Pengertian Berpnkir

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis
2.1.1. Berpikir Kreatif
Menurut pendapat para ahli, defenisi berpikir itu bermacam-macam. Berikut dikemukakan beberapa pendapat tentang pengertian berpikir.
Menurut psikologi Gestalt (http://www.siaksoft.net/index.php?Option= corneonten8ctask-view&id=2498&itemid=101), "Berpikir merupakan keaktifan psikis yang abstrak, yang prosesnya tidak dapat kita amati dengan alat indra kita. Ora.ng dapat berpikir, tetapi berpikir itu tidak dapat diamati secara langsung„: Selanjutnya Sujanto (2001,56) menyatakan bahwa :
"Berpikir ialah gejala jiwa yang dapat rnenetapkan hubungan-hubungan antara pengetahuan-pengetahuan kita. Berpikir merupakan suatu proses dialektis, artinya selama kita berpikir, pikiran kita mengadakan tanya jawab pikiran kita. Untuk dapat meletakkan hubungan-hubungan antara pengetahuan kita dengan tepat".
Menurut Gieles (www.twlarhome.com/pipermaiUnusantara/2002­december/0007 88.htm1-19k.) yang menyatakan bahwa:
"Berpikir adalah berbicara dengan dirinya sendiri dalam batin, yaitu mempertimbangkan, merenungkan, menganalisis, membuktikan sesuatu, menunjukkan alasan-alasan, menarik kesimpulan, meneliti sesuatu jalan pikiran, mencari bagaimana berbagai hal itu berhubungan satu sama lain".
Menurut Plato (dalam Suryabrata: 2002 :12): "Berpikir itu adalah berbicara dalam hati". Sehubungan dengan pendapat tersebut ada pendapat (dalam Suryabrata, 2002;12) mengatakan bahwa "Berpikir adalah aktivitas ideasional" yaitu:
1. Bahwa berpikir itu adalah aktivitas, jadi subjek yang berpikir aktif, dan
2. Bahwa aktivitas itu sifatnya ideasional, jadi bukan sensoris dan motoris, walaupun dapat disertai oleh kedua hal itu mempergunakan abstraksi-abstraksi atau "ideas".
Berdasarkan beberapa pengertian tentang berpikir, maka disimpulkan bahwa berpikir merupakan aktivitas dengan menggunakan pikiran uniuk mencari makna dan pemahaman terhadap sesuattr, pembentukan ide, membuat pertimbangan dan keputusan atau menyelesaikan masalah.
Kreatif adalah suatu proses untuk menciptakan sesuatu yang baru tanpa ada contoh sebelumnya, karena meng)rasilkan sesuatu yang bersifat kreatif itu bentuk akhirnya akan mempunyai ciri-ciri kebaruan dan keunikan, meskipun unsur-unsur dasarnya sudah ada sebelumnya. Asep (www.asepfirmanl924 .blogspot.com/2005/12/menuiu-kreativitas-individu-dan.html-44k-):
“Kreatif adalah kemampuan berpikir untuk mencapai produk yang beragam dan baru yang dapat dilaksanakan, baik dalam bidang keilmuan, seni, sastra, maupun bidang lainnya dari bidang-bidang kehidupan yang banyak dimana hasil produk yang baru di sena.ngi masyarakat atau diterima sebagai suatu yang bermanfaat".
Kreatif merupakan potensi yang terdapat dalam setiap diri individu yang meliputi ide-ide atau gagasan-gagasan yang dapat dipadukan dan dikembangkan sehingga dapat meneiptakan suafiu produk yang bana dan bermanfaat bagi diri dan lingkungannya. Kreatif muncul karena adanya motivasi yang kuat dari diri individu yang bersangkutan.
Menurut Harris (dalam Nursaumi,2003:12) dalam artikelnya yang menyatakan bahwa:
"Kreatif dapat dipandang suatu kemampuan, Sikap dan proses. Kreatif sebagai suatu kemampuan adalah kemampuan untuk menghasilkan ide-ide baru dengan mengkombinasikan, mengubah atau menerapkan kembali ide­ide yang telah ada. Kreatif sebagai sikap adalah kemampuan diri untuk melihat perubahan dan kebaruan, suatu keinginan untuk bermain dengan ide-ide dan kemungkinan-kemungkinan, kefleksibelan pemandangan, sifat menikmati kebaikan, sambil mencari cara-cara untuk memperbaikinya. Sedangkan kreatif sebagai proses adalah suatu keinginan yang terus menerus memperbaiki ide-ide dan solusi-solusi, dengan membuat perubahan yang bertahap dan memperbaiki karya-karya sebelumnya".
Orang kreatif menggunakan pengetahuan yang kita semua memilikinya dan membuat lompatan untuk memungkinkan mereka memadang segala sesuatu dengan cara-eara yang baru (Deporter dkk,2000:295). Lebih lanjut Deporter (2000:292): "Seseorang yang kreatif selalu mempunyai rasa ingin tahu, ingin meneoba-coba, bertualang, suka berpetualang, soka bermain-main, serta intuitifdan setiap orang bepotensi untuk menjadi orang kreatif ini".
Melaui pendapat yang di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan kreatif adalah kemampuan yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang yang memungkiiilcan utrtuk menemukan terobosan-terobosan baru dalam rnenghadapi dan menyelesaikan masalah dengan cara yang baru atau unik dan mempunyai suatu keinginan untuk terus-menerus memperbaiki ide-ide dan solusi-solusi, dengan membuat penlbahan yang bertahap dan memperbaiki karya-karya sebelumnya.
2.1.1.3. Pengerlian Berpildr Kreatif
Pembahasan pengertian berpikir kreatif tidak akan lepas dari topik kreativitas. Pada permulaan penelitian tentang la°eativitas, istilah ini biasanya dikaitkan dengan sikap seseorang yang dianggap sebagai kreatif.
Menurut Munandar (1999:48) menyatakan bahwa:
"Kreativitas (berpikir kreatif atau berpikir divergen) adalah kemampuan berdasarkan data atau informasi yang tersedia menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya adalah pada kuantitas,ketepatgunaan dan keragaman jawaban".
Makin banyak kemungkinan jawaban yang dapat diberikan terhadap suatu masalah makin kreatiflah seseorang. Tentu saja jawaban jawaban itu harus sesuai dengan masalaljnya. Jadi, tidak semata-mata banyaknya jawaban yang dapat diberikan yang menentukan kreativitas seseorang, tetapi juga kualitas atau mutu dari jawabannya.
Yudha (http: l/groups. yahoo com/ .oup/fahutanunmuUmess eag /1532) menyatakan:
"Dalam proses mengatasi suatu masalah, kita sering berpikir dengan cara
berbeda-beda. Para psikolog dan ahli logika mengenal beberapa cara
berpikir. Namun, tidak semua efektif bagi proses pemeeahan masalah. Berpikir kreatif merupakan salah satu cara yang dianjurkan. Dengan cara. itu seseorang akan mampu melihat persoalan dari banyak perspektif.. Pasalnya, seorang pemikir kreatif akan menghasilkan lebih banyak alternatif untuk memeeahkan suatu masalah".
Kreativitas seringkali dianggap sebagai suatu kesatuan keterampilan yang di dasarkan pada bakat alam, dimana hanya mereka yang berbakat saja yang bisa menjadi kreatif, anggapan ini tidak sepenulmya benar, walaupun memang dalam kenyataanya terlihat bahwa orang-orang tertentu memiliki kemampuan untuk menciptakan ide-ide baru dengan cepat dan beragam. Menurut Munandar (1999:48) menyatakan bahwa "Sesungguhnya bakat kreatif dimiliki semua orarrg tanpa pandang bulu dan yang lebih penting lagi ditinjau dari segi pendidikan bahwa bakat kreatif dapat ditingkatkan".
Menurut Ratna (www.pppgkes.com.modules.Qhp?name--news&file= artide &id=508-88k-mita) yang menyatakan bahwa:
"Sesungguhnya kemampuan berpikir kreati€pada dasamya dimiliki semua orang. Berpikir kreatif adalah kemampuan untuk meneiptakan gagasan­gagasan baru dan orisinal. Bahkan pada orang yang rnerasa tidak mampu menciptakan ide baru pun sebenarnya bisa berpikir secara kreatif, asalkan di latih secara terus-menerus".
Berpikir kreatif adalah kemampuan seseorang dalam memecahkan suatu permasalahan dengan menemukan sebanyak-banyaknya jawaban atau metode penyelesaian yang mencerminkan adanya kedalaman pemahaman, keluwesan (fleksibel), kelancaran, dan kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan ser-ta kemampuan untuk membuat kesimpulan dengan baik dan didukung oleh penalaran yang jelas.
2.1.2. Model Fembelajaran
Secara umum istilah "model" diartikan sebagai barang tiruan dari benda sesungguhnya. Dalam pengertian lain, model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Nasution (1993) menyataiean: "model pembelajaran adalah suatu pola pendekatan yang menyeluuh yang digunakan untuk mendesain pembelajaran".
Model pembelajaran juga dapat dideferusikan sebagai suatu pola yang menerangkan suatu proses penyebutan dan menghasilkan suatu situasi lingkungan yang menyebabkan para siswa berinteraksi dengan terjadinya perubahan, khususnya pada tingkah laku. Suherman, dkk (1999:34) menyatakan: "Fungsi model pembelajaran adalah pedoman bagi peraneang pengajaran dan para guru dalam merencanakandan melaksanakan aktivitas pembelajaran".
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka dapat diambil suatu­kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan model pembelajaran adalah kerangka kansept;ual yang menyajikan prosedur yang sistematika dalam rnengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Dalam upaya meningkatkan kemampuan kreatif siswa Munandar (1999:79) menyatakan bahwa: "Belajar kreatif tidak timbul secara kebetulan tetapi memerlukan persiapan, antara lain dengan menyiapkan suatu lingkungan kelas yang merangsang anak-anak unt:uk belajar secara. kreatif'.
Menurut Feldhusen dan Treffinger (dalam Munandar,1999: R0-81 ) suatu lingkungan kreatif dapat tercipta dengan:
1. Memberikan pernanasan
Sebelum mulai dengan suatu obyek atau kegiatan yang menuntut kreatif siswa sesuai dengan rencana pelajaran, perlu lebih dahulu di usahakan sikap menerima (reseptif) di kalangan para siswa. Tugas atau kegiatan yang bertujuan meningkatkan pemikiran kreatif menuntut sikap yang berbeda,lebih terbuka dan tertantang untuk berperan secara aktif dengan memberikan gagasan sebanyak mungkin.
2. Pengaturan fisik
Pengaturan fisik ini di dalam kelas, misalnya untuk kegiatan- kegiatan terientu seperti diskusi dalam kelompok-kelompok kecil para siswa duduk dalam lingkaran, jika kelompoknya besar, anak-anak dapat menyisihkan bangku-bangku dan duduk dilantai.
3. Kesibukan dalam kelas
Kegiatan belajar secara kreatif sering menuntut lebih banyak kegiatan fisik dan diskusi diantara siswa. Oleh karena itu, hendaknya guru agak tenggang rasa dan luwes dalam menuntut ketenangan dan "setiap anak tetap duduk pada tempatnya". Guru hants dapat membedakan antara kesibukan yang asyik serta suara-suara yang "produktif' yang menunjukkan bahwa siswa-siswa bersibuk diri secara kreatif.
4. Guru sebagai fasilitator
Sebagai fasilitator seorang guru harus:
a. Mendorong belajar mandiri sebanyak mungkin
b. Dapat menerima gagasan-gagasan dari semua siswa
c. Memupuk siswa (dan diri sendiri) untuk memberikan kritik secara konstruktif dan untuk memberikan penilaian diri sendiri.
d. Berusaha menerima perbedaan menurut waktu dan ke ;epatan antar siswa dalam kemampuan memikirkan ide-ide ba.ru.
Jadi dalam meningkatkan berpikir kreatif siswa, siswa itu sendiri harus aktif dan ingin mendalami bahan yang akan dipelajari, jadi bukan hanya menyangkut kognitif tetapi juga berhubungan erat dengan penghayatan pengalaman belajar yang menyenangkan.
Dari pernyataan di atas dapat disirnpulkan bahwa seseorang dapat menjadi kreatif karena kondisi pribadi dan lingkungan yang mendorong untuk melakukan ha1-hal yang kreatif. Pertanyaan-pertanyaan divergen atau terbuka dapat juga merangsang berpikir kreatif seseorang. Pertanyaan seperti ini bisa membuka diskusi karena memiliki banyak kemungkinan jawaban.
Berdasarkan analisis faktor,Williams (dalam Munandar, 1999:88-90) menentukan bahwa:
"Ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif (Aptitude) adalah:
1. Keterampilan berpikir lancar Defenisi
· Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau PertanYaan
· Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal • Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban
2. Keterampilan berpikir luwes Defenisi
· Menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi • Dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda
· Mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda
· Mampu mengubah cara pendekatan atau cara pem.ikiran
3. Keterampilan berpikir orisinal
· Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik
4. Keterampilan memperinci (mengelaborasi)
· Mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk
Berdasarkan beberapa defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa dapat ditingkatkan jika lingkungan belajar mereka dapat merangsang siswa untuk belajar secara kreatif
2.1.3. Model Pembelajaran Quantum Learning
DePorter (2000:14) menyatakan:
"Quantum merupakan interaksi yang rnengubah energi menjadi cahaya. Quantum Learning merupakan seperangkat rnetode dan falsafah belajar yang terbukti efektif untuk semua umur. Quantum Learning berakar dari upaya Dr. Georgi Lozanov, seorang psikolog yang berupaya mengembangkan prinsip yang disebut "suggestology" atau "suggestopedia. Menurutnya sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil belajar dan setiap detil keadaan apapun memberikan sugesti positif atau negatif'.
Proses belajar yang dialami seseorang sang-at bergantung kepada lingkungan tempat belajar. Jika lingkungan belajar dapat memberikan sugesti positif, maka alcan bailc dampaknya bagi proses dan hasil belajar, sebaliknya jika lingkungan tersebut memberikan sugesti negatif maka akan buruk dampaknya bagi proses dan hasil belajar. Jika siswa memiliki kekuatan tersebut, maka siswa akan termotivasi untuk melakukan kegiatan.
Motivasi merttpakan kekuatan atau daya. Makmun (dalam Hidayat,http://www.mailarchive.com/pramukan,yahoo roups.com/msg01857.htm J mengemukakan bahwa: "Motivasi merupakan suatu keadaan yang kornpleks dan kesiapsediaan dalam diri individu untuk bergerak ke arah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari". Motivasi dapat muncul karena adanya sugesti positif dari siswa sebagai akibat dari lingkungan belajar yang menyenangkan. Suasana dan keadaan ruangan kelas menunjukkan arena belajar yang dapat mempengaruhi emosi sehingga sugesti-sugesti tersebut menjadi cahaya yang mamptt menjadi lokornoti€ yang dapat membangkitkan energi belajar: Sebagaimana rumus fisika yang terkenal dengan rumus kuantum E = mc2, energi merupakan masa kali keeepatan eahaya kuadrat.
Tubuh secara fisik dapat diartikan sebagai materi. Agar menghasilkan banyak energi cahaya, maka siswa berusaha menjalin interaksi, hubungan dan inspirasi (Hidayat, httpa/www.mailarehive:com/nramukagyahoogroups.eom/msg 01857.hm1 .
Quantum Learning memadukan Suggestvlogy, neurolinguistik (NLP) dan pemercepatan belajar dengan teori. Neuroligistik (NLP), yaitu suatu penelitian yang mengkaj i bagaimana otak mengatur informasi yang ada. Adanya hubungan antara keterlibatan emosi, memori jangka panjang dan belajar. "Neuorolinguistik dapat digunakan untuk menciptakan jalinan pengertian diantara siswa dan guru" (Porter dan Hernacki, 1999:14).
Hal senada juga dikemukakan Baharudin (dalam Hidayat, http://www .mailarchive.com/uramukagyahoo rg-o_u,ps.com/msg1857.htm1) bahwa:
"Neuro-Linguistik Programming (NLP), berbicara mengenai bagaimana cara pengendalian fisiologis bisa mempengaruhi atau mengendalikan emosi dan otak. Tinggi rendahnya kemampuan fisiologis ini tergantung pada tinggi atau rendahnya tingkat kesehatan tubuh. Secara sederhana NLP berperan melalui pengendalian fisiologis yang baik dapat meningkatkan atau mengembangkan pola pikir yang lebih baik. Pola pikir yang membuat perilaku seseorang sehari-hari menjadi kompetitif, mampu mencapai hasil kerja yang luar biasa dan pada akhirnva akan membuat seseorang mencapa.i kehidupan yang lebih baik dan bernilai".
Daniel Goleman (dalam Hidayathttp://www.mailarchive.com/pramuka@ yahoogroups.com/msg1857.httn11 menjelaskan bahwa: "Seseorang dalam menjalani kehidupan dan belajar bukan saja melibatkan IQ tetapi juga melibatkan emosi". Suasana dan pikiran (kekuatan emosi), bekerja sama dalam pikiran dan rasional, mengaktiflcan atau menonaktitkan pikiran sehingga dapat menuntun keputusan seseorang setiap waktu. "IQ tidak dapat bekerja pada puncaknya jika tidak ada keterlibatan emosional" (DePorter dkk,2000:22).
Perpaduan Quantum Learning lainnya adalah pemercepatan belajar (accelerated learning), merupakan seperangkat metode dan teknik pembelajaran yang memungkinkan anak didik dan kecepatan yang mengesankan, tetapi melalui upaya normal dengan penuh keceriaan. Belajar quantum menyatukan permainan, hiburan, eara berpikir dan bersikap positif. "Kebugaran fisik dan kesehatan emosional yang terpelihara dan dikemas secara sinergis dalam aktivitas pembelajaran mendorong terjadinya pernereepatan belajar" Hidayat (hitp:/Iwww.mailarchive.com/pramuka~ykoogoups.com/msg01857.htm1).
Berdasarkan beberapa uraian pengertian Quantum Learning dapat ditarik kesimpulan bahwa Quantum Learning adalah suatu model belajar yang memadukan antara berbagai sugesti positif dan interaksinya dengan lingkungan yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar seseorang. Lingkungan belajar yang menyenangkan serta muneulnya emosi sebagai keterlibatan otak dapat menciptakan sebuah interaksi yang baik dalam proses belajar yang akhirnya dapat menimbulkan motivasi yang tinggi pada diri seseorang sehingga secara langsung dapat mempengaruhi proses belajar.
Quantum Learning memberikan informasi yang mencakup bidang dan keterampilan sebagai berikut ini:
  1. Bersikap positif
  2. Termotivasi
  3. Menemukan cara belajar anda
  4. Menciptakan lingkwngan belajar yang sempurna Membaea dengan eepat
  5. Membuat catatan dengan efektif
  6. Mempelajari teknilc menulis yang canggih Berpikir kreatif
  7. Mengcmbangkan hafalan yang menakjubkan
Berikut 7 cara yang diberikan Quantum Learning guna menunjang kesuksesaan anak (http://216.239.59.104fseareh?q---caehe:mfSYjvxl 98J:www: pelangitc.com/information.php%3Ftype%3Dsupercamp%26do%3Dindonesias&hl =id&ct--clnk&cd=20&g
  1. Meningkatkan kemampuan akademis yang berdampak pada peningkatan nilai pelajaran serta mengembangkan rasa percaya diri dan motivasi dalam diri anak dan remaja.
  2. Menciptakan dukungan kelompok sebaya yang baik untuk membangkitkan semangat berusaha, berprestasi dan berperilaku positif antar anak dan remaja dalam kelompoknya.
  3. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi, mendengarkan dan kemampuan bersosialisasi dengan teman seusia.
  4. Anak dan remaja akan menemukan gaya belajar mereka yang akan sangat membantu dalam proses belajar mereka di sekolah.
  5. Anak dan remaja akan menemukan gaya belajar mereka yang akan sangat membantu dalam proses belajar mereka di sekolah.
  6. Meningkatkan kemampuan anak dan remaja dalam menyelesaikan masalah serta berpikir secara kreatif.
  7. Memberikan jaminan sebuah program yang aman, menantang raik secara fisik maupun intelektualitas, kreatif dan menyenangkan bagi anak dan remaja.
Agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan benar, maka paradigma yang harus dianut oleh siswa dan guru sesuai dengan model pembelajaran Quantum Learning adalah sebagai berikut:
a. Setiap orang adalah guru dan sekaligus murid sehingga bisa saling berfungsi sebagai fasilitator.
b. Bagi kebanyakan orang belajar akan sangat efektif jika diiakukan daiam suasana yang menyenangkan, lingkungan dan suasana yang tidak terlalu formal, penataan duduk, penataan sinar atau cahaya yang baik sehingga peserta merasa santai dan rileks.
c. Setiap orang mempunyai gaya belajar, bekerja dan berpikir yang unik dan berbeda yang men.ipakan pembawaan alamiah sehingga kita tidak perlu merubahnya dengan demikian perasaan nyaman dan positif akan terbentuk dalam menerima informasi atau materi yang diberikan oleh fasilitator.
d. Modul pelajaran tidak harus rumit tapi harus dapat disajikan dalam bentuk sederhana dan lebih banyak kesuatu kasus nyata atau aplikasi langsung.
e. Dalam menyerap dan mengolah informasi otak menguraikan dalam bentuk simbol atau asosiatif sehingga materi akan lebih mudah dicerna bila lebih banyak disajikan dalam bentuk gambar, diagram, flow atau simbol.
f. Kunci menuju kesuksesan model quantum learning adaiah latar belakang (background) musik klasik atau instrumental yang telah terbukti memberikan pengaruh positip dalarn proses pembelajaran. Musik klasik dari Mozart, bach, Bethoven, dan Vivaldi dapat meningkatkan kemampuan mengingat, mengurangi stress, meredakan ketegangan, meingkatkan energi dan membesarkan daya ingat. Musik menjadikan orang lebih cerdas (Jeannete Yos)
g. Penggunaan Warna dalam Model Quantum Learning dapat meningkatkan daya tangkap dan ingat sebanyak 78%.
h. Metoda peran dimana peserta berperan lebih aktif dalam membahas materi sesuai dengan pengalamannya melalui pendekatan terbalik yaitu membuat belajar serupa bekerja (pembelajaran orang dewasa).
i. Sistem penilaian yang disarankan uatuk abad 21 dalam pembelajaran adalah 50% penilaian diri sendiri, 30% penilaian teman, 20% penilaian trainer atau atasan (Jeannetta Vos)
j. Umpan balik yang positif akan mampu memotivasi anak untuk berprestasi namun umpan baiik negative akan membuat anak menjadi frvstasi. Ini berdasar hasil riset pakar masalah kepercayaan diri, Jack Carfiled
2.1.4. Penerapan Model Pembelajaran Quantum Learning
Untuk melaksanakan pembelajaran Quantum Learning di dalam kelas maka diterapkan kerangka perencanan pembelajaran Quantum Learning dikenal dengan singkatan "TANDUR" yaitu:
1. Tumbuhkan
Secara unnum konsep tumbuhkan adalah sertakan diri siswa, pikat mereka, puaskan keingintahuan, membuat siswa tertarilc atau penasaraan tentang materi yang akan diajarkan Dari hal tersebut tersirat, bahwa dalam pendahuluan (persiapan) pembelajaran dimulai guru menumbuhkan sikap positif dengan menciptakan lingkungan yang positif, lingkungan sosial (komunitas belajar), sarana belajar, serta tujuan yang jelas dan memberikan malma pada siswa, sehingga menimbulkan rasa ingin tahu siswa.
2. Alami
Konsep Alami mengandung pengertian bahwa dalam pembelajaran guru harus memberi pengalaman dan manfaat terhadap pengetahuan yang dibangun siswa sehiugga menimbulkan hasrat alami otak untuk menjelajah.
3. Namai
Konsep namai ini berada. pada kegiatan inti. Namai mengandung maksud bahwa penamaan memuaskan hasrat alami otak (membuat siswa penasaran, penuh pertanyaan mengenai pengalaman) untuk memberikan identitas, menguatkan dan mendefinisikan. Penamaan dalam hal ini adalah mengajarkan konsep, melatih keterampilan berpikir dan strategi belajar.
4. Demonstrasikan
Tahapan ini berada pada kegiatan inti. Inti pada tahap ini adalah memberi kesempatan siswa untuk menunjukkan bahwa siswa tahu. Hal ini sekaiigus memberi kesempatan siswa untuk menunjukkan tingkat pemahaman terhadap materi yang dipelaJari.
5. Ulangi
Tahap ini jika kita tuangkan pada rencana pelak.sanaan pembelajaran terdapat pada penutup. Tahap ini dilaksanakan untuk memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa "aku tahu bahwa akn tahu ini". Kegiatan ini dilakukan secara multimodalitas dan multikecerdasan.
6. Rayakan
Tahap ini dituangkan pada penutup pembelajaran. Dengan maksud memberikan rasa rampung, antuk menghormati usaha, ketekunan, dan kesusksesan yang akhirnya memberikan rasa kepuasan dan kegembiraan. Dengan kondisi akhir siswa yang senang maka akan menimbulkan kegairahan siswa dalam belajar lebih lanjut. Strategi yang dapat digunakan adalah dengan pujian bernyanyi bersama, pesta kelas, memberikan reward berupa tepukan.
2.1.5. $ubungan Quantum Learning dengan Kemampuan Berpikir Kreatif
Dalam upaya meningkatkan kemampuan kreatif siswa Munandar (1999:79) menyatakan bahwa: "Belajar kreatif tidak timbul secara kebetulan tetapi memerlukan persiapan, antara. lain dengan menyiapkan suatu lingkungan kelas yang merangsang anak-anak untuk belajar secara kreatifl".
Model pembelajatan Quantum Learning dengan konsep pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar mengembangkan kemampuan keterampilan belajamya termasuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif. Demikian dikemukakan DePorter (2000:8): "Jadi seperti halnya di sekolah bisnis, kami mengajarkan para siswa tentang keterampilan-keterampilan how-to-learn dalam mencatat, menghafal, membaca dengan cepat, menulis, clan berpikir kreatif.
DePorter (2000:298) juga menyatakan bahwa:
"Semua cara berpikir dapat dikategorikan sebagai proses otak kiri-otak kanan. Berpikir lateral, hasil, berpikir kreatif berada pada otak intuitif kanan, sedangkan berpikir vertikal, kritis, strategis dan analitis berada pada otak logis iri. Walaupun demikian, sebenarnya terjadi banyak hubungan".
Dalam memampukan siswa mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa terlebih dahulu melakukan pengoptimalan kemampuan otak km-otak kanan, kemudian dilanjutkan dengan melatih pemecahan masalah melalui soal-soal yang akan membentuk kreativitas siswa. Quantum Learning terdiri atas beberapa kegiatan yang berusaha menyeimbangkan kinerja otak kin dan kanan. Otak kin me= gani masalah-masalah logika, sedangkan otak kanan menangani aspek­aspek emosi.
DePorter (200i:36) menyatakan:
"Otak yang terdiri dari bagian yakni Neokorteks, Otak Mamalia (sistem Limbik), dan Otak Reptilia. Ketiga bagian ini juga dibagi menjadi helahan otak kanan dan belahan otak kiri atau lebih dikenal sebagai otak kanan dan otak kiri. Eksperimen terhadap dua belahan otak tersebut telah menunjukkan bahwa masing-masing belahan bertanggung jawab terhadap cara berpikir, dan masing-masing mempunyai spesialisasi dalam kemampuan-kemampuan tertentu, walaupun ada beberapa persilangan dan interaksi antara kedua sisi".
Proses berpikir otak kiri bersifat logis, sekuensial, linier, dan rasional. Sisi ini sangat teratur. Cara berpikir ini sesuai untuk tugas-tugas teratur ekspresi verbal, menulis, membaca, assosiasi auditorial, menempatkan detail dan fakta, fonetik serta. simbolisme. Cara berpikir otak kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif, san holistik. Cara berpikirnya sesuai untuk mengetahui yang bersifat -non verbal, seperti perasaan dan emosi, kesadaran yang berkenaan dengan perasaan, pengenalan bentuk dai pola, musik, seni, kepekaan warna, kreativitas dan visualisasi. Seseorang yang memanfaatkan kedua belahan otak ini cenderung untuk "seimbang" dalam setiap aspek kehidupannya. Belajar akan terasa sangat mudah bagi mereka karena mereka mempunyai pilihan untuk menggunakan bagian otak yang diperlukan dalam setiap pekerjaan yang sedang dihadapi.
Untuk menyeimbangkan kecenderungan siswa terhadap otak kiri, maka perlu dimasukkan musik dan estetika dalam pengalaman belajar siseva, dan memberikan umpan balik positif yang semuanya akan menimbulkan emosi posidf, yang kan membuat otak menjadi lebih efektif.
Masykur (2007:152) menyatakan:
"Kurikulum yang terlalu berat ke fungsi otak kiri dan mematikan kreativitas dan daya inovasi siswa, tidak akan mendapatkan kecerdasan siswa. Karena. itu, demi meningkatkan kemampuan berpikir siswa, maka keseimbangan fungsi otak kiri dan otak kanan perlu mendapat perhatian yang serius dalam menyusun kurikulum matematika".
Perlu dicatat bahwa latihan-latihan terhadap kreativitas khususnya dan kemampuan intelektual pada umumnya, tidak banyak mengalami perubahan lewat latihan-latihan yang bersifat kognitif (tenrtama latihan berpikir), tetapi justru hal yang banyak menentukan perkembangan kreativitas adalah melalui latihan-latihan pengembangan non kognitif seperti sikap berani mencoba sesuatu yang baru, penambahan motivasi untuk berkreasi, dan sifat berani menanggung resiko serta pengembangan kepercayaan diri dan harga c&ri (Davis, dan Bull, 1978; Lott, 1978; Sobel, 1980; Munandar, 1995).
Kreativitas tidak timbul serta-merta, tetapi melalui proses. Proses kreatif daiam memecahkan masalah menurut Bobbi DePorter dkk (2001:301) dalam bukunya Quamum Learning mengalir melalui lima tahap, tahap-tahap tersebut, sebagai berikut :
1. Persiapan
Pada tahap ini siswa berupaya mendefinisikan masalah, tujuan dan tantaagan yang dihadapinya.
2. Inkubasi
Pada tahap ini pikiran siswa sedang mencerna fakta-fakta dan mengolahnya dalam pikiran.
3. Illuminasi
Pada tahap ini pikiran siswa mulai memuncullcan gagasan-gagasan yang ingin segera dikeluarkan.
4. Verifikasi

Subscribe to receive free email updates: