Komunikasi Pembangunan
Konsep pembangunan pertanian semakin berkembang menuju pertanian modern seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dalam bidang teknologi dan manajemen pertanian yang didukung oleh perkembangan teknologi komunikasi yang sangat cepat. Sejarah perekonomian dunia telah menunjukkan bahwa peran pertanian semakin penting untuk meningkatkan kesejahteraan dan ketahanan nasionalnya. Upaya pemberdayaan petani dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuannya agar mempunyai kemandirian dan dan daya saing dengan posisi tawar yang seimbang melalui sistem kemitraan usaha. Perkembangan globalisasi perdagangan yang cepat memberi dampak terhadap peran komunikasi dalam pembangunan pertanian untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas produksi yang berdaya saing dan mampu meningkatkan kesejahteraan petani.
Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dan terjadi saling pengertian, pemahaman yang sama terhadap pesan yang disampaikan. Efek komunikasi adalah perubahan pada perilaku individu dan dapat berdampak pada lingkungan individu. Menurut Rakhmat (2007) mengemukakan bahwa efek komunikasi adalah adanya perubahan yang terjadi pada diri khalayak yakni perubahan kognitif, afektif dan behavioral. Bila komunikasi terus menerus berlangsung akan terjadi interaksi yaitu saling mempengaruhi antara individu yang satu dengan yang lain. Secara umum komunikasi mempunyai fungsi untuk menyampaikan suatu informasi dalam sistem sosial terkait dengan pendidikan, hiburan dan mempengaruhi perilaku. Selanjutnya Middleton (1975) diacu dalam Jahi (1988), mengungkapkan bahwa terdapat empat pendekatan komunikasi yang dapat menimbulkan perubahan perilaku khalayak sasaran yakni menyampaikan informasi, instruksi, persuasi dan dialog.
Pada awalnya komunikasi pada umumnya dianggap sebagai suatu fungsi linear, di mana seseorang mengkomunikasikan pesan-pesannya melalui sebuah saluran kepada seorang penerima yang kemudian memberikan umpan balik kepada pengirim tersebut. Model komunikasi seperti ini dikenal sebagai teori peluru atau djarum suntik. Dalam model ini komunikator menggunakan media massa untuk menembaki atau menyuntik khalayak dengan pesan-pesan persuasive yang tidak dapat mereka tahan. Proses seperti ini dinamakan proses satu arah yakni dari komunikator kepada komunikan dan pada umumnya dilakukan oleh pemerintah kepada masyarakat secara hierarkhis ke bawah. Model komunikasi satu arah dikembangkan oleh negara-negara dunia ketiga yang menggunakan teori modernisasi dalam melaksanakan pembangunannya. Komunikasi telah berperan untuk membantu mempercepat proses peralihan masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern, khususnya peralihan dari kebiasaan-kebiasaan yang menghambat pembangunan ke arah sikap baru yang tangap terhadap pembaharuan. Arus komunikasi satu arah dari badan-badan pembangunan pemerintah kepada masyarakat sangat mencolok. Media massa dapat secara cepat menjangkau khalayak luas dengan pesan-pesan yang informatif mengenai berbagai hal tentang pembangunan (Muhammad 2004).
Dalam komunikasi akan terjadi suatu proses yang memungkinkan komponen-komponen suatu sistem sosial memperoleh dan bertukar informasi yang dibutuhkan dengan pihak lain. Sistem sosial tersebut memerlukan informasi untuk menyesuaikan diri dan menjaga keseimbangan dengan lingkungannya untuk berubah setiap saat. Penyesuaian diri sistem sosial tersebut dengan lingkungannya akan mengalami perubahan dan perubahan-perubahan tersebut dapat diartikan sebagai pembangunan. Menurut Rogers (1976) dalam perkembangannya istilah pembangunan banyak digunakan terkait dengan upaya melakukan perubahan sosial ekonomi. Kepincangan sosial ekonomi yang terjadi di negara-negara dunia ketiga, mengalihkan pemikiran para pakar untuk melahirkan konsep pembangunan yang lebih memperhatikan kemajuan sosial, persamaan dan kebebasan. Adanya pergeseran ini menimbulkan pengertian pembangunan sebagai suatu proses perubahan sosial dalam suatu masyarakat yang diselenggarakan dengan jalan memberi kesempatan yang seluas-luasnya pada warga masyarakat berpartisipasi untuk memdapatkan kemajuan, baik secara sosial maupun material. Dalam hal ini termasuk pemerataan, kebebasan dan berbagai kualitas lain yang diinginkan agar menjadi lebih baik bagi mayoritas warga masyarakat dalam suatu lingkungan hidup yang lebih baik. Berarti konsep pembangunan telah bertambah luas dan menjadikannya jauh lebih fleksibel dan sekaligus memiliki implikasi yang lebih manusiawi. Seiring dengan itu konsep paradigma pembangunan mengisyaratkan bahwa peranan komunikasi dalam pembangunan semakin penting.
Teori pembangunan sebagai pola pikir yang berfungsi mengupas dan memecahkan persoalan-persoalan pembangunan, muncul bersamaan pada saat para pakar mencoba membahas pembangunan sekitar tahun 40an hingga tahun 60an, di mana saat itu banyak negara-negara yang baru merdeka. Berbagai tantangan dihadapi oleh negara-negara baru tersebut, terutama keterbelakangan dibidang ekonomi. Usaha untuk mengejar ketertinggalan tersebut ditempuh melalui pembangunan. Sejak itu teori pembangunan mulai digunakan sebagai resep bagi Negara dunia ketiga yang padat penduduk untuk menciptakan perubahan yang lebih baik bagi kesejahteraan masyarakatnya. Konsep pembangunan memiliki banyak teori yang melatarbelakanginya seperti teori modernisasi, teori ketergantungan dan keterbelakangan serta teori penyadaran (Gonzales diacu dalam Jahi 1988). Teori modernisasi melahirkan model pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan. Sedangkan teori ketergantungan dan keterbekangan berkembang akibat dari proses eksploitasi dan ekspansi ekonomi dari perusahaan multinasional dari Negara-negara maju ke Negara-negara dunia ketiga atau Negara-negara berkembang. Teori penyadaran timbul belajar dari memahami kontradiksi sosial, politik dan serta mengambil tindakan untuk menghindari unsur-unsur yang menimbulkan kerugian pada masyarakat.
Menurut Freire (1984) teori penyadaran merupakan solusi terhadap keterbelakangan yang banyak dialami Negara-negara berkembang agar mampu mandiri. Teori penyadaran telah mengilhami lahirnya model pembangunan yang berpusat pada manusia (people centered development), yang memberikan peran pada warga masyarakat, bukan hanya sebagai subyek melainkan sebagai aktor yang menentukan tujuan-tujuannya sendiri, menguasai sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut dan mengarahkan proses-proses yang mempengaruhi hidupnya sendiri (Korten 1983). Proses penyadaran kepada masyarakat tidak dapat terlepas dari berinteraksinya secara aktif dengan komponen-komponen yang ada di dalamnya. Untuk dapat berinteraksi memerlukan komunikasi sebagai suatu proses di mana partisipan menciptakan dan membagi informasi dengan yang lain sebagai usaha untuk mencapai mutual understanding (pengertian bersama). Menurut Rogers dan Kincaid (1981) model komunikasi yang sesuai dengan teori penyadaran ini adalah model konvergensi sebagai proses transaksi diantara partisipan artinya ada proses dialogis yang terjadi sehingga terjadi mutual understanding.
Dari uraian diatas menunjukan bahwa teori komunikasi dengan teori pembangunan mempunyai hubungan yang erat. Kontribusi teori penyadaran telah melahirkan model komunikasi interaktif yakni pendekatan komunikasi dua arah. Setiap partisipan memberikan kontribusi pada proses komunikasi dalam derajat yang setara. Inisiatif lokal diberikan penilaian yang tinggi dan konsep partisipatif menjadi fokus sentral dalam pembangunan. Dalam hubungan ini Rogers (1976) mengemukakan bahwa pembangunan diri (self development) merupakan konsep komunikasi pembangunan yang bersifat partisipatif. Pembangunan diri memberikan peranan yang amat berbeda kepada komunikasi dibandingkan pada pendekatan atas-bawah. Teori penyadaran lebih menekankan pada pendidikan dan pembebasan seseorang. Agar proses penyadaran dan pendidikan tersebut berjalan lancar, maka pembangunan diharapkan tidak merupakan total usaha dari pemerintah kepada masyarakat umum, melainkan merupakan usaha interaksi bersama. Untuk itu komunikasi yang dibangun pada masa selanjutnya berupa komunikasi yang interaksional sebagaimana model komunikasi interaksional Schramm (Mulyana & Rakhmat 2001).
Dalam kaitannya dengan pembangunan pertanian di pedesaan, kemajuan teknologi informasi yang sangat cepat harus dilihat oleh pemerintah daerah dalam rangka otonomi sebagai peluang besar dalam mempromosikan potensi-potensi investasi unggulan yang ada di lingkungan wilayahnya. Informasi teknologi dan pasar yang tersedia dan dapat diakses oleh petani dalam mengembangkan agribisnis unggulan tiap daerah sangatlah penting, oleh karena itu perlu dibangun jaringan komunikasi antara petani dengan pihak luar, baik pemerintah maupun pengusaha sebagai mitra di lapangan. Ada dua faktor strategis yang mendesak untuk dikembangkan yakni mendorong kembali peran koperasi petani sebagai organisasi ekonomi yang semakin mandiri dan berdaya saing serta membangun Pusat Informasi Agribisnis Komoditas Unggulan. Di era yang kompetitif dan ketat seperti sekarang ini, beragam terobosan-terobosan inovatif harus dilakukan Pemda untuk menjual potensi-potensi investasi di wilayahnya melalui sistem informasi pertanian sebagai entitas bisnis agar segala potensi investasi mampu dijual dengan kreativitas promosi yang inovatif.