Komunikasi Efektif Guna Meningkatkan Kinerja Organisasi
Keberadaan organisasi sebenarnya setua sejarah peradaban manusia di muka bumi. Sepanjang hidupnya manusia telah menggabungkan diri dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Namun, tidak semua orang sadar bahwa mereka sebenarnya telah berorganisasi. Berkembangnya kesadaran mengenai pentingnya organisasi bagi setiap orang sebenarnya melalui perjalanan yang amat lamban dibandingkan dengan peradaban manusia itu sendiri. Karena baru dalam beberapa dasawarsa terakhir orang mulai cenderung untuk melakukan studi tentang organisasi beserta perilakunya secara mendalam.
Organisasi dapat didefinisikan sebagai sekelompok orang yang saling berinteraksi dan bekerjasama untuk merealisasikan tujuan bersama. Berdasarkan definisi tadi jelaslah bahwa dalam suatu organisasi minimum mengandung 3 elemen yang saling berhubungan. Ketiga elemen tersebut adalah :
- Sekelompok orang
- Interaksi dan kerja sama
- Tujuan bersama
Salah satu cirri utama dari suatu organisasi adalah adanya sekelompok orang yang menggabungkan diri dengan suatu ikatan norma, peraturan, ketentuan, dan kebijakan yang telah dirumuskan dan masing-masing pihak siap untuk menjalankannya dengan penuh tanggung jawab.
Ciri yang kedua adalah bahwa dalam suatu organisasi yang terdiri atas sekelompok orang tersebut saling mengadakan hubungan timbal balik, saling memberi dan menerim, dan juga saling bekerja sama untuk melahirkan dan merealisasikan maksud, sasaran, dan tujuan.
Ciri yang ketiga adalah bahwa dalam suatu organisasi yang terdiri atas sekelompok orang yang saling berinteraksi dan bekerja sama tersebut diarahkan pada suatu titik tertentu, yaitu tujuan bersama dan ingin direalisasikan.Setiap organisasi memiliki tujuan yang telah dirumuskan secara bersama-sama. Tujuan bersama yang hendak direalisasikan tersebut dapat merupakan tujuan jangka panjang maupun tujuan jangka pendek. Mungkin juga tujuan yang pencapaiannya secara rutin maupun tujuan yang pencapaiannya secara berkala saja.
Oleh karena itu, organisasi dikatakan sebagai wadah berarti suatu tempat orang berinteraksi dan bekerja sama. Sedangkan organisasi dikatakan sebagai alat berarti sebagai alat untuk merealisasikan tujuan bersama di antara orang yang berinteraksi dan bekerja sama tersebut. Selain itu, organisasi dapat diartikan dalam arti dinamis maupun dalam arti statis. Organisasi dalam arti dinamis adalah suatu proses penetapan dan pembagian kerja yang akan dilakukan, pembatasan tugas dan kewajiban, otoritas dan tanggung jawab, serta penetapan hubungan di antara elemen organisasi. Dengan demikian, orang yang bergabung dalam organisasi tersebut dapat bekerja sama untuk merealisasikan tujuan bersama secara efisien dan efektif.
Organisasi dalam arti statis adalah suatu bagan atau struktur yang berwujud dan bergerak demi tercapainya tujuan bersama, dalam istilah lain sering disebut sebagai struktur atau tata raga organisasi. Jadi, struktur organisasi adalah suatu manifestasi/perwujudan organisasi yang menunjukkan hubungan antara fungsi otoritas dan tanggung jawab yang saling berinteraksi dari orang yang diberi tugas dan tanggung jawab atas setiap aktivitas. Struktur organisasi dapat dipandang sebagai desain yang terpadu dan utuh yang menunjukkan hubungan fungsi dari masing-masing orang yang terikat didalamnya. Jadi, organisasi dalam arti dinamis lebih cenderung disebut organisasi sebagai suatu wadah.
INDIVIDU DAN PERILAKU ORGANISASI
Terdapat empat ciri utama dari individu yang mempengaruhi efektivitas organisasi. Ciri yang diamaksud adalah persepsi dan sikap, kepribadian, dan pembelajaran. Setiap faktor tersebut mempengaruhi pola perilaku manajer dan bawahan dalam organisasi. Manajer maupun bawahan melihat dan memahami individu dan objek, membentuk sikap terhadap individu lain atau organisasi, memiliki struktur kepribadian, dan belajar sambil bekerja. Oleh karena itu, manajemen yang efektif meliputi pemahaman terhadap empat ciri utama individu dan pengetahuan tentang hubungannya. Berikut deskripsi dari empat cirri utama individu di atas.
1. Persepsi
Adalah proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh individu. Karena setiap individu memberi arti kepada stimulus maka individu yang berbeda akan melihat barang yang sama dengan cara yang berbeda. Para anggota organisasi melihat situasi seringkali memiliki arti yang lebih penting untuk memahami perilaku daripada situasi itu sendiri. Persepsi mencakup penerimaan masukan (stimulus), pengorganisasian stimulus, dan penerjemahan atau penafsiran stimulus yang telah diorganisasi dengan cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap.
2. Sikap
Adalah kesiapsiagaan mental yang diorganisasikan melaui pengalaman yang memiliki pengaruh tertentu kepada tanggapan seseorang terhadap orang, objek, dan situasi yang berhubungan dengannya.
Sikap individu dapat dibentuk melalui berbagai sumber, seperti dari keluarga, teman sekerja dalam sekelompok, masyarakat, dan pengalaman pekerjaan sebelumnya. Pengalaman keluarga sewaktu kanak-kanak membantu menciptakan sikap individu. Kelompok teman sepermainan mampu mempengaruhi sikap karena individu ingin diterima oleh individu lain. Kebudayaan (adapt istiadat) dan bahasa dari masyarakat dapat mempengaruhi sikap. Individu belajar dan mengetahui sikap melalui pengalaman kerja. Mereka mengembangkan sikap terhadap faktor-faktor seperti persamaan upah, penimbangan prestasi, kemampuan manajemen, pendekatan kerja, dan keanggotaan serikat kerja.
Salah satu cara mengorganisasikan sejumlah sikap adalah nilai. Nilai memiliki hubungan yang amat erat dengan sikap. Nilai adalah kumpulan dari perasaan senang dan tidak senang, pandangan, keharusan, kecenderungan dalam diri individu, pendapat yang rasional dan tidak rasional, prasangka, dan pola asosiasi yang menentukan pandangan seseorang tentang dunia.
Nilai amat penting untuk memahami perilaku manajemen yang efektif. Akan tetapi, nilai tidak hanya mempengaruhi persepsi dari efektivitas tujuan tetapi juga mempengaruhi persepsi dari alat yang tepat untuk mencapai tujuan. Apabila manajer mengevaluasi prestasi bawahan maka pengaruh dari nilai mereka akan tampak dengan jelas. Bawahan yang memiliki nilai yang sama dengan manajer akan mendapat penilaian yang lebih baik daripada bawahan yang berbeda nilainya, demikian sebaliknya.
3. Kepribadian
Salah satu masalah paling rumit yang harus dipahami oleh para manajer suatu organisasi adalah hubungan antara perilaku (behavior) dan kepribadian (personality). Faktor-faktor hasil cipta karya manusia dan sosial dapat mempengaruhi kepribadian individu. Secara singkat kepribadian seseorang adalah kecenderungan perangai yang sebagian besar dibentuk oleh faktor keturunan dan oleh faktor-faktor sosial, kebudayaan, dan lingkungan. Serangkaian variable ini menentukan persamaan dan perbedaaan dalam perilaku individu.
4. Belajar
Belajar adalah proses terjadinya perubahan yang relatif tetap dalam perilaku sebagai akibat dari praktik. Relatif menunjukkan bahwa perubahan dalam perilaku harus banyak bersifat permanent. Praktik dimaksudkan untuk mencakup formal dan juga pengalaman yang tidak terkendalikan. Perubahan yang menjadi cirri belajar mungkin adaptif dan memajukan efektivitas tetapi mungkin juga tidak adaptif dan tidak efektif.
KELOMPOK DAN PERILAKU PENGORGANISASIAN
J.W. McDavid dan M. Harari (1968:237) mendefinisikan kelompok sebagai suatu sistem yang terorganisasi yang terdiri atas dua orang atau lebih yang saling berhubungan sedemikian sehingga sistem tersebut melakukan fungsi tertentu, memiliki serangkaian peran hubungan antar anggotanya, dan memiliki serangkaian norma yang mengatur fungsi kelompok dan tiap-tiap anggotanya.
Definisi diatas menekankan beberapa cirri dari kelompok, seperti peran dan norma. Peran yang ada dalam kelompok terdiri atas :
1. Peran yang dirasakan adalah serangkaian perilaku yang dianggap harus dilakukan oleh orang yang menduduki posisi yang bersangkutan.
2. Peran yang dimainkan adalah perilaku yang benar-benar dilakukan oleh seseorang.
Norma adalah standar yang diterima oleh para anggota kelompok. Norma memiliki karakteristik tertentu yang penting bagi para anggota kelompok, yaitu :
1. Norma hanya dibentuk sehubungan dengan hal-hal yang penting bagi kelompok
2. Norma diterima dalam berbagai macam hierarki oleh para anggota kelompok
3. Norma mungkin berlaku bagi setiap anggota atau mungkin hanya berlakubagi beberapa anggota kelompok saja
Kelompok menurut Gibson adalah dua orang bawahan atau lebih yang saling mempengaruhi dengan cara sedemikian rupa sehingga perilaku dan/atau hasil karya seorang anggota dipengaruhi oleh perilaku dan/atau hasil karya para anggota lainnya.
Dua tipe kelompok, yaitu kelompok formal dan kelompok informal dibentuk karena beberapa alasan :
1. Pemuasan kepuasan
Untuk memperoleh kepuasan (satisfaction) atas terpenuhinya kebutuhan dapat merupakan daya stimulus yang kuat untuk pembentukan kelompok. Khususnya kebutuhan keamanan sosial, penghargaan, dan aktualitas diri dari beberapa bawahan dapat dipuaskan dengan cara bergabung dalam kelompok.
2. Kedekatan dan daya tarik
Kedekatan (proximity) adalah jarak fisik antara bawahan yang melaksanakan pekerjaan. Sedangkan daya tarik (attraction) menunjukkan daya tarik individu yang satu dengan yang lainnya karena mereka memiliki kesamaan persepsi, sikap, hasil karya, atau motivasi.
3. Tujuan kelompok
Apabila dipahami secara seksama tujuan kelompok (group goal) dapat merupakan alasan mengapa individu tertarik kepada kelompok.
4. Alasan ekonomi
Seringkali individu membentuk kelompok karena berpendapat bahwa mereka dapat memperoleh keuntungan ekonomis yang lebih besar daripada pekerjaan mereka.
Seperti halnya individu, dalam pengembangannya kelompok perlu belajar. Kegiatan belajar yang dilakukan, baik berupa kegiatan belajar individual maupun belajar bekerja sama dengan tiap-tiap anggota lainnya. Suatu proses perkembangan yang berurutan menunjukkan bahwa pada dasarnya perkembangan dimulai dari saling mempercayai di antara para anggota sampai kepada saling berkomunikasi dan akhirnya memelihara pengendalian.
Brenard Bass (1965:197-198) mengemukakan suatu model dari perkembangan kelompok dengan suatu asumsi bahwa kelompok menempuh tahap perkembangan sebagai berikut :
a. Saling menerima
Pada tahap permulaan dari pembentukan kelompok, pada umumnya para anggota segan untuk saling berkomunikasi. Para anggota secara spesifik tidak bersedia menyatakan pendapatnya, sikap, dan kepercayaannya.
b. Komunikasi dan pengambilan keputusan
Tahap kedua setelah kelompok saling menerima, para anggotanya mulai mengadakan komunikasi secara terbuka di antara yang satu dengan yang lainnya. Komunikasi tersebut menghasilkan kepercayaan yang meningkat dan bahkan menimbulkan interaksi yang lebih banyak di antara para anggota kelompok.
c. Motivasi dan produktivitas
Pada tahap ini para anggota kelompok berusaha mencapai tujuaj kelompok. Kelompok bekerja sebagai unit yang bekerja sama dan tidak sebagai unit yang saling berkompetisi.
d. Pengendalian dan organisasi
Pada tahap ini merupakan tingkat dimana afiliasi kelompok dinilai dan para anggotanya dikelolaoleh norma kelompok. Tujuan kelompok lebih penting daripada tujuan individu. Norma kelompok dipegang teguh. Oleh karena itu, setiap pelanggaran diberi sanksi.
Apabila kelompok telah berkembang dengan melewati berbagai tahap perkembangan maka kelompok tersebut mulai menampakkan karakteristik tertentu. Untuk memahami perilaku kelompok perlu diketahui karakteristik umum sebagai berikut :
1. Struktur
Pada tiap kelompok berkembang beberapa tipe struktur setelah melewati jangka waktu tertentu. Para anggota kelompok dibedakan atas dasar faktor-faktor seperti keahlian, kekuasaan, status, dan sebagainya. Tiap-tiap anggota menduduki posisi tertentu dalam kelompok. Hubungan antara posisi merupakan struktur kelompok. Struktur kelompok ini menunjukkan adanya hierarki.
2. Hierarki status
Status yang diberikan kepada posisi tertentu merupakan konsekuensi dari karakteristik tertentu, yang membedakan antara posisi yang satu dengan posisi yang lainnya. Perbedaan status memiliki pengaruh yang amat besar atas pola dan isi komunikasi dalam kelompok.
3. Peran
Setiap posisi dalam struktur kelompok memiliki peran yang saling berhubungan, yang terdiri atas perilaku yang diharapkan dari mereka yang menduduki posisi tersebut.
4. Norma
Adalah standar yang diterima oleh para anggota kelompok.
5. Kepemimpinan
Peran kepemimpinan dalam kelompok merupakan suatu karakteristik penting dalam kelompok. Pemimpin kelompok memiliki pengaruh tertentu para anggota kelompok.
6. Kesatupaduan
Baik kelompok formal maupun informal tampaknya memiliki hubungan yang amat erat kesamaan sikap, perilaku, dan perbuatan. Kedekatan ini biasanya disebut kesatupaduan.
D. Cartrivright dan A. Zander (1968), Robbin (1994) mengemukakan bahwa suatu kelompok dapat memiliki daya tarik disebabkan oleh hal-hal berikut :
1. Tujuan kelompok dan tujuan para anggota dapat sinkron dan ditentukan secara jelas.
2. Kelompok memiliki seorang pemimpin yang berkarisma.
3. Reputasi atau nama baik kelompok menunjukkan bahwa kelompok berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik.
4. Kelompok tersebut cukup kecil dan memungkinkan para anggotanya dapat saling mendengar pendapat dan saling mengevaluasi.
5. Para anggotanya dapat mengatasi hambatan dan rintangan dan mereka saling mendukung serta tidak membatasi perkembangan dan kemajuan pribadi.
Kelima faktor diatas memiliki hubungan yang amat erat dengan pemuasan kebutuhan. Seperti telah dibahas sebelumnya bahwa salah satu alasan dari pembentukan kelompok adalah memenuhi atau memuaskan kebutuhan. Apabila seseorang dapat menggabungkan diri dalam kelompok maka pemuasan kebutuhan akan meningkat.
PRINSIP-PRINSIP ORGANISASI
Dalam rangka mencapai tujuan yang ditentukan agar organisasi dapat berjalan sesuai dengan rencana yang digariskan maka seharusnya berpedoman pada prinsip-prinsip organisasi sebagai berikut.
1. Perumusan tujuan organisasi
Dengan adanya perumusan tujuan organisasi, hal itu memudahkan setiap orang bekerja sama mencapai hasil-hasil akhir. Tujuan itu yang menjadi sasaran dari setiap kegiatan organisasi.
2. Pembagian pekerjaan
Struktur organisasi harus disusun sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang ditetapkan. Pembagian pekerjaan juga dapat meningkatkan produktivitas karena pembagian pekerjaan menciptakan tugas yang lebih sederhana yang dapat dipelajari dan diselesaikan dengan relatif cepat. Jadi hal ini memperkuat akan spesialisasi pekerjaan.
3. Kontinuitas dan fleksibilitas
Kelangsungan dan kesinambungan sikap organisasi harus benar-benar terjamin, baik dalam perencanaan sasaran, program maupun kegiatan pelaksanaan (operasional). Hal ini dimaksudkan agar mudah untuk menyesuaikan diri dengan perubahan dan perkembangan masyarakat tanpa mengurangi tujuan yang ditetapkan atau direncanakan.
4. Delegasi wewenang dan tanggung jawab
Harus jelas dan seimbang, tidak terlalu ketat, namun, harus juga memperhatikan adanya batas wewenang, yang dimaksud dengan wewenang atau otoritas, yaitu hak untuk memerintah atau bertindak. Sedangkan tanggung jawab, yaitu kewajiban untuk melaksanakan tugas.
5. Kesatuan arah (Unity of Direction)
Semua kegiatan, pemikiran, keahlian, waktu dan kemampuan harus ditujukan pada satu arah, yaitu pencapaian tujuan dengan cara efisien dan efektif.
6. Kesatuan komando (Unity of Command)
Dengan adanya kesatuan komando maka kerja sama menjadi lebih terjamin dengan baik, pemusatan usaha dan pengendalian komando lebih terpusat. Setiapbawahan hanya mempunyai seorang atasan langsung kepada siapa ia harus bertanggung jawab dan dari siapa dia menerima perintah untuk dilaksanakan.
7. Rentang kekuasaan
Maksudnya, berapa jumlah orang yang setepat-tepatnya harus berada di bawah kekuasaan seorang pejabat atasan. Asas ini merupakan prinsip organisasi yang harus diperhatikan untuk menjaga efektivitas dan kesinambungan komunikasi.
8. Tingkat pekerjaan
Adalah suatu jaringan peranan yang dituntut orang dalam melaksanakan pekerjaan untuk tugas yang harus dicapai. Pekerjaan itu didelegasikan dari atas ke bawah oleh pimpinan melalui tangga jabatan.
9. Prinsip koordinasi
Semua kegiatan organisasi harus dikoordinasikan. Hal ini penting untuk mencegah kesimpangsiuran tugas dan tanggung jawab. Kerja sama merupakan asas koordinasi. Artinya, mereka harus bertindak bersama-sama agar terdapat satu kesatuan dalam tindakan. Jadi, koordinasi sebagai pengaturan yang tertib dari suatu kumpulan atau gabungan usaha untuk menciptakan kesatuan dalam mencapai tujuan bersama.
KOMUNIKASI ORGANISASI
Komunikasi yang efektif penting bagi manajer karena tiga alasan utama.
1. Komunikasi menyediakan saluran umum untuk proses manajemen, yaitu merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan.
2. Keterampilan komunikasi yang efektif dapat membuat manajer menggunakan berbagai bakat yang tersedia dalam dunia multibudaya dari organisasi.
3. Kenyataan bahwa manajer banyak menghabiskan waktunya untuk berkomunikasi. Jarang sekali kita menjumpai manajer sendirian di mejanya berpikir, membuat rencana, atau mempertimbangkan berbagai alternatif. Kenyataannya, waktu manajerial banyak dihabiskan dalam komunikasi bertatap muka, elektronik, atau lewat telepon dengan karyawan, supervisor, pemasok, atau pelanggan.
Komunikasi sangatlah vital, tetapi komunikasi sering tidak efektif dengan adanya kekuatan-kekuatan dari luar yang menghambatnya, antara lain :
1. Hambatan organisasional
Ada 3 hambatan organisasional
a. Tingkatan hierarki
Bila suatu organisasi tumbuh, strukturnya berkembang, akan menimbulkan berbagai masalah komunikasi. Karena berita harus melalui tingkatan (jenjang) tambahan, yang memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai tempat tujuan dan cenderung berkurang ketepatannya.
b. Wewenang manajerial
Banyak atasan merasa bahwa mereka tidak dapat sepenuhnya menerima berbagai masalah, kondisi, atau hasil yang dapat membuat mereka tampak lemah. Sebaliknya, banyak bawahan menghindari situasi dimana mereka harus mengungkapkan informasi yang dapat membuat mereka dalam kedudukan yang tidak menguntungkan. Sebagai hasilnya ada kesenjangan antara atasan dan bawahan.
c. Spesialisasi
Cenderung memisahkan orang-orang, bahkan bila mereka bekerja saling berdekatan. Perbedaan fungsi, kepentingan dan istilah-istilah pekerjaan dapat membuat orang-orang merasa bahwa mereka hidup dalam dunia yang berbeda. Akibatnya dapat menghalangi perasaan memasyarakat, membuat sulit memahami, dan mendorong terjadinya kesalahan-kesalahan.
2. Hambatan antar pribadi
Antara lain :
a. Persepsi selektif
Merupakan pengharapan yang mengarahkan seseorang untuk melihat atau mendengar kejadian, orang, objek, atau situasi adalah sesuatu yang dia ingin lihat atau dengar
b. Status atau kedudukan
Kecenderungan untuk menilai, mempertimbangkan dan membentuk pendapat atas dasar karakteristik pengirim (sumber), terutamanya kredibilitasnya.
c. Keadaan membela diri
Mengakibatkan ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan pembicaraan tertentu, dan sebaliknya, meningkatkan tingkat pembelaan di pihak lain.
d. Pendengaran lemah
Berbagai kebiasaan sehubungan dengan pendengaran lemah meliputi.
- Mendengar hanya permukaannya saja
- Memberikan pengaruh, melalui baik perkataan atau tanda-tanda
- Menunjukkan kebosanan atau kejengkelan
- Mendengar dengan tidak aktif
e. Ketidaktepatan penggunaan bahasa
Contoh, perintah manajer untuk mengerjakan “secepat mungkin” bisa berarti satu jam, satu hari atau satu minggu. Di samping itu, bahasa-bahasa nonverbal yang tidak konsisten, seperti nada suara, ekspresi wajah, dan sebagainya.
a. Komunikasi Antar Pribadi
Komunikasi didefinisikan sebagai proses yang dipergunakan oleh manusia untuk mencari kesamaan arti lewat transmisi pesan simbolik. Model proses komunikasi adalah :
1. Sender (pengirim)
Pemprakarsa suatu komunikasi
2. Encoding (Penyandian)
Penterjemahan informasi menjadi serangkaian symbol untuk komunikasi
3. Channel (Saluran)
Medium komunikasi formal antara seorang pengirim dan seorang penerima
4. Decoding (Pengartian)
Interpretasi dan menterjemahkan suatu pesan menjadi informasi yang berarti
5. Receiver (penerima)
Individu yang menanggapi pesan dari pengirim
b. Memperbaiki Proses Komunikasi
Perbedaan antara komunikasi efektif dan tidak efektif dapat dilacak sampai seberapa jauh pihak-pihak yang berkomunikasi menangani empat aspek proses komunikasi :
1. Perbedaan persepsi
Ini adalah salah satu hambatan komunikasi yang umum dijumpai. Orang yang mempunyai latar belakang pengetahuan dan pengalaman berbeda sering menerima fenomena sama dari perspektif yang berbeda. Seandainya seorang supervisor baru memuji seorang karyawan atas kerja yang efisisen dan bermutu tinggi. Supervisor itu benar-benar menghargai usaha karyawan tadi dan pada saat yang sama ingin mendorong karyawan yang lain untuk meniru contoh tersebut. Akan tetapi, orang lain mungkin menganggap karyawan tadi membedakan diri untuk dipuji sebagai tanda dia telah menjilat atasan. Mereka mungkin bereaksi dengan menggoda atau menunjukkan permusuhan secara terbuka. Persepsi individu mengenai komunikasi yang sama dapat berbeda secara radikal.
Cara untuk mengatasi perbedaan persepsi adalah pesan harus dijelaskan sehingga dapat dipahami oleh penerima yang mempunyai pandangan dan pengalaman berbeda. Kalau mungkin, kita harus mempelajari mengenai latar belakang mereka yang akan berkomunikasi dengan kita.
2. Emosi
Reaksi emosional marah, cinta, mempertahankan pendapat, benci, cemburu, takut, malu, dapat mempengaruhi cara kita memahami pesan orang lain dan cara kita mempengaruhi orang lain dengan pesan kita sendiri.
Pendekatan terbaik untuk berhubungan dengan emosi adalah menerimanya sebagai bagian dari proses komunikasi dan mencoba untuk memahaminya ketika emosi menimbulkan masalah.
3. Ketidakkonsistenan antara komunikasi verbal dan non-verbal
Banyak yang berpendapat bahwa bahasa lisan dan tertulis sebagai medium utama komunikasi, tetapi pesan yang kita kirimkan dan kita terima amat dipengaruhi oleh faktor nonverbal seperti gerakan tubuh, pakaian, jarak berdiri antar orang yang berbicara, postur, gerakan anggota badan, ekspresi wajah, gerakan mata, dan sentuhan badan. Bahkan pesan yang amat sederhana seperti “Selamat pagi”, dapat di sampaikan dengan maksud berbeda-beda dengan komunikasi nonverbal.
Kunci untuk menghilangkan ketidakkonsistenan dalam komunikasi adalah mewaspadainya dan berjaga-jaga agar tidak mengirimkan pesan palsu. Komunikasi nonverbal harus selaras dengan pesan verbal.
4. Kepercayaan
Seorang penerima mempercayai atau mencurigai suatu pesan pada umunya merupakan fungsi kredibilitas dari pengririm dalam pikiran penerima. Kredibilitas pengirim dipengaruhi oleh lingkungan dalam konteks dia mengirirmkan pesan.
Pada umumnya, kredibilitasseorang manajer akan tinggi kalau dia dianggap oleh orang lain berpengetahuan luas, dapat dipercaya, dan tulus menyangkut kesejahteraan lain. Kredibilitas merupakan hasil dari proses jangka panjang yang mana kejujuran seseorang, keadilan, dan maksud baik dikenal oleh orang lain
DAFTAR PUSTAKA
Bacal, Robert, 2005, How to Manage Performance, Jakarta, PT Bhuana Ilmu Populer.
Siswanto, 2005, Pengantar Manajemen, Jakarta, Bumi Akasara.
Sondang P. Siagian, 1997, Teori Pengembangan Organisasi, Jakarta, Bumi Aksara.
Stoner, James A.F, 1996, Manajemen, Jilid II, Jakarta, PT Bhuana Ilmu Populer.
T. Hani Handoko, 2003, Manajemen, Edisi II, Yogyakarta, BPFE.
Terry, George R, 2003, Prinsip-prinsip Manajemen, Jakarta, Bumi Aksara.
Yayat M. Herujito, 2001, Dasar-dasar Manajemen, Jakarta, Grasindo.