Ilmu deduktif adalah ilmu pengetahuan yang membuktikan kebenaran ilmiahnya melalui penjabaran-penjabaran (=deduksi). Berbeda dengan ilmu empiris yang mendasarkan atas pengalaman indrawi, maka penjabaran-penjabaran itu melalui penalaran yang berdasarkan hukum-hukum serta norma- norma yang bersifat logis. Dari hukum-hukum serta norma-norma logis memunculkan suatu penalaran yang mencoba membuktikan sesuatu atas dasar perhitungan yang sangat pasti. Dengan demikian dalam ilmu deduktif terdapat suatu penalaran yang diperoleh dari kesimpulan yang bersifat umum untuk menuju ke penalaran yang bersifat khusus.
Ilmu-ilmu deduktif dikenal sebagai ilmu matematik. Penalaran yang deduktif diperoleh dari penjabaran dalil-dalil, atau rumus-rumus yang tidak dibuktikan kebenarannya melalui penyelidikan empiris, melainkan melalui penjabaran dalil-dalil yang telah ada sebelumnya. Suatu dalil atau rumus mate-matika dibuktikan kebenarannya berdasarkan dalil-dalil yang telah ada atau dalil lain, berdasarkan suatu perhitungan/hitung-menghitung, ukur-mengukur, timbang-menimbang, bukan atas dasar observasi. Dalam membuktikan kebenaran itulah kita mengenal adanya, pada awalnya aritmatika, matematika, goniometri, ilmu ukur dan sebagainya. Asas matematika hanya mengenal “logika dua nilai” (“two value logic”) yaitu benar dan tidak benar (salah). Contoh yang sederhana adal dua ditambah dua adalah empat. Itu berarti penjumlahan tersebut memiliki nilai benar. Apabila kita mengatakan bahwa tiga dikalikan empat hasilnya lima belas, maka hasil itu dikatakan tidak benar (salah).
Objek Ilmu Deduktif
Objek pada ilmu deduktif adalah angka atau bilangan yang mungkin jumlahnya satu atau lebih dari satu, yang kemudian dikenal dengan himpunan atau semacam deret. Objek tersebut sebenarnya sebagai sebuah lambang atau simbol yang digunakan sebagai relasi antar objek. Kita mengenal angka romawi (I, II, IV dan seterusnya) atau angka-angka yang lazim dikenal sebagai : 1, 2, 3, dan seterusnya, dan semuanya itu merupakan sebuah simbol atau lambang yang telah dikenal dan diakrabi oleh kita semua. Selain itu dikenal juga simbol dalam bentuk lain seperti: +, -, >, <, S, % dan sebagainya. Pemakaian simbol-simbol dalam ilmu deduktif berguna agar validitas atau keabsahan dari pembuktian penjabaran-penjabaran dalil atau axioma atau rumus terbukti tidak salah dan dianggap benar.