Pengertian Ilmu Pengetahuan

Sebuah pernyataan yang muncul dibenak setiap orang, sebenarnya ilmu pengetahuan atau pengetahuan ilmiah itu apa? Apakah ada perbedaan antara pengetahuan dengan ilmu pengetahuan? Untuk menjawab hal itu perlulah kita mengulasnya dengan cermat. Ilmu pengetahuan muncul karena adanya pengalaman manusia ketika ia mendapatkan pengetahuan tertentu melalui proses yang khusus. Sebuah cerita tentang Newton, bagaimana ia menemukan teori gravitasi dalam ilmu fisika bermula ketika ia merasakan sesuatu, yaitu apel yang jatuh dan menimpa kepalanya saat sedang duduk di bawah pohon apel. Pengalaman tentang sesuatu itulah yang menyebabkan orang kemudian berpikir dan berpikir lebih lanjut tentang sebab peristiwa tersebut. Berkat ketekunan, kesabaran, keingintahuan serta didukung dengan kepandaian dan intelegensi yang memadai dan daya kreativitas yang tinggi seseorang dapat menciptakan teori-teori atau hukum atau dalil dan teori-teori tersebut agar dapat diterapkan bagi kepentingan umat manusia. Munculnya teknologi atau hasil dari ilmu pengetahuan (berupa benda-benda di sekeliling manusia seperti misalnya mobil, pesawat terbang, kereta api, komputer, telpon selular, dan sebagainya), dari masa ke masa telah menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan memang mengalami kemajuan yang sangat pesat. 

Tetapi pengalaman yang bersifat indrawi belumlah cukup untuk menghasilkan ilmu pengetahuan. Pengalaman indrawi tersebut harus mengalami proses ilmiah yang lebih lanjut, dan hal ini dikenal sebagai proses metodologis. Proses metodologis adalah suatu proses kerja di dalam kegiatan ilmiah (misalnya dapat berada dalam suatu laboratorium) untuk mengolah gejala-gejala pengetahuan dan bertujuan mendapatkan kebenaran dari gejala-gejala tersebut. Untuk itulah di dalam setiap proses metodologis atau proses kegiatan ilmiah, observasi atau pengamatan yang cermat terhadap objek penelitian haruslah diperhatikan dengan benar. Pengamatan secara empiris atau indrawi yang didukung dengan alat bantu tertentu seperti misalnya mikroskop, tape recorder atau kuesioner sangat membantu bagi seorang peneliti dalam mencari dan menemukan fakta penelitiannya. Hasil dari ilmu pengetahuan yang mendasarkan pada pengamatan indrawi dan faktual disebut sebagai ilmu pengetahuan empris. Ini berarti bahwa ilmu empiris bergantung pada objek penelitian yang sangat konkret dan terlihat, tersentuh, terdengar dan tercium oleh panca indra manusia. Di sisi lain, ilmu pengetahuan haruslah dapat dilukiskan, digambarkan, diuraikan secara tertulis tentang segala ciri-ciri, sifat maupun bentuk dari gejala-gejalanya, dan ilmu pengetahuan semacam itu disebut sebagai ilmu pengetahuan deskriptif. Contoh ilmu empiris adalah antara lain: ilmu kedokteran, antropologi, arkeologi, ilmu teknik, biologi, ilmu kimia, ilmu fisika, sedang contoh ilmu deskriptif adalah antara lain: ilmu filsafat, susastra, ilmu kedokteran, biologi, ilmu keperawatan, sosiologi, antropologi, dan sebagainya.

Bagi seorang ilmuwan lingkup ilmiah sangat mendukung dalam proses penelitiannya. Lingkup ilmiah tersebut haruslah sangat dikenal dan diakrabinya. Ia harus mengenal tentang langkah-langkah dalam kegiatan penelitiannya atau istilah teknis dalam kegiatan penelitian. Ia harus dapat berpikir logis, runtut dalam setiap langkah ataupun tahapan dalam setiap penelitiannya. Tahapan penelitian atau cara kerja ilmiah lazimnya dilalui dengan proses penalaran yang meliputi , misalnya : 

a). Observasi yaitu pengamatan terhadap objek penelitian yang sifatnya konkret seperti manusia, bangunan, monumen, tumbuh-tumbuhan, penyakit dan sebagainya dan objek penelitian tersebut merupakan fenomena bagi penelitian seseorang atau peneliti. 
b). Fakta yaitu suatu realitas yang dihadapi seorang peneliti, sesuatu yang saya lihat atau sesuatu tentang apa yang terjadi yang berkaitan dengan gejala dalam fenomena seseorang. 
c). Data yaitu hasil atau sejumlah besaran atau kuantitas yang berasal dari fakta yang telah ditemukan oleh si peneliti. Di dalam data inilah seorang peneliti telah menemukan gejala yang lebih bersifat kuantitatif dan konkret/faktual dari objek penelitiannya, misalnya jumlah rumah sakit swasta yang ada di DKI Jakarta ada 30 buah; penderita diabetes mellitus pada Puskesmas Rawamangun pada bulan Maret 2006 berjumlah 10 orang, dan sebagainya. 
d). Konsep merupakan pengertian atau pemahaman tentang sesuatu (yang berasal dari fakta), dan pemahaman itu berada pada akal budi atau rasio manusia. Konsep selalu dipikirkan oleh manusia, dan oleh karenanya menjadi pemikiran manusia. Bagi seseorang atau peneliti yang memiliki konsep tertentu atau konsep tentang sesuatu maka konsep tersebut harus dituliskan agar dapat dipahami oleh orang lain. 
e) Klasifikasi atau penggolongan atau kategori adalah mengelompokkan gejala atau data penelitian ke dalam kelas-kelas atau penggolongan ataupun kategori atas dasar kriteria-kriteria tertentu. Syarat klasifikasi atau penggolongan ataupun kategori haruslah memiliki ciri, sifat yang homogen atau sama. Apabila ciri, sifat dari gejala itu tidak sama, maka klasifikasi dari suatu gejala atau data penelitian tersebut tidak menunjukkan kadar ilmiah yang benar. 
f) Definisi yaitu merumuskan tentang sesuatu atau apa yang disebut (definiendum) dengan perumusan tertentu atau apa yang dinamakan (definiens). 

Definisi membantu seorang peneliti atau ilmuwan untuk merumuskan tentang sesuatu/ hal itu agar orang lain lebih mudah memahami perumusan tersebut. Untuk itu ada beberapa jenis definisi yang dijelaskan sebagai berikut :
(1). Definisi etimologis yaitu menjelaskan sesuatu atas dasar asal katanya. Misalnya kata biologi berasal dari bahasa Yunani (biosdan logos), yang artinya ilmu yang mempelajari tentang mahluk hidup
(2). Definisi stipulatif adalah merumuskan sesuatu atau istilah tertentu yang akan digunakan untuk masa depan. Pengertian masa depan adalah suatu pengerti-an yang diarahkan pada kegiatan seminar, ceramah, isi buku dan dalam kegiatan ilmiah tertentu istilah-istilah yang baru dimunculkan.
(3). Definisi deskriptif merumuskan tentang sesuatu atas dasar sejarah, ciri, sifat, kriteria-kriteria yang ada pada sesuatu atau gejala-gejala itu.
(4). Definisi operasional merumuskan tentang pelaksanaan atau cara kerja dari fungsi dan peran gejala, alat atau benda tertentu. Definisi operasional lazim digunakan dalam ilmu teknik, ilmu pengetahuan kealaman.
(5). Definisi persuasif merumuskan sesuatu dengan tujuan agar rumusan tersebut dapat mempengaruhi pemikiran seseorang. Definisi persuasif sering dipakai dalam kegiatan periklanan yang ditayangkan dalam media elektronik maupun media cetak, kegiatan kampanye politik dan sebagainya.
Definisi yang telah disebutkan di atas ternyata harus dipahami bahwa setiap perumusan definisi selalu menggunakan pernyataan bahasa. Bagi ilmu pengetahuan maka bahasa memegang peran penting, karena dapat mengungkapkan segala kegiatan penelitian seorang ilmuwan baik itu secara lisan maupun tertulis. Terutama dalah bahasa tulisan, maka bahasa ilmiah (bahasa ilmu) yaitu bahasa yang digunakan seorang ilmuwan dalam penelitiannya sangatlah penting karena segala upaya pembenaran metodologisnya berada di dalamnya seperti penjelasan dalam perumusan hipotesa, konsep, definisi, teori dan sebagainya.
Langkah proses penalaran pada penelitian berikutnya yaitu:
g). Hipotesa adalah suatu ramalan atau prediksi dalam kegiatan penelitian yang harus dibuktikan kebenarannya. Dalam hipotesa tersebut, perumusan masalah sangatlah penting. Seorang peneliti harus mampu merumuskan permasalaan penelitian dengan cermat dan teliti. Dan atas dasar hipotesa tersebut, maka ilmuwan atau peneliti akan menganalisanya lebih lanjut.
h). Teori adalah hubungan yang sedemikian rupa antara gejala satu dengan gejala lainnya dan hubungan tersebut telah dibuktikan kebenarannya. Sebenarnya, teori yang telah teruji kebenarannya berasal dari hipotesa yang telah ada (yang sebenarnya berasal dari kerja keras si ilmuwan, usaha yang tak mengenal lelah dan selalu melakukan trial dan error, uji coba dan pada akhirnya si ilmuwan itu membuahkan hasil teori yang sahih).

Subscribe to receive free email updates: