TQM dalam
Proses Pengajaran
Kebutuhan utama pelajar adalah siswa harus dapat belajar
secara maksimal. Fokus terhadap pelajar menjadi slogan manajemen mutu sekolah.
Situasi dan kondisi sekolah harus kondusif bagi proses pengajaran yang efektif.
TQM menyediakan peluang bagi perbaikan mutu sekolah menuju sekolah efektif yang
intinya pembelajaran efektif. Adapun sekolah efektif adalah sekolah yang
berhasil mencapai tujuannya. Menurut Stanley J. Spanbauer (Dean L.Hubbard
(Ed.)1993), paling tidak ada dua strategi utama yang muncul dalam konteks ini.
Pertama, pendekatan sistem yang mempercepat perbaikan berkelanjutan yang
berhubungan langsung dengan pelajar. Kedua dan lebih penting adalah yang secara
langsung dan terlibat aktif dalam pengambilan keputusan dan manajemen sekolah.
Sebelumnya sudah dikemukakan pentingnya pemberdayaan (empowerment)
guru-guru sebagai langkah strategis
menuju sekolah efektif melalui TQM dalam pendidikan. Bagaimanapun juga, peranan
penting para guru tidak bisa dinapikan dalam proses belajar-mengajar sebagai
jantungnya pendidikan.
TQM lebih daripada mengelola perubahan dan merekam kekuatan
faktor eksterusal yang dihadapi sekolah. Tepatnya, TQM merupakan transformasi
budaya komprehensif yang mendukung filosofi organisasi secara kuat. TQM juga
membentuk rencana untuk menginovasi dan mengembangkan segala sesuatu perjuangan
perbaikan secara berkelanjutan. Struktur dan budaya perubahan mungkin
memerlukan pribadi-pribadi yang memiliki keinginan akan perubahan.
Untuk memulai dengan lingkungan, TQM memerlukan perhatian
terhadap kepemimpinan yang difokuskan bagi pem-berdayaan, kemampuan dan membagi
pembuatan keputusan agar melatih diri supaya lebih bertanggung jawab.
Kemudian, TQM juga menggunakan pendekatan fokus terhadap
pelanggan melalui suatu proses khusus yang meng-identifikasi pelanggan
(pelajar), mengurupulkan informasi dari mereka, dan menjawab kebutuhan mereka
demi mencapai dan memenuhi harapan mereka. Karena itu, TQM menggunakan perencanaan
efektif dengan memanfaatkan ide-ide dari seluruh komponen organisasi sekolah.
Faktor interusal dan eksterusal organisasi sekolah dimanfaatkan informasinya
untuk menentu-kan strategi yang akan mengarahkan sekolah agar konsisten
terhadap misi dan tujuan organisasi sekolah.
TQM juga memerluk
an lingkungan yang mampu me-nyelesaikan masalah sekolah dengan tim atau
perorangan yang secara berkelanjutan bergerak menuju asumsi dengan meng-gunakan
status dari setiap pegawai. Lingkungan organisasi sekolah memberikan perhatian
untuk mengidentifikasi masalah dan
mengeliminasinya dengan metode ilmiah dan pendekatan statistik dalam
keseluruhan proses manajemen sekolah. Proses penyelesaian masalah memerlukan
satuan alat dan prosedur umum untuk mencapai perbaikan. Untuk itu, perlu
ditentukan adanya indikator keunggulan yang akan dicapai sekolah, terutama
setelah ada perbaikan dan program yang dijalankan untuk mencapai mutu sekolah
yang dihadapkan pelanggan.
Demikian pula pergantian paradigma sekolah yang tradisional
kepada paradigma mutu, akan menuntut para personel untuk meningkatkan
pendidikan berkelanjutan dan program pelatihan bagi semua staf. Strategi
pengembangan profesionalisme adalah berkelanjutan, sebab TQM memberikan waktu
panjang, sistematis, dan transformasi metode untuk direformasi dengan model baru
yang dapat mengaplikasikan pemenuhan kebutuhan pelanggan secara teratur.
1) Pengelolaan Kelas
Dalam peribahasa Jepang ada ungkapan: "mengajar adalah
belajar" atau peribahasa Latin: "dengan belajar Anda akan mengajar, dan dengan mengajar
Anda akan belajar." Dua peribahasa ini ditanamkan menjadi keyakinan para
guru bahwa pembelajaran dan pengajaran merupakan dua sisi mata uang, sisi
sebelah atas belajar dan sisi sebelah bawahnya adalah mengajar dan sebaliknya.
Ada asumsi bahwa manajemen kelas yang baik merupakan hasil
dari usaha sadar atas peranan guru untuk mengintegrasikan manajemen interaksi
(belajar-mengajar) dengan perencanaan interaksi pengajaran. Perpaduan ini
seringkali menghasilkan persoalan dalam masalah disiplin. Interaksi
belajar-mengajar dan manajemen hakikatnya tidak terpisah, tetapi lebih
merupakan dua komponen utama yang harus dibangun satu dengan lainnya jika
menginginkan tercapainya kelas yang harmonis.
Keterampilan guru yang efektif akan mengawasi perilaku murid
dengan waktu yang baik, dengan memberikan pertanyaan yang baik, atau jenis
pengalaman pembelajaran. Pengawasan itu justru bisa efektif sebagai tindakan
manajemen kelas secara langsung. Meskipun pengajaran dan manajemen dilakukan
berbeda, keduanya saling melengkapi dan berinteraksi dalam cara-cara yang
produktif. Guru menyusun perencanaan pengajaran, selanjutnya memimpin dalam
proses pengajaran, memotivasi dalam belajar, dan selanjutnya mengawasi atau
mengevaluasi hasil belajar. Semua itu adalah tindakan manajemen kelas yang
dipadukan untuk mencapai efektivitas pengajaran oleh guru.
Menurut Weber (1977), ada beberapa pendekatan dalam melihat
manajemen kelas sebagai berikut. (1) Pendekatan kekuasaan dalam manajemen
kelas. Pendekatan ini memandang manajemen kelas sebagai proses pengawasan
perilaku pelajar. Peranan guru adalah membangun dan memelihara peraturan kelas.
(2) Pendekatan serbaboleh (permissive). Pendekatan ini memandang
kebebasan pribadi pelajar. Jangan dijauhkan mereka dari pengembangan alami.
Peranan guru adalah untuk me-maksimalkan kebebasan murid. (3) Pendekatan
modifikasi perilaku. Pendekatan ini menempatkan peranan guru agar mempercepat
keinginan perilaku pelajar melalui aplikasi prinsip yang diturunkan dari teori
penguatan. (4) Pendekatan penciptaan iklim sosioemosional. Pendekatan ini
didasarkan atas asumsi bahwa murid dimaksimalkan dalam lingkungan kelas yang
positif melalui hubungan interpersonal yang baik antara guru dan murid dan
sesama murid. Peranan seorang guru adalah membangun dan mempertahankan
lingkungan kelas yang positif. (5) Pendekatan kelompok. Pendekatan ini
didasarkan atas asumsi bahwa pembelajaran mengambil tempat terbaik dalam
konteks kelompok dan sifat alami, dan perilaku dari kelompok kelas adalah
penting dalam proses pembelajaran. Peranan guru adalah mempercepat pengembangan dan pelaksanaan sistem
kelas yang efektif.
Bagaimana memberdayakan guru dalam meningkatkan perbaikan
mutu proses pembelajaran di sekolah ? Hal yang paling utama adalah penyediaan
kurikulum dan penjadwalan pelajaran. Oleh karena itu, diperlukan perubahan
keyakinan dan sikap tentang berbagai kemungkinan dalam pendidikan. Untuk itu
diperlukan adanya perencanaan strategis oleh kepala sekolah bersama guru-guru
demi perbaikan yang berkelanjutan daripada sekadar promosi yang baik.
Semua tindakan diarahkan kepada pencapaian visi, misi, dan
tujuan sekolah yang direncanakan bersama. Pengambilan keputusan oleh kepala
sekolah bersama staf dan guru-guru akan memperkuat manajemen sekolah yang
diharapkan. Oleh karena itu, TQM memberikan kerangka penyempurnaan dalam hal
strategi perbaikan sekolah, seperti percepatan pembelajaran (accelerated learning), manajemen, pemberdayaan guru, pendidikan berbasis hasil,
efektivitas lembaga, pendidikan berbasis masyarakat, dan pembelajaran yang
berpusat pada mu-rid yang semuanya akan dapat memberdayakan pendidikan.
Di sini ada peranan khusus pengajar dalam budaya ban'. Para
guru menjadi jantung pendidikan. Untuk menjadikan pendidikan efektif, seluruh
pengalaman pendidikan seharusnya berganti dari fokus yang kurang kepada fokus
yang lebih memperhatikan interaksi antara pengajar dan pelajar, karena pelajar
adalah pusat dari interaksi. Interaksi pengajar dan pelajar terpusat pada
lingkungan yang bermutu. Pergantian peranan utama guru sebagai pemasok
informasi kepada peranan baru, yaitu sebagai fasilitator pembelajaran,
menggunakan metode bervariasi dan alat-alat pendidikan.
Dalam konteks ini, peranan guru sebagai
fasilitator diasumsi-kan agar sekolah memiliki sejumlah besar guru yang siap.
Namun hal inilah yang tidak atau belum
disiapkan. Sekolah harus memiliki tim pengajar yang siap pakai dalam berbagai
peranan dan kekuatan. Boleh jadi ada guru yang lebih baik daripada dosen, yang
lain sebagai pimpinan diskusi, dan yang lain sebagai tim pembangun dan ahli
mengatasi konflik. Sebagian yang lain unggul dalam perancangan kurikulum, yang
lain mampu meng-gunakan komputer dalam pembelajaran, dan ada yang ahli dalam
fungsi manajemen sekolah. Dengan kata lain, sekolah harus dipersiapkan untuk
memiliki peneliti, konselor, konsultan, pelatih, dan fasilitator.
Salah satu tantangan krusial yang dihadapi oleh pengelola
lembaga pendidikan adalah bagaimana menciptakan lulusan yang bermutu. Satu cara
yang mengundang perhatian para pimpinan adalah penerapan TQM. Konsekuensinya
adalah bagaimana upaya mengelola sekolah, akademi, dan universitas, sehingga
mampu melahirkan lulusan atau sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.
Sekolah merupakan institusi yang menjadi pelaksana pendidikan yang menentukan
masa depan bangsa.
Tantangan masa depan pendidikan perlu dijawab dan diarahkan
perubahannya. Karena itu pengelolaan pendidikan harus fungsional yang
berorientasi pada masa depan (futuristik) bagi suatu masyarakat dan bangsa.
Keberadaan sekolah, akademi, dan universitas akan menentukan proses
pengembangan budaya masyarakat dan bangsa melalui proses pembelajaran yang
terarah, terencana, dan terpadu untuk mencapai mutu berkelanjutan.
Masyarakat sebagai pelanggan pendidikan saat ini sangat
mementingkan mutu dalam memilih sekolah. Karena bila salah pilih terhadap
program pendidikan anaknya sebagaimana diperoleh dari sekolah, maka akan
mengakibatkan sulitnya anak-anak memperoleh pekerjaan di masa depan. Fenomena
rendahnya mutu sekolah-sekolah harus dijadikan perhatian para manajer
lembaga pendidikan, baik pada tingkat manajemen puncak (pejabat pemerintah di
bidang pendidikan) maupun oleh para pengelola langsung lembaga pendidikan sejak
dari kepala sekolah, para pengawas, kepala madrasah, direktur akademi, rektor,
dan lainnya agar benar-benar memperhatikan upaya-upaya meraih mutu secara
optimal.
Snyder
dkk. (1994) mengemukakan strategi bisnis yang fun-damental pada tahun 1990-an
dengan menempatkan mutu sebagai tema yang aktual dalam usaha pabrikasi, jasa
pelayanan, pemerintahan dan organisasi nonprofit lainnya. Peningkatan
persaingan dan lingkungan yang tidak menentu bagi organisasi telah dipelajari
tentang keberhasilan persaingan atas usaha lain, yaitu dengan pencapaian untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan bagi mutu barang-barang (produk) dan jasa
pelayanan.
Kini
saatnya melakukan gerakan mutu pendidikan di Indo-nesia. TQM merupakan alterusatif
yang mendukung manajemen berbasis sekolah yang banyak digaungkan dalam memasuki
otonomi pendidikan memasuki abad ke-21, khususnya di In-donesia. Penerapan
manajemen mutu dalam pendidikan me-rupakan upaya sosialisasi pemikiran
manajemen pendidikan yang antisipatif bagi pengelolaan lembaga pendidikan
dewasa ini.
2)
Indikator Pengawasan Mutu pembelajaran
Dalam
menjalankan manajemen mutu terpadu, ada beberapa indikator yang perlu dimonitor
dari keseluruhan pembelajaran siswa di sekolah. Indikator tersebut mencakup
segi orang tua, siswa, dan guru-guru di sekolah.
Indikator yang diawasi orang tua
a)
Memonitor kegiatan membaca dan belajar setiap
hari.
b)
Seleksi berkelanjutan terhadap nilai
program televisi pendidikan yang ditindaklanjuti dalam diskusi.
c)
Kepemimpinan
keluarga yang kondusif setiap bulan dalam pengalaman belajar di luar rumah.
d)
Membagi
teknik pribadi dan pengetahuan filosofi dalam keluarga.
e)
Dukungan
terhadap pekerjaan rumah anak.
f)
Keanggotaan
anak dalam kelompok teman belajar.
g)
Kontak
bulanan dengan guru.
h)
Tujuan
kerja sama dalam keluarga.
i)
Konseling
karier pelajar bersama orang tua.
j)
Tindakan
konstruktif dan tindakan dukungan agar betah di sekolah.
k)
Menggunakan
alterusatif remedial.
Indikator dari pelajar
a)
Penguasaan informasi baru tentang dasar bidang pelajaran.
b)
Pengetahuan
baru penerapan tingkat kurikulum.
c)
Pengetahuan
baru tentang pilihan karier.
d)
Informasi
baru kebiasaan belajar.
e)
Penggunaan informasi yang diperoleh melalui riset, minat, dan
diskusi.
f)
Pengetahuan
informasi baru dalam keterampilan penyelesaian masalah.
g)
Informasi baru etika pribadi dan pemantapan etik.
h)
Informasi baru tentang keterampilan interpersonal melalui
pembelajaran.
i)
Penggunaan alterusatif remedial.
Indikator dari guru
a)
Memperoleh informasi baru secara terus-menerus tentang mata
pelajaran khusus mereka.
b)
Memperoleh informasi baru tentang potensi pelajar, motivasi,
tujuan, akses terhadap informasi, dan kemajuan pelajar.
c)
Menilai informasi baru melalui sikap pelajar dan perilaku
konstruktif.
d)
Pengembangan berkelanjutan terhadap harga diri pribadi
pelajar.
e)
Penguatan berkelanjutan dalam fokus pembelajaran, pengawasan
dan penanganan efesiensi, dan kejadian pembelajaran di sekolah.
f)
Dukungan terhadap individu pelajar dalam menolong mereka
untuk melakukan penelitian, kajian, dan tuntutan keperluan pengetahuan baru.
Di sini diperlukan keterlibatan dan kesungguhan semua pihak yang
mempengamhi mutu pembelajaran di setiap sekolah. Orang tua, guru, dan pelajar
sendiri perlu memahami indikator tindakan dan dukungannya untuk mencapai mutu
yang diharapkan pelanggan pendidikan (interusal customer). Kolaborasi aktivitas pengawasan
untuk mutu pembelajaran ini dipertanggungjawabkan sebagai hasil dari aplikasi manajemen mutu
pendidikan.