Transfer Pricing berdasar Cost Methods

Transfer Pricing berdasar Cost Methods.
Hampir separoh perusahaan di dunia memparktikkan transfer pricing menggunakan metode cost (Horngren, 1999). Namun sayangnya terdapat banyak perbedaan dalam menafsirkan atau mendefenisikan biaya (cost).
Ø   Beberapa perusahaan  hanya menggunakan variable cost,
Ø   Ada pula perusahaan yang menggunakan full cost,
Ø   Sebagaian lagi mempraktikkan full cost plus profit mark-up.
Ø   Sebagian ada pula yang mempraktikkan standard costs dan actual costs.
Meskipun praktik transfer pricing didasarkan atas berbagai sudut pandang mendefenisikan biaya, namun secara umum transfer pricing sangat identik dengan alokasi biaya (cost allocation). Biaya terjadi, dikumpulkan dan dihitung pada satu divisi / segment / departemen untuk kemudian dibebankan atau ditransfer ke divisi berikutnya.
Alokasi biaya pada transfer pricing dapat dilakukan atas dasar analisis perilaku biaya. Contoh:
Apple sebagai perusahaan yang memproduksi komputer. Salah satu divisinya (divisi I) memproduksi keyboards. Keyboard yang telah selesai diproduksi kemudian ditransfer ke divisi berikutnya (divisi II) untuk menyelesaikan perakitan komputer. Manajer Divisi Keyboard tentu saja lebih mengetahui cost driver dalam menentukan cost secara keseluruhan dari keyboards tersebut dibanding manajer divisi II.
Kebanyakan perusahaan mempraktikkan transfer pricing atas dasar biaya produksi baik biaya produksi variabel (variable cost) maupun biaya produksi penuh (full cost) yang terjadi pada divisi penjual.
Meskipun metode ini banyak diterapkan karena kesederhanaannya, namun memiliki beberapa kelemahan:
Meskipun metode ini banyak diterapkan karena kesederhanaannya, namun memiliki beberapa kelemahan:
·         Transfer pricing metode cost terutama full costing method Penggunaan metode cost, terutama full cost sebagai harga trasfer dapat mengarah pada keputusan buruk dan oleh karenanya pada suboptimisasi.
Jika cost digunakan sebagai harga transfer, divisi penjual tidak akan pernah menghasilkan laba dari setiap penjualan internal. Satu-satunya divisi yang menghasilkan suatu keuntungan  adalah divisi yang melakukan penjualan akhir pada pihak luar. Divisi penjual tidak akan pernah memperoleh laba dari aktivitas penjualan antar divisi (internal perusahaan). Divisi penjual akhirlah yang diuntungkan  dan tentu saja diharapkan dapat memasimalkan keuntungan kepada perusahaan secara keseluruhan yang tentunya akan berimbas pada divisi yang memasok ke divisi penjual.
Harga transfer yang didasarkan pada cost tidak menyediakan insentif untuk mengendalikan biaya. Transfer pricing yang didasarkan pada cost method tidak menyediakan insentif untuk mengendalikan biaya antar divisi.
Alokasi biaya pada transfer pricing dapat dilakukan atas dasar analisis perilaku biaya. Contoh:
Pop sebagai perusahaan yang memproduksi komputer. Salah satu divisinya  memproduksi keyboards. Keyboard yang telah selesai diproduksi kemudian ditransfer ke divisi berikutnya untuk menyelesaikan perakitan komputer. Manajer Divisi Keyboard tentu saja lebih mengetahui cost driver dalam menentukan cost secara keseluruhan dari keyboards tersebut dibanding manajer divisi II.
Kebanyakan perusahaan mempraktikkan transfer pricing atas dasar biaya produksi baik biaya produksi variabel (variable cost) maupun biaya produksi penuh (full cost) yang terjadi pada divisi penjual.
Meskipun metode ini banyak diterapkan karena kesederhanaannya, namun memiliki beberapa kelemahan:
·         Transfer pricing atas dasar cost methods terutama full costing method dapat mengarah pada keputusan yang tidak menguntungkan bagi divisi penjual.
·         Divisi penjual tidak akan pernah memperoleh laba dari aktivitas penjualan antar divisi (internal perusahaan). Divisi penjual akhirlah yang diuntungkan  dan tentu saja diharapkan dapat memasimalkan keuntungan kepada perusahaan secara keseluruhan yang tentunya akan berimbas pada divisi yang memasok ke divisi penjual.
·         Transfer pricing yang didasarkan pada cost method tidak menyediakan insentif untuk mengendalikan biaya antar divisi.
Pertanyaannya, kenapa metode ini banyak digunakan oleh para manajer dalam praktik? Jawaban sederhananya adalah karena metode ini dianggap relatif mudah dipahami dan praktis untuk digunakan.
Harga pasar yang kompetitif, harga yang dibebankan pada suatu item di pasar terbuka seringkali dianggap sebagai pendekatan terbaik dalam penentuan harga transfer terutama jika negosiasi harga transfer terhenti.
Pendekatan harga transfer harga pasar dirancang apabila ada pasar penghubung untuk produk atau jasa yang ditransfer. Pasar penghubung adalah pasar untuk produk atau jasa perusahaan pada saat ini. Jika divisi penjualan tidak memiliki kapasitas menganggur, harga pasar dalam pasar penghubung adalah pilihan sempurna untuk transfer . Alasan untuk hal ini adalah jika penjualan transfer sejauh kepentingan perusahaan adalah biaya oportunitas penerimaan yang hilang dari penjualan luar.

Subscribe to receive free email updates: