PROPOSAL PENELITIAN

A. Judul Penelitian
"Efektivitas Metode Penemuan Terbimbing dalam Pembelajaran Pola dan Barisan Bilangan di Kelas VII MTs Hidayatullah Tanjung Morawa Tahun Ajaran 2009 / 2010".
B. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran matematika di sekolah dari kehidupan manusia karena belajar matematika pada dasamya belajar berbuat dan berfikir. Ini sesuai dengan hakekat matematika di tinjau dari segi ilmu yakni matematika. Merupakan suatu cara berfikir. Selain itu Kamasih (2001 : 1) menyatakan bahwa "Matematika bukan saja bahasa sains tetapi matematika juga memberikan sumbangan langsung terhadap berbagai bidang kehidupan misalnya terhadap bisnis, keuangan, kesehatan dan bidang lainnya.
Salah satu upaya dalam meningkatkan prestasi belajar adalah dengan meningkatkan kemampuan para guru, khususnya dalam menyampaikan materi matematika dan cara mengajar yang baik karena Subriyanto (1988 : 30) menyatakan bahwa : "Cara mengajar yang baik merupakan kunci dan persyaratan bagi siswa untuk dapat belajar dengan baik". Cara mengajar yang dimaksudkan disini adalah metode mengajar yang tepat dan sesuai dengan kondisi dan kesiapan mental siswa sehingga dapat meningkatkan minat belajar anak didik. Hal ini sesuai dengan Simanjuntak (1993:65) menyatakan bahwa : "Para pendidik harus berusaha untuk memelihara dan mampu mengembangkan minat dan kesiapan anak didik". Guru juga harus siap dan mau berusaha untuk menangani ketidakmampuan atau kelemahan siswa dalam mempelajari matematika dengan meninjau sistem pendidikan matematika dan kurikulum.
Pada kenyataannya masih banyak guru yang menggunakan metode yang tidak sesuai dengan materi pelajaran dan tidak sesuai dengan kondisi dan kesiapan mental siswa. Guru sangat tergantung pada metode yang biasa digunakan yang dianggap benar dan objektif serta enggan dalam mengubah metode tersebut. Salah satu penyebab hal ini adalah kurangnya informasi dan pengetahuan yang dimiliki oleh pengajar dalam menyampaikan materi matematika.
Soyono dalam Armanto (2001:2) mengatakan bahwa :
Hasil penelitian beberapa pakar matematika menunjukkan bahwa guru tidak mampu menggunakan berbagai metode mengajar dan enggan mengubah metode mengajar yang terlanjur dianggap benar dan efektif tidak memperhatikan perlunya pengembangan pola pikir kritis, logis dan kreatif dalam belajar matematika.
Salah satu metode yang di anggap sesuai dengan pokok bahasan pola dan barisan bilangan adalah metode penemuan terbimbing hal ini sesuai dengan pendapat Nasution (1982 ; 58) menyatakan bahwa :
Menemukan dengan membimbing secara kontinue masih lebih baik dari pada mengajar dengan sekedar memberitahukan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk meneliti tentang bagaimana cara menyajikan bahan yang tepat, khususnya pada topik pola dan barisan bilangan yang diajarkan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang bertujuan agar siswa dapat memahami dan terampil menggunakan pola dan barisan bilangan.
C. Identifikasi Masalah
Secara tersirat sudah dapat di tangkak beberapa permasalahan di latar belakang, namun demikian sangat diperlukan mengidentifikasikan permasalahan secara jelas agar dapat menggambarkan seluruh permasalahan yang ada sesuai dengan latar belakang masalah yang sudah di uraikan maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah, dalam penelitian ini antara lain :
1. Rendahnya hasil pembelajaran matematika siswa pada pokok bahasan pola dan barisan bilangan.
2. Metode mengajar kurang sesuai dengan kesiapan mental siswa.
3. Bagaimana metode, yang tepat untuk menyajikan pola dan barisan bilangan ?
4. Apakah model penemuan terbimbing sesuai dengan contoh mengajar pola dan barisan bilangan.
D. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah maka peneliti membatasi masalah pada pendekatan mengajar yang digunakan guru pada proses belajar mengajar, yakni pembelajaran matematika dengan menggunakan metode penemuan terbimbing dan metode konvensional pola dan barisan bilangan di Kelas VII MTs Hidayatullah Tanjung Morawa Tahun Ajaran 2009 / 2010.
E. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka yang jadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah : Apakah Pembelajaran pola dan barisan bilangan yang menggunakan metode penemuan terbimbing efektif ?.
F. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah metode penemuan terbimbing lebih efektip dari pada metode konvensional dalam pembelajaran pola dan barisan bilangan.
2. Untuk mengetahui keefektipan metode penemuan terbimbing pada pokok bahasan pola dan barisan bilangan terhdapa hasil belajar siswa.
3. Untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan pola dan barisan bilangan yang menggunakan metode konvensional.
G. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan setelah melakukan penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan masukan bagi guru matematika dalam pembelajaran menggunakan metode penemuan terbimbing
2. Bahan masukan bagi siswa untuk lebih aktif dalam belajar matematika dengan menggunakan metode penemuan terbimbing
H. Anggapan Dasar
Adapun anggapan dasar dalam penelitian ini adalah pembelajaran menggunakan metode penemuan terbimbing diharapkan dapat meningkatkan semangat dan keefektifan siswa dalam belajar.
I. Hipotesis
Pembelajaran pola dan barisan bilangan yang menggunakan metode penemuan terbimbing adalah efektif.
J. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Belajar
Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan perubahan pada diri seseorang. Winkel (1999:36) menjelaskan : "bahwa belajar pada manusia dapat dirumuskan sebagai suatu aktifitas mental / psikis yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman kelakukan dan nilai sikap. Perubahan bersifat relatif konstan berbekas. Hal ini berarti merupakan suatu proses yang dijalani siswa dan membawa perubahan dimana perubahan itu pada dasamya ditemukannya suatu kecakapan baru yang terjadi karena suatu usaha. Selanjutnya Witting (dalam Syah, 2003 : 66) mendefenisikan : "Belajar ialah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman".
Dengan demikian belajar selalu berhubungan dengan perubahan tingkah laku yang relatif menetap. Perubahan itu di peroleh melalui hasil interaksi dengan orang lain atau lingkungan sekitar. Setiap hasil interaksi dengan orang lain atau lingkungan sekitar. Setiap perubahan tingkah laku yang diperolehnya merupakan hasil pengalamannya.
Belajar matematika adalah suatu proses psikologi berupa kegiatan aktif dalam upaya seseorang untuk memahami/menguasai materi matematika. Belajar matematika juga merupakan suatu proses aktif yang di sengaja untuk memperoleh pengetahuan baru sehingga tidak terjadi perubahan dalam diri seseorang. Selain itu belajar matematika juga mengaitkan simbol-simbol dan menghubungkan struktur-struktur untuk mendapatkan suatu pengertian dan konsep-konsep dalam situasi nyata arah matematika tersebut akan menuju keabstrakan yang semakin kompleks. Dengan demikian seseorang dikatakan belajar matematika apabila dalam diri seseorang terjadi suatu kegiatan yang mengakibatkan perubahan tingkah laku dalam matematika, misalnya terjadi perubahan yang tidak tahu menjadi tahu dalam menyelesaikan soal-soal di SMP.
2. Hasil Belajar
Banyak pendapat para ahli sesuai dengan keahlian mereka masing-masing untuk memmberikan pengertian mengenai kata prestasi namun secara umum mereka sepakat bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan. Dalam kenyataannya, untuk mendapatkan prestasi tidak semudah yang dibayangkan tetapi penuh dengan perjuangan dengan berbagai tantangan yang harus dihadapi untuk mencapainya. Hanya dengan keuletan dan optimis diri yang dapat membantu mencapainya.
Hal ini sejalan dengan Djamarah (1999 : 21) mengatakan bahwa. "Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan yang menyenangkan hati yang di peroleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individu maupun secara kelompok."
Sedangkan belajar adalah suatu kegiatan yang sadar akan tujuan dalam pembelajaran adalah perubahan tingkah laku dalam diri individu. Dengan demikian Djamarah (1994 : 23) menyimpulkan. "Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan tingkah laku dalam diri individu sebagai hasil aktivitas belajar".
3. Metode Mengajar
Metode adalah suatu cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar metode diperlukan guru dan penggunaannya yang bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin di capai setelah selesai pembelajaran akhir.
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru tidak harus terpaku menggunakan metode tetapi guru sebaiknya menggunakan metode yang bervariasi agar jalan pengajaran itu tidak membosankan tetapi menarik perhatian anak didik. Oleh karena itu kompetensi guru diperlukan dalam memilih metode yang efektif dan efisien agar tujuan dapat tercapai.
Bahan pelajaran yang disampaikan tanpa memperhatikan metode justru akan mempersulit guru mencapai tujuan pengajaran, kegagalan pengajaran salah satu disebabkan oleh pemilihan metode yang tidak tepat yang mengakibatkan kelas tidak bergairah, kondisi anak didik kurang kreatif. Sesuai dengan hal itu Winamo dalam Djamarah (1996 : 53) mengemukakan.
4. Metode Penemuan Terbimbing
Sund dalam Suryosubroto (1997 : 191) berpendapat bahwa "Metode penemuan adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi suatu konsep atau suatu prinsip". Proses mental tersebut mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan lain sebagainya.
Menurut Bruner dalam Nasution (1982:57) mengatakan bahwa: belajar dengan menggunakan metode penemuan akan memperoleh hasil yang permanen karena dicari sendiri oleh siswa dengan bersusah payah khususnya nilai-nilai dan norma-­norma yang tidak akan dimiliki namun dengan mendengarkan melainkan dengan pengalaman dan penemuan sendiri.
Karim (1996 : 25) mengatakan bahwa "Metode penemuan atau pengajaran penemuan dibagi menjadi dua yaitu penemuan mumi atau penemuan terbimbing".
Pada metode penemuan terbimbing guru mengarahkan atau memberikan petunjuk kepacla siswa tentang materi yang akan dipelajari. S Kadar bimbingan tergantung kemampuan para siswa dan topik yang dipelajari. Adanya bimbingan memungkinkan kurangnya tingkat frustasi yang dihadapi siswa, tetapi sering mengakibatkan pembatasan penemuan. Bentuk bimbingan yang diberikan guru berupa pertanyaan, dialog sehingga diharapkan siswa sampai pada kesimpulan dan sesuai dengan rancangan yang diinginkan guru.
Perlu diperhatikan bahwa jika guru ingin menerapkan metode penemuan pada pembelajaran guru harus sudah merencanakan secara jelas generalisasi atau kesimpulan apa yang akan dicapai atau yang harus ditemukan oleh para peserta didik. Hal ini sesuai dengan Nasution (1982 : 58) menyatakan bahwa : "Menemukan dengan membimbing secara kontiniu masih lebih baik dari pada mengajar dengan sekedar memberitahukan".
Salah satu metode mengajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah-sekolah yang sudah maju adalah "Metode penemuan", hal ini disebabkan karena metode penemuan itu.
1. Merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif
2. Dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan tak mudah dilupakan anak.
3. Pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain.
4. Dengan menggunakan strategi penemuan anak belajar menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkannya sendiri.
5. Dengan metode penemuan ini juga, anak belajar berfikir analisis yang mencoba memecahkan problema yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan di transfer dalam kehidupan bermasyarakat.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan metode penemuan menurut Suryo subroto (1997: 199) adalah sebagai berikut :
1. Identifikasi kebutuhan siswa
2. Selesksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan generalisasi yang akan dipelajari.
3. Seleksi bahan, dan problema / tugas-tugas
4. Membantu memperjelas
- Tugas / problema yang akan di pelajari
- Peranan masing-masing siswa
5. Mempersiapkan setting dan alat-alat yang diperlukan
6. Mencek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan dan tugas-tugas siswa.
7. Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan
8. Membantu siswa dengan informasi / data, jika diperlukan oleh siswa.
9. Memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi proses.
10. Merangsang tedadinya interaksi antara siswa dengan siswa
11. Memuji dan membesarkan siswa yang bergiat dalam proses penemuan.
12. Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atau hasil penemuannya.
Roetiyah (1994 : 96) dalam penggunaan metode penemuann memiliki kebaikan dan kelemahan.
a. Kebaikan metode penemuan
1. Dianggap membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan keterampilan dalam proses kognitif siswa.
2. Pengetahuan yang diperoleh bersifat sangat pribadi sehingga kekal
3. Membangkitkan kegairahan belajar para peserta didik
4. Metode ini memberikan kesempatan pada siswa untuk maju sesuai dengan kemampuan masing-masing.
5. Metode ini mengarahkan siswa dalam cara belajar sehingga ia lebih bermotivasi untuk belajar.
6. Metode ini membantu para siswa memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri melalui penemuan.
7. Strategi ini berpusat pada siswa, guru menjadi teman belajar.
b. Kelemahan Metode Penemuan
1. Cara belajar ini diperlukan keharusan ada persiapan mental
2. Metode ini kurang berhasil dalam kelas besar
3. Mungkin dapat mengecawakan kepada guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan penjagaan tradisional
4. Dapat dipandang terlalu mementingkan pengertian dari pada sikap dan keterampilan.
5. Mungkin tidak memberikan kemungkinan berpikir secara kreatif
c. Pola Bilangan clan Barisan Bilangan
1. Pola bilangan
Ada bermacam - macam pola barisan bilangan, antara lain adalah sebagai berikut :
1. Pola bilangan genap
2, 4, 6, 8 …………
Un = 2n
2. Pola bilangan ganjil
1, 3, 5, 7 …………
Un = 2n-1
3. Pola bilangan persegi
● ● ● ● ● ●
1 2 x 2 3 x 3
Dari pola di atas di peroleh pola barisan bilangan sebagai berikut :
Un = n x n = n ²
4. Pola bilangan persegi panjang
● ● ● ●
● ● ● ● ● ● ●
● ● ● ● ● ● ● ● ●
1 x 2 2x3 3x4
Dari pola di atas di peroleh pola barisan bilangan sebagai berikut :
Un = n ( n + 1)
5. Pola bilangan segi tiga
● ● ●
● ● ● ● ● ●
1 3 6
Dari pola di atas di peroleh pola barisan bilangan
2. Barisan Bilangan
Perhatikan urutan bilangan 1, 4, 7, 10 .... Urutuan bilangan tersebut mempunyai aturan tertentu. Aturan itu adalah bilangan kedua dan seterusnya diperoleh dari bilangan sebelumnya ditambah dengan bilangan tetap, yaitu 3. urutan bilangan yang disusun menurut aturan tertentu disebut barisan bilangan. Masing-masing bilangan disebut suku dan besarnya suku tergantung dari letaknya. Suku ke-n ditulis dengan lambang Un.
Contoh :
Diketahui barisan bilangan 3, 8, 13, 18 ………..
Tentukan aturan barisan bilangan dan pola bilangan dari barisan bilangan tersebut.
Jawab :
Aturan barisan bilangan tersebut adalah suku pertama 3 dan suku kedua dan seterusnya diperoleh dari suku sebelumnya ditambah 5. Penambahan bilangan tetap adalah 5, sehingga Un = 5n + p, U1, = 5 + p diketahui U1 = 3, maka
5 + p = 3
P = -2
Jadi, polanya Un = 5n – 2
Dari suatu barisan bilangan kita telah mengenal pola suku-suku pola barisan tersebut. Apabila suku pertama suatu barisan adalah a dan bilangan penambahan tetap (beda) adalah b, maka :
Suku kedua a + b
Suku ketiga (a + b) + b = a + 2b
Suku keempat a + + 2b + b = a + 3 b
Suku ke-n adalah Un = a + (n-1) b dengan n bilangan asli
d. Efektiftas Pengajaran
Dalam meningkatkan efektivitas mengajar guru harus membuat perencanaan yang baik, melaksanakan pengajaran dengan baik dan membuat evaluasi, seperti yang dikemukakan oleh Soekarwati (1995 40) bahwa :
Melakukan persiapan/perencanaan pengajaran adalah tahapan yang sangat penting, karena ada persiapan dan perencanaan inilah pelaksanaan pengajaran akan bejalan dengan baik pula. Pengalaman penulis dalam meningkatkan efektivitas mengajar adalah bahwa dengan membuat persiapan pengajaran ini dengan sebaik-baiknya maka akan diperoleh hasil yang menggembirakan.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam meningkatkan efektivitas pengajaran sangat dipengaruhi oleh perencanaan dan persiapan tenaga memperhatikan kurikulum dan keterlaksanaan proses belajar mengajar.
Menurut Pasaribu dan Simanjuntak dalam Suryosubroto (1995:9) Di dalam pendidikan efektivitas dapat ditinjau dari dua segi :
  1. Mengajar guru, dimana menyangkut sejauh mana kegiatan belajar mengajar yang direncanakan akan tercapai.
  2. Belajar murid, yang menyangkut sejauh mana tujuan pelajaran yang di inginkan tercapai melalui kegiatan belajar mengajar.
Selanjutnya tim Pembina mata kuliah didaktif metodik / kurikulum IKIP Surabaya dalam Suryosubroto (1995 : 10) mengemukakan bahwa "Untuk mengetahui efektivitas mengajar, dengan memberikan tes. Hasil tes dipakai untuk mengevaluasi berbagai aspek proses pengajaran. Hasil tes mengungkapkan kelemahan belajar siswa dan kelemahan pengajaran secara keseluruhan.
Dari keadaan ini dapat disimpulkan bahwa efektivitas pengajaran dapat diketahui dengan mengadakan tes, dari hasil tes akan diketahui sejauh mana kegiatan belajar mengajar yang direncanakan terlaksana dan apakah tujuan pengajaran yang di inginkan tercapai.
K. Desain Penelitian
1. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimen. Dalam penelitian ini dilaksanakan pada satu kelas saja, tetapi di bagi menjadi dua kelompok yang satu kelompok eksperimen menggunakan metode penemuan terbimbing kelas kontrol dengan menggunakan metode konvensional yang satu kelompok eksperimen menggunakan metode penemuan terbimbing kelas control dengan menggunakan metode konvensional. Agar kedua kelas homogen maka variabel-variabel yang dipergunakan untuk peneliti perlu dinetralkan sebagai berikut :
  1. Untuk menyamakan pengetahuan dasar siswa maka akan diberi tes awal
  2. Guru yang mengajarkan materi adalah guru yang sama untuk kedua kelas
  3. Waktu belajar yang digunakan tidak terlalu jauh berbeda antara kedua kelas
  4. Buku pelajaran yang dipakai sama untuk kedua kelas
  5. Penjaringan data dilakukan pada pertemuan terakhir yang berupa tes objektif
2. Kondisi Ruangan
Kondisi ruangan untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama, baik dari segi ventilasi udara, ukuran ruangan, maupun penerangan. Dengan kata lain validasi ekstemal eksperimen di upayakan relatif sama.
L. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa-siswi kelas VII MTs Hidayatullah Tanjung Morawa Medan yang berjumlah 40 orang pada tahun Ajaran 2009 / 2010.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah 40 siswa dimana di bagi menjacli 2 kelompok 23 orang kelas eksperimen dan 17 orang kelompok kontrol.
M. Variabel dan Indikator
Variabel dalam penelitian ini adalah :
a. Variabel X1 yaitu siswa yang diajar dengan tidak menggunakan metode penemuan terbimbing pada pokok bahasan pola dan barisan bilangan di kelas I MTs Hidayatullah Tanjung Morawa Medan Tahun Ajaran 2009 / 2010.
b. Variabel X2 yaitu siswa yang diajar dengan menggunakan metode konvensional pada pokok bahasan pola dan barisan bilangan di kelas I MTs Hidayatullah Tanjung Morawa Tahun Ajaran 2009 / 2010.
Yang menjadi indikator pada variabel X1 dan X2 adalah skor hasil tes yang diperoleh siswa dengan menggunakan metode penemuan terbimbing.
N. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah tes dalam bentuk tes objektif. Materi test yang dilakukan tentang soal-soal pola dan barisan bilangan jumlah soal ada 5 buah jawaban siswa yang benar di beri skor 1 dan jawaban yang salah di beri skor 0 waktu yang digunakan 45 menit.
Sebelum test ini digunakan untuk memperoleh data, terlebih dahulu di uji cobakan di luar sampel guna melihat validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda soal.
Untuk lebih jelasnya dapat di lihat di bawah ini
1. Validitas
Untuk menguji validitas soal penulis menggunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut :
rxy =
Dimana : rxy = Koefisien validitas
X = Skor butir
y = Skor total butir
n = Jumlah Sampel
2. Reliabilitas
Untuk menentukan reliabilitas test digunakan kuder Richardson 20
(K.R 20) rll =
Dimana : rII = Reliabilitas instrumen
k = Banyaknya butir pertanyaan
s = Varians total
P = Proporsi subjek yang di jawab benar pada suatu butir
Q = Proporsi subjek yang di jawab salah pada suatu butir
Dengan
P = Banyaknya subjek yang skor 1
K
Q = 1-p
3. Tingkat Kesukaran
Untuk menghitung tingkat kesukaran soal digunakan rumus
P =
Dimana : P = Indeks kesukaran soal
B = Banyaknya siswa menjawab soal dengan benar
JS = Jumlah seluruh siswa
Klasifikasi indeks kesukaran soal adalah :
a. P : 0,00 Sampai 0,30 soal sukar
b. P : 0,30 Sampai 0,70 sedang
c. P : 0,70 Sampai 1,00 mudah
4. Daya Beda
Daya beda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah) untuk menentukan daya teratas sebagai kelompok atas (JA) dan 27% skor terbawah sebagai kelompok bawah (JB).
Untuk menentukan daya beda soal digunakan rumus :
DB = = (Arikunto, l997 : 28)
Dimana : J = Jumlah Peserta
JA = Banyaknya peserta kelompok bawah
JB = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
O. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan :
1. Memeriksa test yang dibedakan pada sampel dan menetapkan skor yang di peroleh.
2. Menstabulasikan skor test
P. Teknik Analisis Data
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengelolaan data adalah :
1. Mencari mean dan standar deviasi digunakan rumus
= (Sudjana, 1992 : 67)
S2 = (Sudjana, 1992 : 67)
2. Uji normalitas data digunakan uji liliefors dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Pengamatan Xi, X2 = ……Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, ….Zn dengan menggunakan rumus :
zi = (Sudjono, 1992 : 99)
Dimana Xi = Responden xi, x2 ……xn
= Rata-rata hitungan
= Simpangan Baku
b. Menghitung peluang F (Z1) = P (z z1) dengan menggunakan daftar distribusi normal baku
c. Menghitung proporsi S (z1) dengan rumus S (z1) = Banyaknya
d. Menghitung selisih f (zi) - s (zi) kemudian ditentukan harga mutlaknya
e. Mengambil harga mutlaknya yang paling besar diantara harga mutlak dan selisih f (zi) - s (z1) disebut Lo
Membandingkan Lo dengan harga kritiknya pada taraf nyata = 0,05
3. Uji homogenitas
Untuk menguji apakah varians kedua sampel homogen digunakan uji kesamaan dua varians yaitu f =
Selanjutnya membandingkan dengan table f, kriteria jika fhitung <>tabel
, maka kedua sampel homogen dimana ftabel = fr2t (v1.v2) dengan peluang = 0,05 dengan derajat kebebasan v1 = n1-1 dan v2 = nj-1
Dimana n1 = Ukuran sampel yang varians terbesar
nj = Ukuran sampel yang varians terkecil
4. Pengujian Hipotesis
Jika H0 : δ12 = δ22
H1 : δ12 ≠ δ22
H0 = µ1 ≤ µ2 = Hasil pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing sama dengan hasil pembelajaran tanpa penemuan terbimbing
H0 = µ1 > µ2 = Hasil pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing lebih efektif dengan hasil pembelajaran tanpa penemuan terbimbing lebih varians terkecil efektif dengan hasil pembelajaran tanpa penemuan terbimbing.
Jika homogen, maka untuk menguji hipotesis digunakan statistik dibawah ini :
t = (Sudjana 1992 : 234)
Dengan
S2 = (n1-1) S12 + (n2 – 1) S22 (Sudjana 1992: 239)
Dimana : = rata-rata dari kelompok belajar penemuan terbimbing
= rata-rata dari kelompok belajar tanpa penemuan terbimbing
S = Standart deviasi gabungan
n2 = Jumlah anggota sampel penemuan terbimbing
n2 = Jumlah anggota sampel tanpa penemuan terbimbing
s1 = Standart deviasi kelompok penemuan terbimbing
s2 = Standart deviasi kelompok tanpa penemuan terbimbing
Kriteria pengujian adalah Ho diterima jika thitung <> <![endif]-->) dan Ho ditolak jika thitung > t (1-) dengan taraf signifikan = 0,05 sedangkan derajat kebebasan untuk daftar distribusi t ialah (n1 + n2) dengan peluang (1-).
Kriteria penilaian :
8,0 – 10 = baik sekali
7,0 - 7,9 = baik
6,6 - 6,9 = cukup/sedang
5,0 - 5,9 = kurang
<5>
DAFTAR PUSTAKA
Ali. Muhammad .1982. Pendidikan Penelitian Prosedur dan Strategi. Bandung : Angkasa.
Armanko, Dian. 2001. Apek perubahan Pendidikan Dasar Matematika Melalui Pendidikan Matematika Realistik (PMR). Makalah Disajika dalam Seminar Sehari Panitia Depag Medan 05 November 2001.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Djamarah. Syaiful Bahri. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya : Usaha Nasional.
Djamarah, Syaful Bahri dan Aswan Zain .1996. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Effendi. Usman dan Praja Suhana. 1985. Pengantar Psikologi. Bandung : Angkasa
Hadi, Soetrisno. 1981. Metodologi Reseach Yogyakarta : Rajawali
Hasibuan, Ahmad dkk, 1998. Pedoman Penulisan dan Penyusunan Skripsi/Laporan Penelitian. Medan : Universitas Muslim Nusantara.
Hudojo, Herman. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta Depdikbud.
Rakhmat, Jalaluddin. 1989. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Tarsitu.
Simanjuntak, Lisnawaty. 1995. Metode Mengajar Matematika I. Malang : Depdikbud.

Subscribe to receive free email updates: