Pengaruh Komitmen Organisasional Dan Profesional Terhadap Kepuasan Kerja Auditor Dengan Motivasi Sebagai Variabel Intervening

Pengaruh Komitmen Organisasional Dan Profesional Terhadap Kepuasan Kerja Auditor Dengan Motivasi Sebagai Variabel Intervening 
Profesi auditor merupakan profesi yang membutuhkan tingkat keahlian dan independensi tinggi. Profesi ini pada dasarnya juga membutuhkan adanya komitmen organisasi terhadap lembaga tempat bekerja dan komitmen terhadap profesi auditor yang sedang dijalaninya sekarang. Komitmen organisasional dan komitmen profesional merupakan bentuk-bentuk komitmen yang dapat mendukung tercapainya tujuan organisasi. Komitmen terhadap organisasi menunjukkan suatu keadaan dimana seorang karyawan mempunyai nilai dan tujuan yang sama dengan organisasi, terlibat dalam pencapaian tujuan organisasi serta berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi (Aranya, 1984). 

Persaingan usaha yang ketat dan adanya persaingan dalam merekrut sumber daya manusia terbaik dan profesional menyebabkan sumber daya manusia senantiasa menempati kedudukan yang semakin penting dalam perusahaan. Seiring dengan kebutuhan terhadap karyawan yang profesional maka perusahaan berusaha menjaga dan mempertahankan mereka demi kelancaran operasional usaha. Faktor sumber daya manusia dalam kesuksesan perusahaan tidak dapat diabaikan. Pandangan atau falsafah yang berkembang di tengah masyarakatpun semakin mendukung kondisi tersebut. Saat ini semakin menguat adanya permintaan dan tuntutan untuk memperhatikan atau memprioritaskan aspek manusia dalam dunia kerja dan bukannya aspek ekonomi atau aspek teknologi dalam setiap organisasi. Manusia adalah sumber daya organisasi yang bernilai (Amin Wijaya, 1994). Manusia memberikan jasa pada saat sekarang dan masa yang akan datang, yang tidak dimiliki sumber daya perusahaan yang lain seperti mesin-mesin dan material.

Kantor Akuntan Publik (KAP) sebagai organisasi jasa profesional dituntut untuk memiliki keunggulan kompetitif (competitif advantage) agar dapat memenangkan persaingan. Salah satu aset untuk memenangkan kompetisi adalah sumberdaya manusia yang profesional dalam hal ini para auditor yang terlibat dan bekerja dalam organisasi KAP. KAP dituntut untuk selalu meningkatkan kualitas pelayanan kepada klien dan memberikan informasi yang sebenarnya kepada masyarakat melalui audit yang profesional. Para auditor diwajibkan melakukan audit secara benar dan KAP wajib menghasilkan laporan audit yang jujur dan independen kepada masyarakat.

Tugas dan tanggungjawab organisasi KAP saat ini semakin kompleks. KAP harus selalu memberikan pelayanan jasa yang prima dan profesional kepada klien. Berbagai macam tugas dan tanggungjawab organisasi pada akhirnya menjadi tanggungjawab pimpinan dan para auditor yang bekerja dalam organisasi KAP. 

Suatu komitmen organisasi menunjukkan suatu daya dari seseorang dalam mengidentifikasi keterlibatannya dalam suatu bagian organisasi (Mowday, Porters & Steers ). Komitmen organisasi dibangun atas dasar kepercayaan karyawan atas nilai-nilai organisasi, kerelaan karyawan membantu mewujudkan tujuan organisasi dan loyalitas karyawan untuk tetap menjadi anggota organisasi. Oleh karena itu komitmen organisasi akan menimbulkan rasa ikut memiliki (sense of belonging) bagi karyawan terhadap organisasi.

Komitmen profesional menunjukkan suatu keadaan dimana seorang karyawan mempunyai nilai dan tujuan yang sama dengan pekerjaan atau profesi yang dijalani, terlibat dalam pencapaian tujuan profesi serta berniat memelihara keanggotaan dalam asosiasi profesi (Aranya, 1984). Komitmen profesional pada akhirnya diharapkan akan berpengaruh terhadap kepuasan kerja karena dengan sikap profesional maka auditor akan mendapatkan imbalan yang memadai dan sesuai harapan. 

Motivasi merupakan suatu proses untuk mencoba mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang kita inginkan (Heidrachman dan Husnan, 2000). Motivasi yang ada pada seseorang akan mewujudkan suatu perilaku yang diarahkan untuk mencapai kepuasan kerja. Motivasi auditor dalam bekerja akan sangat mendukung tercapainya tujuan organisasi. Motivasi kerja yang tinggi diharapkan akan membawa keberhasilan kerja bagi auditor dan dapat mendorong tercapainya kepuasan kerja. 

Kepuasan Kerja (Job Satisfaction)
Setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda sesuai dengan sistem nilai-nilai yang berlaku pada dirinya. Vroom dalam Poznanski (1997) mendeskripsikan bahwa kepuasan kerja sebagai sikap positif karyawan dalam menghadapi suatu pekerjaan Perbedaan tingkat kepuasan antar individu dalam organisasi disebabkan adanya perbedaan pada sifat atau karakter dan budaya masing-masing individu, semakin banyak aspek-aspek dalam pekerjaan yang sesuai dan cocok dengan keinginan individu, maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakan oleh individu dalam organisasi dan begitu juga sebaliknya.

Kebutuhan dan keinginan auditor yang dapat terpenuhi melalui pekerjaan yang dilakukannya akan menimbulkan suatu bentuk keterkaitan atau komitmen tertentu terhadap organisasi. Kebutuhan dan harapan auditor yang dipenuhi oleh organisasi KAP akan memberikan pengaruh besar terhadap kepuasan kerja auditor terhadap kelangsungan hidup organisasi. Kelangsungan hidup organisasi KAP tidak hanya tergantung pada auditor yang berpotensi saja tetapi organisasi yang ingin berkembang membutuhkan karyawan atau staf yang bersedia bekerja semaksimal mungkin bagi organisasi. Setiap organisasi membutuhkan karyawan yang bersedia terlibat secara penuh dalam upaya mencapai tujuan dan kelangsungan organisasi. 

Motivasi
Motivasi merupakan sesuatu atau kekuatan yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan atau perilaku tertentu dalam cara-cara tertentu (Amstrong, 1994). Reksohadipraja (1990) mendefinisikan motivasi sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu dalam rangka mencapai suatu tujuan. Motivasi merupakan proses yang menghasilkan suatu intensitas, arah dan ketekunan individu dalam usaha untuk mencapai satu tujuan (Robbins, 2003).

Motivasi muncul karena adanya kebutuhan dan motivasi mendorong munculnya tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut. Motivasi dalam diri manusia dapat berupa motivasi internal diri dan eksternal. Motivasi internal diri merupakan motivasi yang muncul dari dalam pikiran, hati sanubari dan keinginan diri. Motivasi eksternal merupakan motivasi yang muncul karena adanya dorongan dari luar pribadi, misalnya dari orang lain dan organisasi tempat bekerja. 

Tujuan pemberian motivasi menurut Hasibuan M.S.P (2001) antara lain :
1. Mendorong gairah dan semangat kerja karyawan.
2. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan.
3. Mempertahankan loyalitas dan kestabilan karyawan perusahaan.
4. Meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi karyawan.
5. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik.
6. Meningkatkan kreativitas, partisipasi dan kesejahteraan karyawan.
7. Meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap tugas, meningkatkan produktivitas kerja dan meningkatkan efisiensi.

Menurut Abraham Maslow, ketika suatu kebutuhan terpuaskan, maka kebutuhan tersebut tidak lagi memotivasi perilaku. Kebutuhan-kebutuhan manusia diatur dalam suatu hirarki dari tingkatan yang paling dasar sampai ketingkatan yang lebih tinggi dengan urutan sebagai berikut : Kebutuhan fisiologis, rasa aman, berinteraksi, harga diri dan mengaktualisasikan diri. 

Komitmen Organisasional (Organizational Commitment )
Komitmen organisasional merupakan kekuatan individu yang didefinisikan dan dikaitkan dengan bagian organisasi. Komitmen terhadap organisasi menunjukkan suatu keadaan dimana karyawan/auditor mempunyai nilai dan tujuan yang sama dengan organisasi KAP, terlibat dalam pencapaian tujuan organisasi serta berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi (Aranya, 1984). Mowday, Porter dan Steers (1982) mengemukakan bahwa komitmen organisasi terbangun bila masing-masing individu mengembangkan tiga sikap dalam organisasi, yaitu sebagai berikut:
1. Identification merupakan pemahaman atau penghayatan dari tujuan organisasi.
2. Involvement merupakan perasaan untuk terlibat dalam suatu pekerjaan dalam organisasi dan pekerjaan yang dilakukan adalah menyenangkan.
3. Loyalty merupakan perasaan bahwa organisasi adalah tempat bekerja dan tempat tinggal sehingga muncul kesetiaan terhadap organisasi.

Komitmen seorang auditor terhadap organisasi KAP merupakan salah satu sikap yang merefleksikan perasaan senang atau tidak senang dari auditor tersebut terhadap organisasi KAP tempat dia bekerja.

Komitmen Profesional (Professional Commitment )
Komitmen profesional adalah tingkat loyalitas individu pada profesinya seperti yang dipersepsikan oleh individu tersebut (Larkin, 1990). Profesionalisme menjadi tuntutan bagi auditor dalam rangka menciptakan pelayanan jasa audit bagi klien atau masyarakat. Para auditor diharapkan selalu meningkatkan kemampuan profesionalnya dalam menghadapi persaingan global. 

Para tenaga profesional biasanya telah dididik untuk menjalankan tugas-tugas yang komplek secara independen dan memecahkan permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan tugas-tugas dengan menggunakan keahlian dan dedikasi secara professional (Schwartz,1996). Menurut Hall, terdapat lima dimensi profesionalisme, yaitu Pengabdian pada profesi, Kewajiban Sosial, Kemandirian, Keyakinan terhadap peraturan profesi dan Hubungan dengan sesama profesi

Komitmen profesional menunjukkan suatu keadaan dimana seorang karyawan/auditor mempunyai nilai dan tujuan yang sama dengan pekerjaan atau profesi auditor yang dijalaninya, melakukan keterlibatan dalam pencapaian tujuan profesi auditor serta berniat memelihara keanggotaan dalam asosiasi profesi auditor (Aranya, 1984).

Pengaruh Komitmen Organisasional Terhadap Motivasi
Komitmen organisasional adalah merupakan suatu perpaduan antara sikap dan perilaku. Komitmen organisasional menyangkut tiga sikap yaitu, rasa mengidentifikasi dengan tujuan organisasi, rasa keterlibatan dengan tugas organisasi, dan rasa kesetiaan kepada organisasi (Aranya, 1984). Sedangkan motivasi adalah sesuatu yang memulai gerakan, sesuatu yang membuat orang bertindak atau berperilaku dalam cara-cara tertentu (Michael Armstrong, 1994). Menurut Robbins (1996) motivasi merupakan hasil interaksi antara individu dan situasinya, sehingga setiap manusia mempunyai inovasi yang berbeda antara satu dengan yang lain. Selanjutnya Robbins menyatakan bahwa terdapat tiga kunci utama tentang motivasi dalam perilaku organisasi, yaitu : kemauan untuk berusaha, pencapaian tujuan organisasi, dan pemenuhan kebutuhan pribadi individu organisasi. Sedangkan menurut Gibson (1993) mengemukakan bahwa kandungan motivasi kerja turut menentukan prestasi kerja seseorang karena prestasi kerja merupakan interaksi dari kemampuan dan motivasi kerja.

Dengan adanya komitmen organisasional pada seseorang akan menimbulkan motivasi untuk bekerja sebaik-baiknya pada suatu organisasi sebagai upaya mewujudkan tujuan bersama, sebagai konsekuensi agar komitmen tersebut dapat terwujud atau tercapai. Karena motivasi merupakan proses atau faktor yang mendorong orang untuk bertindak atau berperilaku dengan cara-cara tertentu sesuai dengan komitmennya.

Motivasi seseorang bekerja pada suatu organisasi dapat bermacam-macam misalnya : motivasi jabatan, gaji yang tinggi, fasilitas kantor yang memadai, penghargaan dari organisasi. Semua harapan yang menjadi motivasi akan tercapai apabila karyawan telah menunjukkan sikap loyal dan bekerja secara penuh bagi organisasi. Dalam hal ini karyawan harus menunjukkan komitmen organisasi terhadap tempat bekerja.

H1: Komitmen organisasional mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi.

Pengaruh Komitmen Profesional Terhadap Motivasi
Komitmen profesional adalah tingkat loyalitas individu pada profesinya seperti yang dipersepsikan oleh individu tersebut (Larkin, 1990). Komitmen profesional mendasari perilaku, sikap dan orientasi profesional seseorang dalam menjalankan tugas atau pekerjaannya. norma, aturan dan kode etik profesi yang berfungsi sebagai suatu mekanisme pengendalian akan dapat menentukan kualitas pekerjaan seorang profesional. Sedangkan motivasi adalah keadaan pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu melakukan kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan (Handoko, 1995). 

Selanjutnya Handoko mengemukakan bahwa arti pekerjaan bagi seseorang pada hakekatnya sesuai dengan motivasi yang mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhannya. Secara positif pekerjaan dapat menghasilkan pendapatan, pengalaman hidup, harga diri dan penghargaan orang lain, mencapai rasa kemandirian dan kebutuhan berprestasi, serta sebagai sarana untuk berhubungan dengan orang lain

Dengan demikian, komitmen profesional akan mempengaruhi motivasi seseorang dalam bekerja. Motivasi untuk menjadi profesional dalam profesi yang dijalani akan terjadi apabila karyawan mempunyai komitmen profesional. 

H2: Komitmen profesional mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi.

Pengaruh Komitmen Organisasional Terhadap Kepuasan Kerja
Komitmen organisasi dapat didefinisikan sebagai : (1) sebuah kepercayaan terhadap dan penerimaan tujuan-tujuan dan nilai-nilai dari organisasi, (2) sebuah kemauan untuk menggunakan usaha yang sungguh-sungguh guna kepentingan organisasi, (3) sebuah keinginan untuk memelihara keanggotaan dalam organisasi (Aranya et al. 1982), sedangkan kepuasan kerja adalah suatu sikap umum terhadap pekerjaan seseorang sebagai perbedaan antara banyaknya ganjaran yang diterima pekerja dan banyaknya yang diyakini yang seharusnya diterima (Robbins, 1996). Komitmen organisasi dan kepuasan kerja adalah dua hal yang sering dijadikan pertimbangan saat mengkaji pergantian akuntan yang bekerja (Poznanski dan Bline, 1997). 

Penelitian terdahulu mengenai pengaruh komitmen organisasi terhadap kepuasan kerja dikemukakan oleh Dwi Cahyono dan Imam Ghozali (2001), dalam penelitiannya menunjukkan hubungan timbal balik antara kepuasan kerja dengan komitmen organisasi. Dengan menggunakan teknik Structural Equation Modeling dalam membangun model teoritis dan menganalisis data dihasilkan kesimpulan bahwa, kepuasan kerja berpengaruh negatif terhadap komitmen organisasi dan komitmen organisasi berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja akan tetapi hubungan timbal balik tersebut tidak signifikan. 

Penelitian Sri Trisnaningsih (2002) menunjukkan bahwa komitmen organisasional mempunyai pengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja. Hasil penelitian tersebut mendukung hasil penelitian sebelumnya oleh Aranya (1982), Norris dan Niebuhr (1983) dan Poznanski (1997). Hasil penelitian tersebut kemudian didukung oleh penelitian Yenny Bongso dan Hudi Prawoto (2005) dalam penelitiannya pada Kantor Akuntan Publik di Semarang mengenai Analisis Hubungan Tipe Budaya dan Komitmen Organisasi Dengan Kepuasan Kerja Akuntan menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara komitmen organisasi dengan kepuasan kerja.

H3: Komitmen organisasional mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap kepuasan kerja.

Pengaruh Komitmen Profesional Terhadap Kepuasan Kerja
Komitmen profesional dapat didefinisikan sebagai : (1) sebuah kepercayaan pada dan penerimaan terhadap tujuan-tujuan dan nilai-nilai dari profesi, (2) sebuah kemauan untuk menggunakan usaha yang sungguh-sungguh guna kepentingan profesi, (3) sebuah keinginan untuk memelihara keanggotaan dalam profesi (Aranya et al. 1981), sedangkan kepuasan kerja adalah suatu sikap umum terhadap pekerjaan seseorang sebagai perbedaan antara banyaknya ganjaran yang diterima pekerja dan banyaknya yang diyakini yang seharusnya diterima (Robbins, 1996).

Dengan menunjukkan komitmen terhadap profesi yang dijalani maka karyawan mengharapkan adanya pengakuan sebagai profesional oleh organisasi dan masyarakat. Pengakuan sebagai profesional oleh organisasi dan masyarakat akan menimbulkan perasaan bangga dan mendorong timbulnya kepuasan kerja. 

Penelitian terdahulu mengenai pengaruh komitmen profesional terhadap kepuasan kerja dikemukakan oleh Sri Trisnaningsih (2002), dalam penelitiannya menunjukkan bahwa komitmen profesional mempunyai pengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja. Hasil penelitian tersebut mendukung hasil penelitian sebelumnya oleh Aranya (1982) yang menganalisis pengaruh komitmen organisasional dan komitmen profesional terhadap kepuasan kerja para akuntan yang dipekerjakan, dengan menggunakan komitmen organisasional dan komitmen profesional sebagai prediktor kepuasan kerja, dan adanya korelasi nyata secara signifikan antara komitmen profesional dan kepuasan kerja. Penelitian diatas juga didukung penelitian hubungan antara komitmen profesional terhadap kepuasan kerja oleh Harrel (1986) dan Poznanski (1997). 

H4: Komitmen profesional mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap kepuasan kerja.

Pengaruh Motivasi Terhadap Kepuasan Kerja
Hakikat kepuasan kerja adalah perasaan senang ataupun tidak senang terhadap pekerjaan yang dilakukan (Keith Davis, 1995). Perasaan senang ataupun tidak senang ini muncul disebabkan karena pada saat karyawan bekerja mereka membawa serta keinginan, kebutuhan, dan pengalaman masa lalu yang membentuk harapan kerja mereka. Makin tinggi harapan kerja ini dapat terpenuhi, makin tinggi tingkat kepuasan kerja karyawan. Dengan demikian, kepuasan kerja menunjukkan kesesuaian dengan harapan kerja yang sering merupakan motivasi kerja karyawan.

Kepuasan kerja tidak dapat dipisahkan oleh motivasi kerja yang seringkali merupakan harapan kerja karyawan. Gambaran yang akurat tentang hubungan ini adalah bahwa motivasi kerja menyumbang timbulnya kepuasan kerja yang tinggi. Kepuasan kerja akan tinggi apabila keinginan dan kebutuhan karyawan yang menjadi motivasi kerja terpenuhi.

Penelitian terdahulu mengenai pengaruh motivasi terhadap kepuasan kerja dikemukakan oleh Sri Trisnaningsih (2002), dalam penelitiannya menunjukkan bahwa motivasi mempunyai pengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dengan motivasi yang tinggi maka akan menghasilkan kepuasan kerja yang tinggi.

H5 : Motivasi mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap kepuasan kerja.

Pengaruh Komitmen Organisasional Terhadap Kepuasan Kerja Melalui Motivasi sebagai Variabel Intervening.
Seseorang yang bergabung dengan suatu organisasi tentunya membawa keinginan-keinginan, kebutuhan dan pengalaman masa lalu yang membentuk harapan kerja baginya, dan bersama-sama dengan organisasinya berusaha mencapai tujuan bersama. Untuk dapat bekerja sama dan berprestasi kerja dengan baik, seorang karyawan harus mempunyai komitmen yang tinggi pada organisasinya. Komitmen organisasional akan mempengaruhi berbagai perilaku penting agar organisasi berfungsi efektif. Komitmen organisasional dapat tumbuh mana kala harapan kerja dapat terpenuhi oleh organisasi dengan baik. Selanjutnya dengan terpenuhinya harapan kerja ini akan menimbulkan kepuasan kerja. Tingkat kepuasan kerja banyak menunjukkan kesesuaiannya dengan harapan kerja yang sering merupakan motivasi kerja.

Penelitian terdahulu mengenai pengaruh komitmen organisasi terhadap kepuasan kerja melalui motivasi sebagai variabel intervening dikemukakan oleh Sri Trisnaningsih (2002), dalam penelitiannya menunjukkan bahwa komitmen organisasi mempunyai pengaruh secara tidak langsung melalui variabel intervening motivasi terhadap kepuasan kerja. Dalam penelitian ini diketahui bahwa pengaruh langsung variabel komitmen organisasi terhadap kepuasan kerja lebih besar dibandingkan dengan pengaruh tidak langsung variabel komitmen organisasi terhadap kepuasan kerja dengan melalui variabel intervening motivasi.

H6 : Komitmen organisasinal mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap kepuasan kerja melalui motivasi sebagai variabel intervening.

Pengaruh Komitmen Profesional Terhadap Kepuasan Kerja Melalui Motivasi sebagai Variabel Intervening.
Suatu komitmen profesional pada dasarnya merupakan presepsi yang berintikan loyalitas, tekad dan harapan seseorang dengan dituntun oleh sistem nilai atau norma yang akan mengarahkan orang tersebut untuk bertindak atau bekerja sesuai prosedur-prosedur tertentu dalam upaya menjalankan tugasnya dengan tingkat keberhasilan yang tinggi (Larkin, 1990). Hal ini dapat menjadikan komitmen profesional sebagai gagasan yang mendorong motivasi seseorang dalam bekerja. Motivasi merupakan sesuatu yang memulai gerakan, sesuatu yang membuat orang bertindak dan berperilaku dalam cara-cara tertentu. Memotivasi orang adalah menunjukkan arah tertentu kepada mereka dan mengambil langkah-langkah yang perlu untuk memastikan bahwa mereka sampai kesuatu tujuan (Armstrong, 1994).

Komitmen profesional akan mendorong tercapainya motivasi karyawan mendapatkan pengakuan sebagai profesional sehingga akan menimbulkan kebanggaan diri. Pengakuan sebagai profesional akan mendorong timbulnya kepuasan kerja. Karena itulah motivasi tidak dapat dipisahkan dengan kepuasan kerja yang sering merupakan harapan kerja seseorang. Gambaran yang nyata akan hubungan ini adalah bahwa motivasi kerja menyumbang timbulnya kepuasan kerja yang. Kepuasan kerja karyawan akan timbul apabila harapan karyawan yang menjadi motivasi kerjanya dapat terpenuhi. Adanya kompensasi dalam bekerja berupa penghargaan (reward) akan menimbulkan kepuasan kerja. Kompensasi yang memadai akan menimbulkan kepuaan kerja karena karyawan merasa bahwa organisasi telah memenuhi harapan kerja mereka. Dengan demikian, apabila seseorang atau auditor mempunyai komitmen profesional maka akan mengarahkan atau menimbulkan motivasi secara profesional, dengan adanya motivasi yang tinggi maka akan timbul kepuasan kerja.

Penelitian terdahulu mengenai pengaruh komitmen profesional terhadap kepuasan kerja melalui motivasi sebagai variabel intervening dikemukakan oleh Sri Trisnaningsih (2002), dalam penelitiannya menunjukkan bahwa komitmen profesional mempunyai pengaruh secara tidak langsung melalui variabel intervening motivasi terhadap kepuasan kerja. 

H7 : Komitmen profesional mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap kepuasan kerja melalui motivasi sebagai variabel intervening.

Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini untuk menunjukkan hubungan antar variabel penelitian adalah sebagai berikut :

Gambar . Model Penelitian

Subscribe to receive free email updates: