? Sebagaimana pertanyaan yang dikemukakan mengenai pendekatan ekologi yaiu pendekatann ekologi macam mana/seperti apa yang dikembangkan dalam disiplin ilmu Geografi? Mengenai jawaban pertanyaan yang menyangkut pendekatan ekologi sudah penulis jawab dan uraikan pada bagian sebelumnya yaitu pada bagian empat. 

Untuk mencermati istilah complex penulis mengacu beberapa sumber, khususnya kamusu bahasa Inggris karena istilah ini memang berasal dari kata dalam bahasa Inggris. Dalam An International Reader's Dicionary, karangan Michael West (1990) istilah complex diartikan sebagai padanan kata not simple (tidak sederhana), having many parts (mempunyai banyak bagian). Apabila kamus ini digunakan sebagai dasar pemaknaan, tampaknya masih belum menunjukkan kejelasan yang berarti, karena istilah “not simple atau tidak sederhana” dan ”having many parts atau banyak bagian” yang terkandung dalam kata itu sendiri masih memerlukan penjabaran lebih lanjut. Menyimak acuan lain yaitu Merriam-Webster Pocket Dictionary of Synonyms kata complex kata complex dapat dipadankan dengan kata complicated, intricate, involved, knotty yang dari kesemuanya mempunyai esensi yang mirip satu sama lain. Untuk jelasnya cermati ungkapan-ungkapan berikut:

...complex implies extreme complication in which part are so interwoven...;complicated may heighten nation of difficulty in understanding, solving or dealing with...;intricate suggest difficulty in understanding or appreciating quickly because of perplexing, interconnecting, interweaving, or interacting of parts...;involved implies extreme complication in which part are so interwoven...;knotty suggest such complication and entanglement as makes solution...

Dari berbagai ungkapan yang mengungkapkan makna kata complex, dapat diambil sebuah sintesis sebagai dasar untuk memahami mengenai istilah kompleks dalam pendekatan kompleks wilayah yang digunakan dalam studi Geografi. Mengacu pada fakta empiris, seseorang akan memahami bahwa pada suatu wilayah yang ada dipermukaan bumi, di dalamnya terdapat berbagai sub wilayah yang berbeda satu dengan lainnya. Sementara itu, berbagai sub wilayah yang berbeda satu dengan yang lainnya. Sementara itu, berbagai sub wilayah yang ada memiliki elemen-elemen wilayah yang berbeda-beda pula yang terjalin sedemikian rupa dalam sistem keterkaitan yang kemudian dikenal sebagai wilayah sistem. Masing – masng wilayah sistem berinteraksi dengan wilayah sistem yang lain membentuk suatu sistem yang keterkaitan yang dikenal sebagai sistem wilayah. Hal ini sebenarnya yang dimaksud sebagai pengertian komplek dalam pendekatan kompleks wilayah (complex region approach). Berdasarkan pemaknaan wilayah terkait dengan kata kompleks seperti telah diungkapkan, ada beberapa butir penting yang perlu disarikan yaitu: (1) di dalam suatu wilayah terdapat bagian-bagian wilayah yang disebut sebagai sub wilayah (wilayah yang lebih kecil); (2) bagian-bagian tersebut (masing-masing sub wilayah) terjalin sedemikian rupa atau saling berpengaruh satu sama lain atau berinteraksi; (3) masing-masing sub wilayah memiliki elemen-elemen wilayah yang berinteraksi; (4) interaksi elemen wilayah tidak terbatas pada suatu sub wilayah saja namun berinteraksi dengan elemen-elemen wilalayah dalam sub wilayah yang lain.

Ditinjau dari luas dan sempitnya wilayah, peneliti dapat mengungkapkan dengan istilah skala wilayah bukan skala peta. Ada tiga macam skala wilayah yang umum dikenal yaitu skala mikro, meso, dan makro. Istilah ini merupakan istilah teknis-operasional untuk membedakan bahwa skala mikro jauh berada dibawah skala meso, dan skala meso jauh berada dibawah skala makro. Dalam studi wilayah, tidak ada batasan yang jelas mengenai luasan ketiga istilah skala wilayah tersebut. Masing-masing skala wilayah mempunyai elemen-elemen wilayah yang berinteraksi dalam lingkup intra dan lingkup inter, mulai dari skala mikro sampai makro. Seorang/sekelompok peneliti dalam melaksanakan sebuah kegiatan penelitian selalu dibatasi oleh waku, tenaga, dan biaya, sehingga scope analisis harus dibatasi pula mengingat eksistensi wilayah sendiri sangat luas maknanya. Dalam hal ini penelitian wilayah harus menentukan batas-batas wilayah penelitian, sehingga analisis keterkaitan antar elemen-elemennya dapat dilakukan (managable).

Upaya analisi wilayah dalam artian sebenarnya sangat tidak mungkin dilaksanakan, karena sedemikian banyaknya unsur wilayah yang saling terkait dari level mikro, mose, dan makro. Sebagai keterkaitan salah satu elemen wilayah saja, yaitu mulai dari keberadaan setetes air di pegunungan sampai samudra yang tidak dapat dibatasi oleh batas-batas politik maupun fisik, karen bumi itu sebenarnya merupakan suatu sistem keberadaan alam semesta yang terdiri dari banyak tata bintang melihat bumi merupakan bagian yang sangat kecil dari sistem alam semesta dan merupakan bagian dari sistem tata surya dan seterusnya. Dalam keterkaitannya dengan matahari saja, kondisi bumi sangat dipengaruhinya. Keterbatasan kemampuan manusia mengharuskan untuk membuat batasan-batasan wacana yang dibangun.

Wilayah Sebagai Suatu Sistem
Mengacu pada beberapa penjelasan terkait dengan pemaknaan kata kompleks diatas, jelas terlihat bahwa dalam istilah kompleks wilayah terkandung makna sebagai suatu sistem kewilayahan. Untuk memahami wilayah sebagi suatu sistem, ada baiknya dikemukakan terlebih dahulu mengenai arti kata sistem. Goodall (1987) memberikan definisi mengenai sistem sangat jelas, ringkas sebagai berikut:

...system may be defined as a set of interrelated components or objects which are connected together to form a working unit or unified whole...and the consequence of the links is that any change in one part f the system is therefore not just a totally parts but rather totally of relations among and including those parts.

Definisi diatas memberi kejelasan makna bahwa keberadaan beberapa komponen yang ada menciptakan jalinan yang saling terkait dan alhasil sejalan dengan pengertian kata complex yang menjadi predikat kata wilayah dalam pendekatan kompleks wilayah. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa pendekatan kompleks wilayah sebenarnya menganggap bahwa wilayah yang bersangkutan tidak lain juga merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdapat komponen-komponen wilayah yang diyakini saling berkitan satu sama lain, saling berimbaldaya, saling berinteraksi. Konsekuensi dari interaksi tersebut adalah bahwa apabila ada salah satu atau beberapa komponen yang berubah, maka sangat mungkin akan mengakibatkan perubahan komponen-komponen yang lain. Perubahan mana dapat bersifat perubahan yang diinginkan oleh manusia maupun perubahan yang tidak diinginkan manusia. Perubahan yang diinginkan oleh manusia adalah perubahan yang diangap menciptakan kondisi yang kondusif terhadap kinerja kehidupan manusia. Dan sebaliknya, perubahan yang tidak diinginkan adalah perubahan yang dianggap akan mengancam keberlanjutan kehidupan manusia dengan segala aspeknya. Perubahan-perubahan mana dapat terjadi secara alami berjalan jauh lebih lambat dari perubahan yang disebabkan oleh ulah manusia. Setiap perubahan tidak selalu bermuara pada perubahan komponen yang lain sesuai dengan keinginan manusia.

Menyikapi interelasi antarkomponen wilayah, seorang peneliti perlu memahami bahwa karakteristik keterkaitan antara satu komponen dengan yang lainnya tidak perlu selalu sama dalam artian frekuensi, kekuatan, dan peran masing-masing komponen. Ditinjau dari hal tersebut, dapat dikenali bahwa keterkaitan antarkomponen dapat bersifat: (1) aksial, (2) interaksial, (3) dependensial dan, (4) interdependensial. Keterkaitan aksial maupun dependensial menunjukkan keterkatan satu arah, sedangkan keterkaitan interaksial dan interdependensial menunjukkan keterkaitan dua arah.

Keterkaitan aksial adalah satu keterkaitan antara komponen dimana salah satu mempengaruhi yang lain, sedangkan yang lai tidak memengaruhinya. Didalam kehidupan nyata sehari-hari, hal ini dapat dicontohkan keterkaitan antara seorang penyanyi idola P dengan si A salah satu penggemarnya. Oleh karena itu betapa tergila-gilanya si A terhadap idolanya, maka setiap dia bekerja atau belajar selalu diiringi oleh nyanyian yang dilantunkan penyanyi idolanya dan memberikan semangat baru, sehingga dia sangat terpengaruh oleh sang idola. Dalam hal ini sang idola sangat mempengaruhinya, dan saat sang idola tidak lagi dapat menyanyi karena sakit, si A pun ikut sedih. Namun, manakala si A sedang sakit, ternyata sang penyanyi tidak terpengaruh apa-apa karena memang tidak kenal. Dalam suatu sistem, sifat keterkaitan aksial tersebut banyak terjadi dan perlu diidentifikasi karena sangat menentukan diagosis permasalahan wilayah yang dihadapi.

Tugas : Carilah beberapa contoh keterkaitan aksial dalam sistem wilayah!
Keterkaitan interaksial adalah keterkaitan antara komponen-komponen dalam sistem dimana komponen-komponen tersebut saling memengaruhi sati sama lain. Dalam contoh sehari-hari dapat dikemukakan adalah keterkaitan antara teman kuliah. Antara satu dengan yang lainnya jelas saling memengaruhi, tidak sekedar hanya satu pihak yang memengaruhi yang lain. Pada saat si A mengalami kesulitan ekonomi, maka si B juga ikut memikirkan bagaimana mengatasinya, demikian pula halnya dengan keadaan si B yang sedang sakit, maka si A juga ikut merasakan sedih. 

Tugas : Carilah beberapa contoh keterkaitan interaksial dalam sistem wilayah!
Keterkaitan dependensial adalah keterkaitan antarkomponen yang menunjukkan derajat intensitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan sifat keterkaitan aksial atau interkasial. Salah satu pihak/komponen A betul-betul tergantung pada pihak/komponen B. Sementara itu, pihak B tidak tergantung pada komponen A, mungkin hanya terpengaruh saja. Sebagai salah satu contoh dapat dikemukakan yaitu keterkaitan antara industri X sabagai satu-satunya penerima bahan mentah yang berasal dari daerah K, L, dan daerah M sebagai penghasil barang mentah untuk industri X. Keterkaitan antara industri X dengan salah satu daerah penghasil barang mentah merupakan keterkaitan dependensial, karena K, L, atau M sangat tergantung pada industri X. Namun secara bersama-sama K,L, dan M dengan industri X menciptakan bentuk keterkaitan interdependensial. Pemasalan bahan mentah dari daerah K, misalnya hanya dapat dibeli oleh industri X sehingga daerah K benar-benar tergantung pada industri X, sementara itu industri X dapat membeli dari daerah L dan M.

Tugas : Carilah beberapa contoh lain mengenai bentuk keterkaitan dependensial dalam sistem wilayah!
Keterkaitan interdependensial adalah bentuk keterkaitan antar-komponen dimana masing-masing komponen benar-benar tergantung satu sama lain. Contoh di atas memberi kejelasan tentang hal ini, yaitu keterkaitan antara industri X dengan daerah K, L, dan M secara bersama-sama. Keberlangsungan hidup industri X tergantung pada bahan mentah dari daerah penghasil K,L, dan M, dan sementara itu daerah penghasil juga tergantung dari satu-satunya industri X ada yang sebagai penampung bahan mentah yang dihasilkannya. Kebersamaan dalam hal ini mempunyai kekuatan yang besar dalam menentukan kebijakan-kebijakan tertentu, antara lain penentuan harga dasar bahan mentah, jumlah produksi yang dihasilkan, dan lain sejeniasnya, sehingga bargaining power salah satu komponen dapat ditingkatkan atau paling tidak dapat dipertahankan dan tidak dipemainan oleh salah satu komponen. Hal inilah yang menjadai dasar untuk menyikapi keterkaitan antar-komponen dalam sistem wilayah agar manusia dapat mengelola suatu wilayah sedemikian rupa untuk mencapai kesejahteraan yang lebih tinggi.

Tugas : Carilah beberapa contoh lain mengenai keterkaitan independensial!
Dengan demikian dalam sistem terdapat beberpa ciri khas yang dapat diidentifikasi, yaitu (1) adanya perangkat komponen-komponen dengan karakteristik variabel yang beraneka; (2) adanya perangkat keterkaitan antarkomponen; (3) oleh karena itu, dalam suatu wilayah terdapat keterkaitan dengan komponen lingkungan, maka sistem yang terbentuk berupa keterkaitan antarkomponen-komponen dan lingkungannya. Dalam ilmu Geografi sebagian besar studi mengenai sistem yang dipelajarinya berupa sistem terbuka. Analisis sistem dalam Geografi dapat dilaksanakan melalui empat tingkatan abstraksi yang sekaligus mencerminkantahapan-tahapan sistematis (Goodall,1987). Keempat tingkatan analisis tersebut dapat dijelaskan secara komprehensif sebagai berikut:

tingkatan abstraksi I: analisis sistem morfologis (morphological system). Dalam tingkatan abstraksi yang pertama ini penekanan difokuskan pada peforma fisik masing-masing komponen. Dalam beberapa hal dilaksanakan dengan pengukuran kinerja masing-masing komponen dan dicari keterkaitannya satu dengan yang lainnya. Sebagai contoh adalah analisis mengenai asosiasi keruanganan (spatial association) antarkomponen (Gambar).
Sistem Morfologis dan Asosiasi Keruangan

Gambar  Sistem Morfologis dan Asosiasi Keruangan


Dalam gambar terlihat keterkaitan antara komponen A,B,C, dan D, serta kemudian dicari asosiasi keruanganannya, misalnya antara sebaran variable komponen A dan sebaran variable komponen B,C, dan D. Apakah terdapat korelasi yang signifikan antara sebaran variabel komponen A dengan yang lainnya? Kalau ada seberapa signifikan serta mengapa dapat terjadi demikian dan bagaimana proses terjadinya?

Tingkat abstraksi II: analisis sistem kaskade/bertingkat (cascading system). Dalam tingkat analisis pertama, belum memerhatikan aliran energi dan atau materi dalam membahas keterkaitan antarkomponen, namun dalam tingkatan kedua ini analisis telah melibatkan aliran materi dan atau energi antarkomponen yang saling berinteraksi. Makin tinggi tingkat analisisnya, makin kompleks keterkaitan antarkomponen dengan variable-variabel pengaruh (Gambar )
Sistem Kaskade untuk Keterkaitan A dan B

Gambar  Sistem Kaskade untuk Keterkaitan A dan B (Contoh)


Gambar diatas hanya mencontohkan keterkaitan antara A dan B saja, dimana ada input tertentu terhadap keterkaitannya yang memengaruhi kinerja A, kemudian memunculkan output tertentu yang menjadi input terhadap komponen B karena A dan B berinteraksi. Selanjutnya, interaksi A dan B menimbulkan output tertentu yang akan menjadi input bagai komponen yang lain dan begitu terjadi selanjutnya. Untuk memahami hal ini dicontohkan pada keterkaitan (linkage) vertical dalam industri manufaktur.

Tingkatan abstraksi III: analisis sistem proses-respon (process-response system). Tingkatan abstraksi yang ketiga ini merupakan kelanjutan analisis keberadaan sistem wilayah yang ada. Kinerja sistem yang semakin kompleks terlihat semakin jelas dan hal ini terlihat dari semakin banyaknya komponen yang terkait dan bentuk keterkaitan yang semakin rumit. Tingkatan abstraksi yang ketiga ini tidak lain adalah penggabungan dari tingkatan abstraksi yang pertama dan ke kedua. Kombinasi abstraksi yang pertama dan kedua ini akan memunculkan kinerja yang unik dengan kapasitas akan pengaturan diri yang mengarah ke kondisi ekuilibrium dalam suatu sistem. Dalam hal ini dicontohkan pada penentuah harga yang ditentukan oleh berperannya permintaan dan penawaran (demand and supply). Apabila dalam hal tertentu permintaan akan suatu barang semakin meningkat tetapi ketersediaan barang sangat terbatas, maka akan ada kecenderungan terciptanya harga yang semakin meningkat, demikian pula sebaliknya bila permintaan akan barang sedikit tetapi ketersediaan barang melimpah, maka akan terjadi penurunan harga dan begitu selanjutnya. Didalam sistem terdapat self-regulated behavior dalam koridor ekuilibrium dan peristiwa serupa terjadi dalam sistem kewilayahan dengan segala corak ragamnya (Gambar ).
  Keterkaitan Proses-Respons dalam Sistem

Gambar  Keterkaitan Proses-Respons dalam Sistem


Dalam contoh tingkatan abstraksi ketiga tersebut belum memasukkan intervensi/peranan manusia dengan berbagai tindakannya yang dianggap sebagai suatu “kebijakan”. Tindakan mana terkadang menimbulkan dampak yang tidak dikehendaki manusia sendiri atau umum mengenalnya sebagai dampak negatif, yaitu suatu akibat tertentu yang muncul dari kegiatan manusia sendiri, akibat mana menciptakan suasana yang merugikan terhadap penghidupan dan kehidupan manusia baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Oleh karena keberadaan sistem wilayah sangat terbuka terhadap berbagai input/masukkan maka diharapkan bahwa masukkan tersebut hendaknya dilandasi oleh kearifan dalam koridor kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritual dan hal ini akan tercermin dalam tingkatan analisis sistem yang terakhir.

Tingkat abstraksi IV: analisis control sistem (control system). Dalam tingkatan abstraksi yang keempat ini, secara khusus melibatkan berbagai kegiatan manusia yang secara sengaja bertujuan untuk mengarahkan kinerja sistem pada suatu kondisi yang diharapkan oleh manusia dalam menyelenggarakan kehidupannya. Intervensi manusia dengan berbagai tidakan yang mereka anggap sebagai “kebijakan” bertujuan memengaruhi kinerja keterkaitan antarkomponen dalam sistem agar tercapai suatu ekuilibrium baru dan menuju ke suatu kondisi yang ideal. Kebijakan mana merupakan masukkan buatan/input buatan (artificial input) dalam sistem (Gambar )
Control System dalam suatu Wilayah

Gambar Control System dalam suatu Wilayah


Sebagai salah satu contoh dapat dikemukakan dalam uraian ini adalah mengenai perencanaan pemanfaatan lahan (landuse planning). Suatu upaya perencanaan pemanfaatan lahan adalah suatu upaya untuk mengarahkan/menciptakan tata pemanfaatan lahan sesuai dengan visi pembagunan wilayah. Hal ini didasarkan adanya kenyataan dari adanya perkembangan perubahan pemanfaatan lahan yang tidak terkendali atau menuju ke sesuatu keadaan yang dapat menimbulkan goncangan keseimbangan ekologis di masa yang akan datang.

Suatu proses perkembangan pemanfaatan lahan non agraris di pinggiran kota, misalnya, yang banyak mencaplok lahan-lahan pertanian produktif, subur, dan beririgasi teknis sangat mendesak untuk ditata agar perkembangan kota pada masa yang akan datang tidak mengganggu kemampuan wilayah dalam memproduksi bahan pangan dan dapat tercapai tatanan pemanfaatan lahan yang tidak semrawut. Demikian pula halnya dengan terjadinya konversi pemanfaatan lahan konservasi menjadi lahan pemukiman yang tidak terkendali di bagian wilayah hulu suatu DAS yang diperuntukkan menjadi catchment area sangat memerlukan suatu intervensi manusia dalam hal menata kawasan yang besangkutan dengan kebijakan-kebijakan spasial dan lingkungan tertentu sehingga fungsi konfersinya tetap terjaga.

Subscribe to receive free email updates: