Beberapa kelainan pada penyakit pernapasan
1. Disepnea (sesak napas)
Sesak napas dapat dianalogikan dengan nyeri yang masukan sensoriknya berasal dari beberapa tempat pada sistem pernapasan yang kemudian bersatu (berintegrasi) dalam korteks sereberal.
Gejala : sesak napas saat berbaring (ortopena), sesak napas yang semakin meningkat pada posisi tegak (platipnea), hipoksi pada posisi tegak (orthodeksi).
Penyebab : asama, infeksi paru-paru, pnemothoraks, emboli pulmonal (ARDS), gagal jantung.
Terapi : menggunakan benzodiazepnie, seperti lorazepam 0,5 – 1 mg secara oral setiap 4 jam. Rehabilitasi paru–paru dapat meningkatkan fungsi pernapasan dan melatih energi pasien dan teknik-teknik pernapasan yang membantu meringankan usaha pernapasan. Udara segar atau kipas angin dapat diberikan ebagai peringan sakit tambahan, menghentikan kebiasaan .
2. Batuk
Gjala : -Batuk akut ( < 3 minggu), gejala pertama demam batuk kronik batuk yang disebabkan kebiasaan
Penyebab : Batuk akut biasanya disebabkan infeksi bakteri atau virus pada saluran pernapasan atas, aspirasi, pneumonia, emboli pulmonal dan edema pulmonal. Batuk kronik penyebab utama adalah bronchitis derajat rendah akibat sekunder .
Terapi : Pasien yang batuknya mulai setelah infeksi saluran pernapasan atas biasanya berespon dengan terapi kombinasi anti histamin dekongestan atau terapi asma dengan bronko dilator dan kortikos teroid inhalas1. Sindroma potnasal
3. Hemoptisis
Hemoptisis adalah batuk darah yang berasal dari sebelah bawah pita suara. Secara umum digolongkan menjadi sangat ringan, ringan, dan masif.
Gejala : Batuk disertai pendarahan yang lebih dari 200 – 600 ml dalam 24 jam.
Penyebab : Darah biasa timbul dari saluran napas pada bronchitis, bronkiektasis, dan karsinomabronkogemik, dari kelainan vaskularisasi pulmonal pada gagal vertikel kiri, stenomi mitra, embolipulmonal, dan malformasi pembuluh arteri dan vena; atau dari parenkim paru pad pnemonia, inhalasi senyawa kokain, atau penyakit automun.
Terapi : Saluran napas dapat dilindungi, memastikan ventilasi, dan mempertahankan sirkulasi efektif. Jika lokasi pendarahan diketahui, pasien ditempatkan pada posisi dekubitus dengan tergantung paru-paru yang terlibat. Pendarahan yang tidak terkontrol mengidentifikasikan perlunya bronkoskopi kaku dan konsultasi pembedahan. Bagi pasien yang stabil, bronkoskopi pleksibel dapat diposisikan pada sisi pendarahan, angiograpi bias menyumbat pendarahan.
4. Asma
Asma dapat didefenisikan suatu imflamasi kronis gangguan saluran napasan. Gambaran histopatologi termasuk denudasi epitel saluran napas. Pengendapan kalogen di membran basal, edema saluran pernapasan, aktifitasiselmast, dan implamasisel infiliras1.
Gejala : whezing, sesak napas, dada sesak dan batuk khususnya selama malam dan dini hari, pembengkakan mukosa hidung, meningkatnya sekresi hidung, dan polip hidung.
Penyebab : edema saluran pernapasan, aktivasi selmast, dan influmasi sel in filarasi dengan meutrofil, eosinofil, dan liufosit.
Terapi : terapi asam dapat dibagi atas pengawasan jangka panjang dan pengobatan pemulihan cepat.
Obat-obatan jangka panjang
1. Kortikosteroid.
Kortikoteroid inhalasi lebih dianjurkan untuk pengawasan asama jangka panjang. Pengguanaan inhalasi didukung dengan pencuncian mulut sesudah inhalasi dapat menurunkan efek samping lokal dan absorpsi sistemik.
2. Bronkodilator jangka panjang
· Mediator penghambat
· Agen beta-adrenergik
· Inhibiitor fosfor diesterasi
3. Leukotrien Modifiers
4. Desensitisasi
5. Agen Midcellaneous
obat-obatan pemulih cepat
1. Agen beta adrenirgik
2. Antikolinergik
3. Glukokertikoid
5. Penyakit Paru Obstruksif Kronik
Gejala : adanya keluhan batuk berlebihan pada skala lima atau enam , produksi spatum dan pernapasan yang memendek. Gejala telah muncul selama sepuluh tahun atau lebih. Disepnea telah muncul pada aktifitas berat, tetapi apabila kondisinya memburuk dapat terjadi pada aktifitas ringan.
Penyebab : bronhitis kronis, polusi udara, infeksi saluran pernapasan, faktor keluarga, dan alergi rinngan.
Pasien rawat jalan
· Suplementasi oksigen untuk mengurangi hipokemia.
Oksigen rumah didukung oleh sistem oksigen cair (LOX), silindergas terkompresi, atau konsentrater oksigen. Oksigen dengan konul nasal harus diberikan setidaknya 15 jam perhar1. Oksigen trantakhel metode alternatif pengangkutan dan mungkin bermanfaat bagim pasien yang memerlukan aliran oksigen yang lebih tinggi dari yang dapat diangkat oleh hidung.
Pasien rumah sakit
Oksigen , Ipratropium bromide, dan agonis B2 adrenergik inhalasi, memberikan terapi sebaik antibiotik broadspektrum, kotikusteroid dan pada kasus khusus dengan fisioterapi dada.
6. Fibrosis Kistik
Penyakit ini merupakan penyebab tersering penyakit paru kronis yang berat pada pasien muda dan penyakit ini merupakan kelainan autoisomalresesif yang terdapat pada satu dari 3200 kaukosain, diantara 25 adalah carier.
Gejala : batuk, produksi sputum, tidak toleran terhadap latihan dan batuk hemomptoe berulang, nyeri atau tekan fasiel dan kotoran hidung yang furulen, diare dan nyeri atau perasaan tidak nyaman diperut.
Penyebab : penyakit paru kronik (terutama bronkhiektasis), pankreatis atau infertilas1.
Terapi : terpi konprenhensif multidispliner meningkatkan kesempatan untuk sembuh. Fokus program pengobatan konvensional adalah untuk membersihkan dan mengurangi bronkonsrtiksi, pengobatan infeksi traktusrespiratorius dan bakteri disekitar jalan napas, penggantian enjim pankreas, peningkatan gizi, terapi psikolog1.
7. Pneumonia
Gejala : demam akut, batuk, sesak napas, kekakuan berkeringat, mengigil, rasa tak enak didada, pleuritus, kelelahan, mialgia, anoreksi, sakit kapala, dan nyeri perut.
Penyebab : virus influensa, virus sinsital respiratori, adena virus, dan virus pra influensa.
Terapi : pilihan empiris untuk pasien rawat jalan
1. Macroloid
2. doxycyline 100 mg peroral 2 kali sehari
3. Fluorogiunolon 400 mg peroral 1 kali sehari
Pilihan empiris antibiotik untuk pasien rawat inap
Erthtomycin, azithromycin atau fluoroquinolon ditambah cefriaxone, cefixime atau betalaktam/inhibitor betalaktamasae.
8. Tuberklosis Paru
Gejala : gejala konstitusi meliputi kelelahan, kehilangan berat badan, anoreksi, demam ringan dan berkeringat malam. Gejala pulmonal meliputi batuk, yang mula-mula kering namun kemudian produktif berupa sputum purulen dan sering disertai darah.
Penyebab : infeksi mycobacterium tuberculosis yang berisi organisme hidup terinhalasi oleh orang yang rentan terhadap penyakit. Penularan dari orang ke orang terjadi sebanyak 1/3 kasus tuberculosis.
Terapi : terapi obat
1. Pilihan pertama adalah regimen empat obat yang terdiri dari isontazid, rifafin, pirazinamid, dan etambutol. Terapi dapat diberikan tiap hari atau dua-tiga kali seminggu jika diawasi secara lagsung.
2. Pilihan kedua adalah kombinasi isiniazid, rifafin, pirazinamid, dan streptomisin atau etambutol setiap hari selama dua minggu kemudian kemudian diobservasi langsung dua kali perminggu dan pemberian obat selama enam minggu.
3. Pilihan tiga adalah pengawasan langsung tiga kali perminggu dengan pemberian isoniazid, rifafin, pira zinamid, dan etambutol atau streptomisisn selama enam bulan.
Terapi preventif (kemoprofilaksi)
Isomiazid prifilaksi ( 300 mg/ untuk dewasa 12 bulan). Enam bulan terapi dengan isoniazid dapat memberikan perlindungan setara dan peningkataan ketaatan.
Vaksinasi
Vaksinasi BCG diindikasikan hanya bila kemoprofilaksi isiniazid tidak dapat digunakan.
9. Flu Burung
Flu burung adalah penyakit menular yang disebabkan Virus influensa yang ditularkan oleh unggas. Virus influensa A(H5) diperkirakan memiliki kemampuan mutasi sehingga dapat menyerang trans-spesies sehingga dapat menginfeksi manusia.
Gejala : Demam suhu diatas 380c, disertaisalah satu atau lebih gejala batuk, sesak atau napas pendek, diare, nyeri otot. Masa inkubasi virus adalah 3 hari . Masa infeksius adalah 1 hari sebelum sampai 3 – 5 hari sesudah gejala timbul.
Penyebab : firus influensa tipe A.
Terapi :
Terapi antiviral
Dosis oseltamivir adalah 75 mg 2 kali sehar1. Amitidin, rimantidin, dan Ribavirin tidak dianjurkan
Terpi Antibiotik
Secara empiris, antibiotik spektrum luas diberikan sesui dengan derajat penyakitnya.