MENGAPA MANUSIA HARUS BERIBADAH

Kata Ibadah ( ) berasal dari bahasa arab, yaitu ( ) yang berarti patuh , tunduk dan taat.
Yaitu patuh tunduk terhadap keagungan dan kebesaran Allah SWT. Yaitu Tuhan yang kita sembah.
Manusia, di ciptakan di Dunia ini untuk dua hal yaitu
Sebagai Khalifah, dan untuk beribadah. Sebagaimana dalam Firmanya.
Yang artinya
” dan tak kala Allah SWT berfirman pada malaikat ; sesungguhnya aku akan menciptakan di muka Bumi Ini Khalifah. ” . ( Albaqarah )
Khalifah adakah Pemimpin, pengatur dan pemelihara yaitu Memimpin ,mengatur dan memelhara Bumi, agar dapat di mamfaatkan untuk kepentingan bersama.
Dan bukan untuk di mamfaatkan semena mena.
Karena Bumi dan beserta isinya, merupakan kebutuhan manusia yang paling utama, maka dari itu Manusia di perintahkan untuk merawatnya, adapun tujuan laun Manusia di ciptakan di Bumi ini adalah untuk menyembahnya
Manusia di ciptakan di Bumi di wajibkan menyembah Allah SWT, sebagaimana dalam firman firmanya.
Artinya:
  1. Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa. (Al-Baqarah [2]: 21)
  2. (Dialah) yang menjadikan bumi sebagai hamparan dan langit sebagai atap, dan Dialah yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia hasilkan dengan hujan itu buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Korena itu, janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamu mengetahui. (Al-Baqarah [2]: 22)
  3. Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. (Adz-Dzaariyaat [51]: 56).
Tafsir Mufradat:
a. Ibaadah: Bentuk masdar, berasal dari: `abada - ya'budu, yang berarti: hal tunduk atau hal merendahkan diri yang lahir dari hati nurani, karena keagungan yang disembah. (al-Maraghi, 1969:62). Menurut SyaikhuI-Islam, Ibni Taimiyah; Ibadah ialah: Nama kegiatan yang mencakup segala sesuatu yang dicintai dan diridai Allah SwT, baik perkataan maupun perbuatan, baik lahir maupun batin. Dalam Al-Qur' an, kata ibadah dengan berbagai derivasinya diulang sebanyak 276 kali, yang tersebar di berbagai surat/ayat dengan makna yang bervariasi. Para ulama membagi ibadah menjadi dua macam, yaitu: a. ibadah mahdhah, yaitu ibadah murni yang bersifat vertikal, seperti shalat lima waktu, dzikir dan sebagainya. b. "ibadah `aammah, yaitu ibadah yang bersifat umum, seperti membangun masjid, sekolah dan sebagainya.
b. Takwa: berasal dari kosakata: wiqaa- yaqii - wiqaayah, yang berarti menjaga. AI-Maraghi dalam tafsirnya mendefmikan takwa sebagai berikut: At-Takwaa huwa wiqaayatun-nafsi `an asbaabi `adzaabillaah. (menjaga diri dari sebab-sebab azab Allah). Al-Maraghi membagi azab Allah menjadi dua macam, yaitu: Azab di dunia dan azab di akhirat.Untuk menyelamatkan azab Allah di dunia kita harus ma'rifat betul terhadap sunnah Allah, misalnya api menurut sunnah Allah bersifat membakar, maka kalau sudah mengerti sifat api tersebut, kita tidak boleh bermain api. Untuk menyelamatkan azab Allah di akhirat, kita harus ma'rifat betul terhadap perintah dan larangan-Nya. (Al-Maraghi, I: 40).
c. Ardh: Dalam Al-Qur'an dan juga dalam pengertian orang awam, kata tersebut diartikan sebagai "bumi". Namun dalam beberapa ayat kata tersebut kurang tepat jika diartikan "bumi". Seperti pada surat AI-Anbiyaa' [21]: 30, dan Ath-Thalaq [65]: 12, lebih tepat diartikan "materi", yaitu cikal bakal bumi. Sebab menurut hasil penelitian para ilmuwan, bumi baru terbentuk sekitar 4,5 milyar tahun yang lalu, dan tanah di planit bumi kita ini baru terjadi sekitar 3 milyar tahun yang lalu sebagai kerak di atas magma. (al-Mausu'ah al-Qur'aniyah, 1996: 23). Dalam Al-Qur'an kata al-ardh diulang sebanyak 461 kali, yang tersebar di berbagai surat/ayat, dan semuanya dalam bentuk mufrad (tunggal).
d. Samaa' : Berarti langit. Dalam AI-Qur' an kata tersebut kadang-kadang diungkapkan dalam bentuk mufrad dan kadang-kadang dalam bentuk jama' (samaawaat). Kata tersebut biasa dirangkaikan dengan kata al-ardh wamaa bainahumaa, sehingga menjadi as-samaawaati wal-ardhi wamaa bainahumaa (langit, bumi dan apa yang ada di antara keduanya), yang kadang-kadang disebut: alam semesta (universe). Hal ini sesuai dengan pengertian alam yang dimaksud oleh kaum teolog, kaum filosof Islam dan kosmolog modern. Kaum teolog mendefmisikan alam: "segala sesuatu selain Allah", kaum filosof Islam mendefinisikannya: "kumpulan jauhar yang tersusun dari maaddah (materi) dan suurah (bentuk) yang ada di bumi dan di langit'. Kosmolog modern mendefinisikannya: "susunan yang jumlahnya beribu-ribu dari kumpulan galaksi". Yaitu gugusan bermilyar-milyar bintang. (al-Mausu'ah Al-Qur'aniyah:.354). e. Andaad: adalah bentuk jama' dari kata dasar "nidd", yang berarti: bandingan; tandingan. Menurut al-Akhfasy, nidd ialah bandingan yang berbeda. Dalam Al-Qur'an, kata andad diulang sebanyak enam kali yang tersebar dalam lima surat/ayat. Dan semuanya berbicara tentang perbuatan syirk.
Tafsir Ayat:
Pada ayat sebelumnya, Allah menjelaskan bahwa manusia mempunyai berbagai macam sikap Islam.
Di antara mereka ada yang memperoleh hidayah dari allah, ada Yang kafir dan ingkar terhadap Allah dan iauh dari hidavah, dan di antara mereka ada
melihat Allah, sekalipun mereka tidak melihat-Nya, tetapi Allah melihat mereka. Jika mereka berbuat demikian, maka mereka benar-benar menjadi orang yang bertakwa. Kemudian Allah menjelaskan kenikmatan yang dianugerahkan Allah kepada manusia, agar mereka bersyukur kepada-Nya.
Allah menciptakan manusia sebagai makhluk hidup yang mampu bekerja dan mencari rezeki, Allah menciptakan bumi sebagai tempat tinggal mereka, agar mereka dapat memanfaatkannya, dapat menggali pertambangan dan tumbuh-tumbuhan. Kemudian Allah menciptakan langit yang sangat indah, yang penuh dengan bintang-bintang yang bercahaya, yang dapat dijadikan sebagai petunjuk jalari. Allah menurunkan air hujan dari langit, dan mengeluarkan buah-buahan yang beraneka ragam rupa dan rasanya.
Ciptaan Allah tersebut benar-benar sangat mengagumkan, alam raya yang sangat luas dan sangat indah, penuh dengan berbagai macam pemandangan yang tiada tara. Maka, sangat mustahil terdapat tandingan bagi Allah SwT. Mengapa masih terdapat segolongan manusia yang ingkar terhadap-Nya?
Rasulullah saw memulai dakwahnya dengan mengajak manusia agar menyembah Allah semata, sebagaimana dilakukan para nabi sebelumnya. Hal itu diungkapkan dalam firman-Nya:
"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): Sembahlah Allah semata dan jauhilah thaghut itu".... (An-Nahl [16]: 36).
Sasaran dakwah pada waktu itu, adalah orang-orang Arab dan ora-orang Yahudi di Madinah dan sekitarnya. Mereka beriman kepada Allah tetapi menyembah selain-Nya. Allah menciptakan manusia, baik manusia yang hidup pada masa mutakhir maupun yang hidup pada masa dahulu, bertujuan agar mereka beribadah kepada Allah, untuk meningkatkan takwa kepada Allah, dan mengangkat martabat mereka.
Sungguh Allah SwT Maha Kuasa, Dia telah menciptakan bumi yang sangat besar manfaatnya, sehingga manusia dapat tinggal di bumi ini dengan nyaman, dan menciptakan langit yang penuh dengan bintang-bintang yang bercahaya, yang jumlahnya milyaran, dengan susunan yang begitu teratur, sehingga tidak terjadi tabrakan satu sama lain, hingga akhir zaman. Dan dengan kekuasaan-Nya Dia menurunkan air hujan, untuk menyirami tumbuh-tumbuhan, dan memberi makan tanaman-tanaman yang begitu luas, dan mengeluarkan buah-buahan yang kita nikmati. Semua itu merupakan kenikmatan yang sangat besar dan wajib kita syukuri, dengan cara beribadah dengan sebaik-baiknya. Maka ayat tersebut (Al-Baqarah: 22), ditutup dengati firman-Nya: "Falaa taj'aluu lillahi andaadan wa antum ta'lamuun" (karena itu janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamu mengetahui).
Dimaksudkan dengan "andaad" ialah sesembahan-sesembahan selain Allah SwT, seperti patung-patung, pohon-pohonan, jimat jimat, lautan, gunung gunung, kuburan­kuburan dan sebagainya. Dahulu orang-orang musyrik Arab beranggapan bahwa berhala-berhala itu hanyalah sebagai perantara atau wasilah untuk mendekatkan mereka kepada Allah. Mereka mengatakan bahwa mereka tidak menyembahnya, pernyataan tersebut hanyalah sebagai kebohongan mereka, padahal hati mereka mengakui kesalahan yang mereka perbuat. Hal ini diungkapkan dalam firman Allah: "... Ma na'buduhum illaa liyuqarribuunaa ila Allahi zifaa.... " (Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.... )".
Sebenarnya fungsi pokok diciptakan-Nya jin dan manusia adalah agar mereka menyembah Allah SwT semata, sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya pada surat Adz-Dzaariyaat [51]: 56 yang artinya sebagai berikut: "Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku". Ibarat gelas, ia dibuat mempunyai fungsi tertentu, yaitu sebagai tempat minuman. Apabila gelas tersebut hanya dijadikan hiasan di almari, maka berarti gelas tersebut tidak berfungsi. Demikian pula manusia, apabila mereka tidak beribadah, maka berarti mereka tidak berfungsi. Lebih fatal lagi, jika mereka menyembah selain Allah, maka mereka bagaikan gelas yang diisi kotoran.

Subscribe to receive free email updates: