Ibm Kelompok Usaha Pemuda Bidang Kerajinan, Souvenir, Sablon Dan Percetakan

Ibm Kelompok Usaha Pemuda Bidang Kerajinan, Souvenir, Sablon Dan Percetakan 
Peran pemuda dalam pembangunan sangat penting karena dianggap berada dalam usia yang produktif untuk menunjang berbagai aktivitas pembangunan di berbagai sektor. Dengan jumlah hampir 40 juta jiwa, pemuda dapat menentukan arah kemajuan bangsa ke depan, sehingga berbagai kebijakan harus dapat menunjang pemberdayaan pemuda agar lebih produktif dalam berbagai bidang. Sebagian pemuda memiliki kesempatan untuk mengenyam pendidikan tinggi dan memperoleh bekal di masa depan, sebagian lagi menghadapi kenyataan tidak mengenyam pendidikan tinggi atau bahkan putus sekolah. Sebagian pemuda dapat diserap di pasar tenaga kerja, dan sebagian lagi tersisih dari persaingan dan menjadi kelompok yang statis. Tidak sedikit pula yang terjun dalam dunia usaha dari mulai yang kecil sampai besar. Pilihan untuk masuk tenaga kerja formal memiliki kecenderungan yang kuat, sementara yang terjun dalam bidang kewirausahaan masih sangat minim. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya kelompok pengangguran pada usia produktif. 


Pendidikan secara formal untuk menggiring pemuda pada kewirausahaan belumlah cukup. Pendidikan yang ada sekarang belum mendukung dalam menciptakan wirausahawan baru, atau dalam membangun kemandirian pemuda melalui kegiatan wirausaha. Pemerintah telah mengupayakan pemberdayaan kewirausahaan pemuda dengan melibatkan berbagai pihak seperti Kementrian Pemuda dan Olahraga, Ditjen PNFI, Perguruan Tinggi termasuk BUMN untuk memfasilitasi pelatihan dan pembiayaan. Dampak yang diharapkan adalah terjadi sinergitas antar berbagai pihak dalam mendorong pengembangan kewirausahaan pemuda. Inisiatif dari berbagai pihak patut dihargai. Tapi yang lebih perhatikan adalah bagaimana kelompok-kelompok pemuda memiliki inisiatif untuk mengembangkan kemandiriannya di masyarakat melalui kegiatan usaha yang produktif. 


Upaya untuk memberdayakan diri dirasakan pula oleh kelompok pemuda di Kampung Karanggedang Desa Linggasari Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis. Berawalkan dari sebuah kesamaan pikiran beberapa pemuda yang peduli terhadap perkembangan Sumber Daya Manusia khususnya pemuda pemudi di Lingkungan Karanggedang yang menurun baik psikis maupun psikikologis, akibat dari perkembangan zaman yang berdampak pada pergeseran budaya khususnya di Lingkungan Karanggedang, sehingga menjadi kurang kreatif dan produktif. Mengingat organisasi Karang Taruna yang notabene satu-satunya organisasi kepemudaan tidak berjalan secara efektif, oleh sebab itu dirasa perlu untuk membentuk suatu wadah berupa kelompok yang dapat memfasilitasi pemuda-pemudi yang tidak memiliki rutinitas pekerjaan, untuk belajar bersama, dengan berorientasi pada dunia kerja dan dunia usaha sehingga menjadi manusia yang produktif, kreatif dan inovatif. Maka pada tanggal 12 Januari 2003 dibentuklah suatu kelompok pemuda yang bernama “Daun Gedang”. “Daun Gedang” terdiri dari 2 (dua kata) yaitu “Daun” dan “Gedang” Dimana “Daun” secara filosofis dapat diartikan sebagai sesuatu yang sejuk, damai dan diharapkan wadah ini dapat dijadikan sebagai filter dari segala seuatu hal yang bersifat negatif menjadi seuatu yang positif dan dapat bermanfaat baik bagi dirinya maupun lingkungan sekitarnya. Sedangkan nama “Gedang” sendiri merupakan identitas dari mana kelompok ini berada yaitu di Lingkungan Karanggedang, yang nantinya ketika orang menyebut nama “Daun Gedang” maka akan teringat pada nama Karanggedang. Kegiatan pertama yang dilakukan adalah pembuatan kerajinan tangan berupa pembuatan papan nama yang dijual dari rumah ke rumah di sekitar Lingkungan Karanggedang, dan souvenir pernikahan dengan memanfaatkan bahan baku daur ulang khususnya bahan kayu. 


Seiring dengan perkembangannya, telah dilakukan pengembangan usaha pada bidang lainnya. Dan sampai saat ini kelompok “Daun Gedang” berhasil mengembangkan usaha pada bidang percetakan dan sablon seperti, pembuatan spanduk, kartu undangan, kartu nama, nota, kuitansi dan lain-lain yang dalam pengerjaannya masih dilakukan secara manual dan fasilitas seadanya, sedangkan prospek dari usaha itu sendiri sangat menjanjikan. 


Karanggedang Kelurahan Linggasari Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis merupakan lingkungan dengan usaha percetakan dan sablon paling banyak di kecamatan Ciamis setidaknya terdapat 7 (tujuh) UMKM sejenis yang ada di Karanggedang, sehingga Karanggedang mempunyai identitas tersendiri dikenal dengan daerah percetakan dan sablon. Dengan demikian aspek teknis dengan memiliki identitas sebagai daerah percetakan dan sablon serta infrastruktur dengan lokasi yang mudah dijangkau telah mendukung. 


Kelompok usaha pemuda memiliki pengurus tetap sebanyak 10 orang. Dalam menjalankan produksi sering menyedot tenaga pemuda yang lain dan lebih banyak bisa lebih dari 2 kali lipat dari pengurus yang aktif, bahkan dianggap sebagai pusat kegiatan pemuda sebagai pengganti kegiatan karang taruna yang sedang tidak aktif. Kelompok usaha pemuda ini, sedikitnya telah mengurangi perilaku dan kegiatan pemuda yang negatif dan membekali keterampilan pemuda dalam bidang usaha yang menjadi fokusnya. Dalam beberapa hal sangat diandalkan untuk menopang kegiatan pemerintah seperti PNPM. 


Keterampilan yang dimiliki oleh personil kelompok usaha sudah mencukupi untuk pengembangan yang lebih kepada usaha bisnis yang lebih besar. Akan tetapi, seperti halnya lain kelompok usaha pemuda di tempat lain, permasalahan utama yang sering muncul adalah yang berkaitan dengan aspek bisnis seperti manajemen bisnis yang masih tradisional dan lemahnya akses terhadap permodalan yang kurang serta aspek non bisnis, seperti masih belum kuatnya jiwa wirausaha dari para personil.


Kondisi usaha yang dialami oleh kemlompok usaha ini memerlukan sentuhan dari pihak lain agar terjadi pengembangan usaha yang signifikan. Program Ipteks bagi Masyarakat (IbM) yang telah diselenggarakan berdasarkan latar belakang di atas serta fokus permasalahan yang akan diprioritaskan untuk dipecahkan dalam kegiatan IbM tersebut. Berdasarkan latar belakang tersebut, program IbM ini dinamakan “IbM Kelompok Usaha Pemuda Bidang Kerajinan, Souvenir, Sablon dan Percetakan” .


Permasalahan Mitra
Kelompok usaha ”Daun Gedang” telah berjalan selama 7 tahun. Sebagaimana halnya kelompok usaha pemuda yang berkarakter dinamis, kelompok usaha ini telah berperan dalam pengembangan diri pemuda melalui kegiatan kewirausahaan. Perannya telah dirasakan tidak hanya oleh pemuda sendiri tetapi oleh masyarakat sekitar karena berhasil dalam menciptakan aktivitas yang produktif bagi para pemuda. Di sisi lain dapat memutus mata rantai kegiatan negatif pemuda pada periode sebelumnya dan disamping menjadi role model bagi angkatan berikutnya. 


Usia 7 tahun bukanlah sebentar jika kelompok usaha memiliki target pengembangan usaha. Usia seperti diharapkan harus mampu menciptakan usaha bisnis yang lebih mapan untuk menopang ekonomi keluarga dan masyarakat. Akan tetapi, permasalahan sering muncul sebagaimana halnya kelompok usaha pemuda di tempat lain, baik yang berkaitan dengan manajemen bisnis, akses terhadap pembiayaan serta yang secara non bisnis sepeti motivasi kewirausahaan pemuda itu sendiri. 


Berikut ini adalah hasil identifikasi kami terhadap permasalahan yang dihadapi dan harus dipecahkan oleh kelompok usaha ”Daun Gedang” Kampung Karanggedang Kelurahan Linggasari Kecamatan - Kabupaten Ciamis dilihat dari berbagai sudut pandang yang relevan.
1. Belum memiliki perencanaan bisnis yang jelas sehingga target dan sasaran usaha belum memiliki arah kepada pengembangan usaha bisnis yang lebih mapan. 
2. Manajemen keuangan yang belum memenuhi standar akuntansi paling tidak untuk standar UMKM. Laporan hanya dalam bentuk laporan kas saja. Upah kerja diberikan per proyek produksi sehingga belum ada manajemen pembiayaan yang baik..
3. Pengelolaan produksi yang berorientasi pada pesanan bukan pada persediaan. Hal ini menyebabkan lemahnya fungsi pemasaran. Kelompok usaha tidak memiliki strategi pemasaran, hal ini bisa diakibatkan belum mantapnya perencanaan bisnis.
4. Beberapa keterampilan produksi dari ragam usaha sablon dan percetakan ini sudah dikuasai oleh beberapa personil. Akan tetapi, keterampilan sablon dan percetakan masih manual karena minimnya alat-alat yang tersedia. Disamping modal yang tidak tersedia, keterampilan produksi dengan alat yang lebih canggih belum banyak dikuasai. 
5. Kurangnya permodalan untuk ekspansi usaha. Hal ini disebabkan oleh lemahnya networking dengan instansi atau lembaga terkait baik lembaga pemerintah atau swasta. 
6. Masih kurangnya motivasi bisnis untuk pengembangan usaha. Hal ini berakibat kegiatan usaha berjalan secara stagnan tanpa ada upaya untuk pengembangan skala usaha yang lebih besar. 
7. Belum memiliki basecame tempat usaha yang tetap, karena masih menyewa. Hal ini sering mengganggu dalam kegiatan usaha produksi.


Berdasarkan analisis masalah di atas, maka tujuan pelaksanaaan IbM adalah :
1. meningkatkan motivasi berwirausaha mitra baik secara individu maupun secara kelompok;
2. meningkatkan pemahaman mitra tentang manajemen usaha terutama yang berkaitan dengan optimalisasi manajemen sumber daya manusia. Mitra memiliki pengetahuan tentang model pembagian tugas dan kewenangan dalam menjalankan usaha bisnis;
3. meningkatkan pemahaman mitra tentang rumusan dan manfaat perencanaan bisnis (bussines plan) serta dihasilkan dokumen perencanaan bisnis sebagai rencana pengembangan usaha baik dalam jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang;
4. meningkatkan pemahaman mitra tentang manajemen keuangan. Sebagai bentuk keluarannya adalah laporan keuangan usaha yang lengkap dalam kurun waktu 5 bulan masa kerjasama kegiatan IbM;
5. meningkatkan keterampilan anggota mitra dalam menggunakan komputer terutama dalam memanfaatkan software-software untuk keperluan desain kreatif serta penggunaan internet untuk media promosi. Sebagai bentuk produk keluarannya adalah dihasilkan beberapa disain kreatif untuk pembuatan kaos dengan tema yang relevan dengan program pemerintah daerah seperti pendidikan, kesehatan, lingkungan atau parawisata. Juga dihasilkan blog untuk media promosi yang lebih komprehensif dan intensif untuk kegiatan pemasaran;
6. mengembangkan model kaos dengan desain kreatif yang siap dipasarkan serta model-model souvenir dan kerajinan yang memiliki nilai jual yang tinggi;
7. meningkatkan pemahaman dan keterampilan mitra tentang proses produksi dengan menggunakan alat yang lebih canggih seperti sablon kaos dan cetak dijital. Dihasilkan contoh produk souvenir, kerajinan, kaos atau hasil cetak seperti undangan dan lain-lain. Produk ini bukan hanya sampel saja tetapi siap untuk dipasarkan;
8. meningkatkan pemahaman dan keterampilan dalam membuat media promosi dan strategi pemasaran. Dihasilkan model media promosi baik cetak maupun media di Internet;
9. meningkatkan pemahaman dan keterampilan mitra dalam mengembangkan jaringan usaha baik untuk kepentingan pendanaan, produksi maupun pemasaran. Terjalinnya beberapa kesepakatan kerjasama dengan pihak lain;
10. menghasilkan proposal untuk diajukan memperoleh dana dari pemerintah maupun dari swasta baik berupa hibah, seperti program Kelompok Usaha Pemuda Produktif (KUPP) dan Kelompok Wirausaha Desa (KWD) dari Ditjen FNPI serta dari pemerintah daerah atau berupa pendanaan dalam bentuk kredit dari perbankan maupun dari BUMN non bank;
11. meningkatkan peran kelompok usaha ”Daun Gedang” sebagai pusat kegiatan kewirausahaan pemuda minimal untuk tingkat kelurahan; serta
12. mengembangkan rancangan koperasi untuk mewadahi dan menopang kegiatan kewirausahaan pemuda.


Prosedur Kegiatan
Melalui kegiatan IbM ini akan ditawarkan solusi bagi permasalahan-permasalahan yang telah dirumuskan di atas. Pendekatan yang ditawarkan bagi realisasi program IbM ini adalah model pemberdayaan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1) Tahap Persiapan; 2) Tahap Assesment; 3) Tahap Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan; 4) Tahap Pemformulasian Rencana Aksi; 5) Tahap Pelaksanaan (Implementasi) Program atau Kegiatan; 6) Tahap Evaluasi; serta 7) Tahap Terminasi.


Pelaksanaan program IbM ini memang dilaksanakan sebagai upaya pemberdayaan kelompok pemuda dalam bidang kewirausahaan melalui kegiatan pelatihan kewirausahaan yang menitikberatkan kepada pengembangan usaha. Metode pelaksanaan program yang akan dilakukan adalah : (1) pelatihan manajemen usaha, (2) Pelatihan produksi, (3) pelatihan administrasi dan (4) pendampingan. Semua metode ini merupakan satu kesatuan dari program IbM ini.


Deskripsi Pelaksanaan Kegiatan
Berikut ini adalah deskripsi setiap kegiatan yang telah dilakukan oleh tim selama kegiatan Ipteks bagi Masyarakat (IbM) dengan mitra Kelompok Usaha Pemuda Daun Gedang.


Entrepreneurship Motivation
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 3 Juli 2011 di balai pertemuan kampong. Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk pelatihan motivasi wirausaha dalam bentuk tukar pengalaman dengan usahawan muda yang sukses untuk meningkatkan gairah wirausaha pemuda mitra. Pemateri yang diundang pada kegiatan ini adalah seorang Pengusana Muda dari Bandung yang bernama Hilman yang memiliki usaha dalam bidang konveksi dan sablon di daerah Kopo Sayati. Kegiatan ini dihadiri oleh semua personil mitra dan pihak usaha pemuda yang berada di daerah setempat. Kegiatan ini diarahkan untuk membangun mindset wirausaha bagi mitra usaha sehingga dapat menumbuhkan motivasi wirausaha dan pengembangan usaha mitra. Kegiatan ini ddilakukan dalam bentuk diskusi interaktif untuk mengungkap permasalahan dan potensi usaha yang dapat dikembangkan oleh mitra maupun kelompok usaha pemuda yang lainnya. 


Pelatihan manajemen usaha 
Kegiatan ini dilakukan dalam rangkaian kegiatan Enterpreneurship Motivation. Fokus dari materi ini adalah menambahnya wawasan tentang strategi merintis dan mengembangkan usaha bagi para pemuda baik secara umum maupun secara khusus yang berkaitan dengan jenis usaha yang sedang digeluti. 


Company visit 
Pada pertemuan tanggal 3 Juli 2011 disepekati dengan pemateri tentang kesiapan beliau menjadi pembimbing pada kegiatan kunjungan ke tempat usaha di Bandung. Pada pertemuan tersebut disepakati tempat-tempat usaha yang akan dikunjungi meliputi usaha sablon, konveksi, percetakan dan toko-toko yang memasarkan produk-produk tersebut. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal hari senin tanggal 12 Juli 2011. Dalam kegiatan ini diperoleh informasi berkaitan dengan teknis produksi dan strategi usaha yang dapat menambah wawasan dan keterampilan mitra dalam mengembangkan usaha. Pada realisasinya, kegiatan kunjungan ini dilakukan pada usaha sablon, konveksi, percetakan kartu dan toko-toko yang memasarkan produk hasil usaha yang dikunjungi. Kegiatan ini hanya melibatkan 7 orang personil mitra usaha karena berkaitan dengan akomodasi yang telah dipersiapkan.


Pendampingan penyusunan rencana bisnis 
Rencana bisnis merupakan bagian penting dari upaya pengembangan bisnis. Sebagian wirausaha menganggap rencana bisnis tidaklah terlalu penting sepanjang kita tidak memerlukan sumber pendanaan dari pihak lain. Pelatihan dan pendampingan pembuatan rencana bisnis difokuskan untuk memberikan wawasan pengembangan bisnis serta dapat menghasilkan rencana bisnis bagi bisnis yang sedang dikembangkan. Rencana bisnis akan digunakan untuk mengakses sumber pendanaan baik dari bank maupun non bank.


Pendampingan manajemen keuangan 
Kemapuan kelompok wirausaha dalam merancang laporan keuangan sangat diperlukan agar proses pelaksanaan bisnis bisa sberjalan dengan efektif. Laporan keuangan dengan standar akuntansi mungkin tidak terlalu mendesak diperlukan bagi wirausahawaan pemula. Tetapi kemampuan pengelolaan keuangan sangat diperlukan dalam kegiatan bisnis paling tidak dapat mencata arus kas dari proses usaha. Kegiatan ini dilaksanakan secara khusus untuk membina dan membekali kelompok usaha agar mampu mengelola keuangan. Dalam pelaksanaannya hanya seorang anggota kelompok usaha yang dilatih untuk dapat mengembangkan laporan keuangan.


Pelatihan penguasaan perangkat lunak untuk proses disain kreatif
Pelatihan perangkal lunak untuk disain kreatif diarahkan untuk meningkatkan kemampuan personil bisnis dalam membuat disain untuk keperluan desain cetak kertas dan disain sablon. Software yang diprioritaskan untuk di latihkankan adalah seperti Corel Draw dan Adobe Photoshop untuk disain kreatif serta serta Blog untuk website. Pelatihan dilakukan dilakosai karena peralatan komputer sudah memenuhi. Sementara personil yang menjadi target peningkatan kemampuan software adalah personil yang telah mengetahui dasar-dasar computer serta disain dasar. Pengenalan disain distro diperoleh ketika kunjungan ke Bandung ke sentra-sentra produksi distro. Personil memperoleh pelatihan singkat mengembangkan disain kreatif untuk standar distro. Untuk meningkatkan kemampuan disain, personil mengembangkan kemampuannya secara kolaboratif dalam tim yang terdiri dari dua orang personil yang menjadi fokus. 


Pelatihan dan workshop teknik-teknik produksi 
Pelatihan teknik produksi untuk personil dilakukan ketika mereka berkunjung ke sentra produksi kaos dan konveksi di Bandung. Mereka dikenalkan dan dilatih secara singkat tentang model produksi yang lebih canggih dibanding dengan teknik produksi yang telah biasa mereka lakukan. Mereka memperoleh pengetahuan tentang teknik produksi kaos berstandar distro Bandung dari mulai rancangan disain sampai finishing produksi. Dasar-dasar produksi yang telah mereka miliki dijadikan dasar penguasaan teknik produksi yang lebih tinggi. 


Pelatihan dan pendampingan strategi marketing dan promosi
Marketing merupakan aspek bisnis yang sangat penting. Aspek ini meliputi branding, differentiation, promotion dan positioning. Namun, marketing yang biasa dilakukan masih defensive artinya hanya mengandalkan promosi dari mulut ke mulut. Kegiatan yang dilakukan bersama tim, masih berbentuk pendampingan terhadap proses marketing serta konsultasi terhadap setiap masalah yang dihadapai selama proses marketing. Pengembangan media promosi dilakukan untuk kepentingan promosi usaha secara lebih luas.


Pengembangan uji coba produk baru mulai dari desain rancangan sampai pemasaran
Untuk meningkatkan kemampuan produksi yang telah diperoleh, maka dilakukan latihan teknik produksi mulai dari tahap disain sampai finishing model kaos oblong. Pada kegiatan ini diikuti seluruh personil yang ada serta mahasiswa. Dari kegiatan ini diperoleh beberapa model kaos oblong dengan tema yang berkaitan dengan identitas UPI.


Pengembangan networking baik untuk kepentingan pendanaan maupun pemasaran
Networking diperlukan untuk kepentingan ekspansi usaha. Melalui jejaring usaha yang dimiliki akan membantu proses promosi dan pemasaran. Kelompok usaha yang terbangun di sekitar kelompok usaha sangat kondusif meski menuntut persaingan. Kelompok usaha yang terbangun di kampung Karanggedang Kelurahan Linggasari Ciamis sangat kondusif dan slaing mendukung. Kampung karenaggedang memenuhi segala jenis produksi bidang percetakan, sablon mauapun konvenksi. Hal ini menunjang satu sama lain, karena terbiasa melalukan proses produksi. Untuk mengembangan jaringan networking yang lebih luas, kelompok usaha diundang untuk menghadari kegiatan pengembangan wirausaha dan pameran UMKM Priangan Timur yang diselenggarakan oleh Kementiran Perekonomian RI di UPI Kampus Tasikmalaya yang juga dihadiri oleh Mentri Koordinator Perekonomian RI, Bapak Ir. H. Hatta Rajasa.


Motivasi wirausaha
Motivitasi umum yang dimiliki oleh personil usaha daun gedang adalah ingin memiliki penghasilan. Berawal dari kumpulan pemuda dalam karang taruna terbentuklah kelompok usaha Daun Gedang yang pada awal bergerak pada bidang pembuatan souvenir serta barang-barang kerajinan cindera mata. Untuk menjadikan usaha yang lebih matang dan besar tidak hanya cukup memiliki motif untuk memperoleh penghasilan karena itu akan menjebak kelompok usaha dalam putaran bisnis yang tidak berkembang.


Kegiatan awal yang dilakukan untuk menyentuh aspek motivasi usaha yang dilakukan adalah kegiatan taining wirausaha untuk materi motivasi wirausaha. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 3 Juli 2011 di balai pertemuan kampong. Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk pelatihan motivasi wirausaha dalam bentuk tukar pengalaman dengan usahawan muda yang sukses untuk meningkatkan gairah wirausaha pemuda mitra. Pemateri yang diundang pada kegiatan ini adalah seorang Pengusana Muda dari Bandung yang bernama Hilman yang memiliki usaha dalam bidang konveksi dan sablon di daerah Kopo Sayati. Kegiatan ini dihadiri oleh semua personil mitra dan pihak usaha pemuda yang berada di daerah setempat. 


Manajemen kelembagaan dan personalia
Seperti halnya kelompok usaha kecil dan menengah, faktor individu masih dianggap menonjol dalam mementukan model kelembagaan dan pengaturan personalia. Walaupun jumlah personil ada 10 orang, tetapi hanya 4 orang yang dianggap mengendalikan usaha ini. Pembagian tugas didasarkan kepada kemampuan masing-masing. Namun dengan kemampuan yang dimiliki oleh 4 orang ini, proses produksi percetakan dan sablon bisa dikuasai. Hal ini bisa diatasi jika produk yang dikembangkan tidak banyak dan tidak didesak oleh waktu, tetapi jika produk yang dikembangkan cukup kompleks dan banyak serta waktu pengerjaan sesuai dengan pesanan pada waktu yang mendesak, maka biasa menggunakan tenaga luar atau personil yang kurang aktif untuk membantu menyelesaikan proses produksi. Selama kegiatan IbM berlangsung, dilakukan rasionalisasi tugas dan tanggung jawab masing-masing personil agar proses produksi bisa lebih baik. Serta dirancang model tugas pekerjaan yang dapat dilakukan oleh setiap personil bahkan bagi siapapun yang terlibat dalam proses produksi secara tentatif sesuai kebutuhan. Hal ini penting dilakukan agar proses produksi terjamin kualitasnya


Manajemen produksi
Keterampilan produksi yang dimiliki oleh personil dianggap cukup menunjang terhadap proses produksi percetakan, souvenir dan sablon. Keterampilan tersebut diperoleh secara otodidak yang dikembangkan secara beratahap oleh kelompok usaha. Semua personil dapat melakukan proses produksi kecuali kemampuan disain perancangan produk yang hanya dimiliki oleh dua orang. Alat dan bahan produksi tidak menjadi masalah karena akses terhadap barang dan alat produksi sudah bisa di akses di Ciamis, Tasikmalaya bahkan jika diperlukan dari bandung. Hanya saja sering terjadi kesulitan jika alat-alat utama tidak bekerja dengan baik seperti komputer dan printer untuk perancangan atau desain produk. Teknik produksi dasar sudah dikuasai oleh semua personil yang ada. Namun hal ini belumlah dianggap cukup untuk pengembangan kualitas produk yang lebih baik dengan standar pasar yang lebih tinggi. Salah satu kegiatan untuk meningkatkan kemampuan teknik produksi personil adalah mengunjungi beberapa sentra produksi cetak sablon yang merupakan sentra produksi sablon dengan kelas Distro di Bandung pada tanggal 3 Juli 2011. Selama di Bandung mereka memperoleh pelatihan yang tentang teknik produksi yang tinggi baik untuk pekerjaan kecil maupun pekerjaan partai. 


Manajemen keuangan
Berkaitan dengan manajemen keuangan, ada empat aspek yang perlu diperhatikan yaitu sumber pendanaan, perencanaan keuangan, manajemen pemasukan dan pengeluaran. Pengembangan manajemen keuangan diarahkan agar agar kelompok usaha memiliki sistem pengelolan keuangan yang standar sehingga bisa dijadikan dasar pendanaan kepada pihak lain. 


Selama ini, ada beberapa sumber pendanaan yang digunakan, yiatu bank, dana PNPM serta modal sendiri yang dikembangkan. Karena produksi lebih menitikberatkan kepada barang-barang berdasarkan pesanan, maka sumber pendanaan dari pihak bank dan sumber dan luar lainnya tidak diperlukan. Laporan keuangan yang tersedia memang baru laporan kas. Selama kegiatan IbM, mereka dilatih untuk dapat meningkatkan kemampuan manajemen keuangan dengan tujuan agar manajemen keuangan yang baik dapat menunjang produktivitas usaha. 


Manajemen pemasaran
Selama kegiatan IbM, kelompok usaha bisnis telah didorong untuk mulai membuka diri untuk melakukan promosi lebih intensif dengan mengembangkan media promosi seperti brosur yang disebarkan kepada target pelanggan seperti instansi, sekolah atau melalui pelanggan yang telah ada. Untuk pemasaran produk sablon dan percetakan dianggap sudah cukup baik karena telah lama dikenal sebagai sentra percetakan dan sablon. Namun untuk produk handycraft, pemasaran dianggap belum berjalan dengan baik. Sehingga dalam beberapa tahun ini, proses pemasaran handycraft lebih diarahkan untuk pemenuhan kebutuhan souvenir pernikahan.


PENUTUP
Kesimpulan
Berdaasarkan laporan kegiatan yang telah dipaparkan, berikut ini beberapa kesimpulan yang bisa dihasilkan.
1. Kegiatan pelatihan motivasi wirausaha mampu meningkatkan jiwa entrepreneurship para pemuda sebagai upaya menunjang kegiatan pengembangan kelompok usaha pemuda ”Daun Gedang” bidang usaha sablon dan percetakan serta pemuda yang lainnya.
2. Kegiatan pendampingan untuk membuat perencanaan bisnis kelompok usaha pemuda ”Daun Gedang” telah mampu mengembangkan kemampuan mereka untuk melakukan perencanaan bisnis tersebut.
3. Kegiatan IbM meliputi pelatihan dan pendampingan telah meningkatkan kemampuan kelompok usaha pemuda ”Daun Gedang” dalam melakukan operasional bisnisnya sesuai dengan jenis usaha yang dijalankan.
4. Kegiatan pendampingan dalam mengelola keuangan telah meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan.
5. Kegiatan promosi dan pengembangan jaringan pemasaran telah dijadikan sebagai strategi pemasaran untuk meningkatkan volume produksi kelompok usaha pemuda ”Daun Gedang”.
6. Pengembangan networking dengan pihak lain untuk membangun kerjasama bisnis telah dilakukan untuk peningkatan pemasaran dan pendanaan. 
7. Pelatihan produksi melalui kunjungan ke sentra-sentra produksi di percetakan dan kaos di Bandung telah mampu meningkatkan pengetahuan dan kemampuan teknik produksi yang lebih baik.
8. Pendanaan untuk kebutuhan ekspansi usaha dari bank maupun lembaga non bank belum diupayakan dengan baik, tetapi telah direncanakan dan disiapkan.
9. Model kelompok usaha pemuda “Daun Gedang” dapat dijadikaan sebagai model pengembangan wirausaha pemuda yang berbasis pemberdayaan masyakarat.
10. Kegiatan IbM ini telah mempu meningkatkan partisipasi dosen dan mahasiswa UPI Kampus Tasikmalaya dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat.


Saran
Berdasarkan deskripsi laporan kegiatan Ipteks bagi Masyarakat (IbM) yang diselenggarakan oleh tim dosen UPI Kampus Tasikmalaya, berikut ini adalah saran-saran untuk semua pihak.
1. Pimpinan Universitas Pendidikan Indonesia diharapkan terus mendorong program-program pemberdayaan kepada masyarakat termasuk dalam bidang pemberdayaan bidang ekonomi yang dikoordinir oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM)
2. Pimpinan UPI Kampus Tasikmalaya diharapkan dapat mengembangkan program-program pemberdayaan kepada masyarakat termasuk dalam bidang pemberdayaan bidang ekonomi yang mampu mengintegrasikan hasil penelitian dengan prakteknya di lapangan serta melibatkan dosen dan mahasiswan dalam pelaksnaanya.
3. Pemerintah daerah diharapkan dapat meningkatkan kerjasama dengan pihak UPI Kampus Tasikmalaya dalam menyelenggarakan program-program pemberdayaan kepada masyarakat termasuk dalam bidang pemberdayaan bidang ekonomi
4. Mendorong terus peningkatan manajemen usaha untuk mengembangkan pecapaian hasil yang lebih tinggi.


Daftar Pustaka
DP2M Dikti (2009). Pedoman Pengabdian kepada Masyarakat 2009. Jakarta : Ditjen Dikti Depdiknas.

Rohaniyah, Suci (2005). Pola Pemberdayaan Pemuda dengan pelatihan Budidaya Ayam Arab di BPPLSP Regional III Jawa Tengah. Skripsi Tidak Diterbitkan Unnes Semarang.

LPPM UPI (2010). Pedoman Penelitian dan Pngabdian pada Masyarakat UPI 2010. Bandung : UPI

Subscribe to receive free email updates: