Perspektif Masyarakat Terhadap Pengobatan Alternatif

Perspektif Masyarakat Terhadap Pengobatan Alternatif 
Pengobatan alternatif merupakan salah satu cara penyembuhan yang dianggap sebagai hal yang biasa di masyarakat Indonesia. Memang ada masyarakat yang pernah coba sekurang-kurangnya satu kali dan ada yang belum pernah sama sekali, akan tetapi sudah tahu dari orang lain yang pernah. Kepopuleran pengobatan tertentu tergantung pada bermacam-macam faktor. Faktor-faktor ini berdasarkan alasan-alasan mengapa seseorang memilih atau tidak memilih suatu jenis pengobatan. Faktor-faktor ini bisa disederhanakan sebagai pengaruh ekonomi, kepercayan dan budaya, sosial dan demografis, agama, geografi dan pribadi.



Ekonomi
Relatif Murah
Kalau keuangan menjadi hal yang penting sekali untuk seseorang dalam rangka memilih jenis pengobatan, pilihan jenis alternatif adalah pilihan yang termurah (‘Masalah Pasti Bablas’ 2004:146). Kebanyakan responden menyebutkan alasan keuangan sebagai alasan yang penting sekali dalam pemilihan pengobatan tertentu. Memang sifat murah adalah sifat yang berpengaruh khusunya untuk masyarakat yang ada sebagian besar dari tingkatan keuangan yang agak rendah. Ada banyak sumber informasi mengenai kesehatan di Indonesia yang menuntut bahwa golongan pemakai yang paling besar berasal dari daerah kemiskinan (Timmermans 2001:1). Misalnya, menurut pendapat Jornal Kependudukan semua keluarga selain keluarga berkelas tinggi diperiksa dukun atau kiyayi kalau sakit (Zaumseil and Lessman 1995:27).



Satu alasan mengapa pengobatan alterantif murah, sering dikatakan sebagai alasan alami. Ada banyak pengobatan alternatif/tradisional yang berdasarkan tumbuh-tumbuhan dari pada kimia, maka tersediannya bahan-bahannya bisa lebih mudah didapat di mana saja. Karena itu harganya lebih murah dari pada obat kimia yang hanya bisa didapat dari apotek. Memang ada banyak iklan-iklan di majalah dan di surat kabar yang mempromosikan jenis-jenis pengobatan tradisional sebagai ‘cepat’ dan ‘murah’. Karena itu, hal kemurahan menjadi hal yang terkait dengan pengobatan alternatif. Untuk responden yang tidak pernah mencoba pengobatan alternatif dia masih menganggap hal ini sebagai sifat utama pengobatan alternatif.


Kalau jenis pengobatan alternatif jadi murah kemudian barangkali ada sebagian besar penduduk Indonesia yang tergolong keuangan rendah dan bergantung pada jenis pengobatan ini. Lebih singkat, ada kalangan tertentu yang tertarik jenis pengobatan ini karena tidak ada pilihan lain. Yang menarik semua responden dukun menyatakan bahwa pasienya berasal dari bermacam-macam tingkatan keuangan. Salah satunya menuntut bahwa Menteri Pendidikan Indonesia pernah menjadi pasiennya (Hasanal, pc, 13.09.04). Walaupun ada kecenderungan biaya pengobatan ini murah seperti sepuluh ribu rupiah, jumlah biaya tidak sama untuk semua pasien. Sistem biaya ini dinamakan ‘sukarela’ dan jumlah biayanya terserah pasien tertentu. Biasanya seseorang dari golongan keuangan yang agak tinggi membayar lebih banyak dari pada orang dari golongan keuangan yang kurang tinggi. Meskipun begitu, pilihan ini masih menurut kebijaksanaan pasien itu sendiri. 


Jika proses penyembuhan dengan satu jenis pengobatan lebih cepat dari pada jenis pengobatan lain kemudian ada kecenderungan jumlah biaya total lebih rendah juga. Menurut pendapat para dukun kalau seseorang memakai pengobatan alternatif dia akan cepat sembuh. Bahkan langsung sembuh setelah mengunjungi dukun pertama kali. Dalam kata-kata Bapak Hozmanto (18.09.04) “kalau melihat dukun sudah sembuh dalam waktunya lima belas menit. Kalau melihat dokter waktunya lima belas hari”. Dari wawasan ini pasien hanya harus membayar untuk satu berakad dengan dukun dari pada beberapa kali dengan dokter. Karena itu pasien bisa menjaga uangnya lebih baik kalau melihat dukun. Ini juga alasan mengapa banyak responen memilih pengobatan alternatif kalau menderita penyakit yang ringan. 



Ekonomi dan Standar Kesehatan di Indonesia
Indonesia masih dianggap sebagai anggota Negara-Negara Dunia Ketiga. Salah satu sifat yang dibawa negara ini adalah sistem kesehatan yang kurang maju dan standarnya rendah (Hoverkort 1999). Situasi ini memang begitu di Indonesia seperti disampaikan Menteri kesehatan Bapak Achmad Sujudi. Baru-baru ini dia tuntut bahwa fasilitas kesehatan di Indonesia kurang cocok, para dokter kurang berlatih. Sebagai akibat banyak orang harus ke tanah seberang supaya mencari pengobatan yang kualitasnya lebih tinggi (Setiogo 2004:2). Lebih lanjut, bisa dikirakan kebanyakan orang ini yang tidak mempunyai uang cocok untuk mencari pengobatan ke luar negeri harus bergantung pada pengobatan Barat yang kurang maju atau pengobatan alternatif yang sudah sangat terlatih (profesional).


Menurut pendapat beberapa respoden pengobatan alternatif lebih manjur dari pada pengobatan modern karena lebih terlatih di Indonesia. Memang pengobatan sudah diberlatih sejak jaman nenek moyang dan karena itu tampaknya lebih handal. Ini menimbulkan persoalan bahwa walaupun pengobatan modern memiliki reputasi yang baik di dunia barat, standarnya di Indonesia kurang cocok. Pada pihak yang lain pengobatan alternatif sangat terlatih di Indonesia, akan tetapi caranya tidak modern’.



Persoalan ini juga dihadapi negara-negara dunia ketiga lain seperti India. Mahatma Gandhi, Menteri Perdana Bekas India, menganggap bahwa persoalan seperti sudah disebut, memaksa pasien menggantungkan pada pengobatan tradisional/alternatif. Akan tetapi ini tidak dianggap sebagai situasi yang buruk, malahan mengarisbawahi kepentingan pengetahuan dan latihan tradisional (Bakker, 1993:1-2). Dalam pemasukan hal ini tujuannya bukan untuk mengajukan bahwa pengobatan Barat adalah pilihan yang paling teladan. Malah, tujuannya untuk menanyakan apakah kualitas pengobatan Barat yang rendah di Indonesia membatasi pilihan atau mempengaruhi persepsi terhadap jenis pengobatan ini. Akibatnya, supaya dapat melihat kemungkinan pasien untuk memilih pengobatan alternatif. Tampaknya tidak ada alasan mengenai hal ini dari jawaban para responden. Tetapi ada banyak sumber tertulis yang menyebut hal ini sebagai hal yang berpengaruh.



Kepercayaan dan Kebudayaan
Memang kepercayaan dimiliki orang tertentu apa lagi terhadap kesehatan sangat dipengaruhi budayanya. Seperti sudah dijelaskan kepercayaan mistik sangat kuat dan mempengaruhi kebudayaan Jawa. Kesehatan dari pendapat mistik terdiri atas sifat jasmani dan sifat yang selain jasmani, yaitu rohani. Orang Jawa percaya bahwa kehidupan seharusnya bersifat ‘keseimbangan’ dan hubungan yang ‘rukun’ (Bakker, 1993:41). Pola-pikir kesehatan dipengaruhi rohani, jasmani dan mental, adalah pola-pikir yang masuk akal untuk orang yang mengidentifikasikan dengan kebudayaan Indonesia. Pengobatan yang menganggap kesehatan mental atau psikologi lebih bersangkut paut dengan kebudayaan Indonesia karena kepentingan kosmologi Hindu-Buddhist (Bakker 1993:41).



Selain sifat fisik dianggap pengobatan alternatif, itu khusus untuk penyakit yang tidak biasa atau selain dari fisik. Semua responden menyetujui bahwa kesehatan termasuk sifat-sifat jasmani dan rohani. Lagipula keadaan keseimbangan di antara sifat ini kedua-duannya akan menimbulkan kesehatan yang baik. Kemudian begitu juga bahwa cara pikir pengobatan alternatif, bahkan yang terkait dunia ghaib berhubungan dengan kepercayaan mistik lebih cocok. Dari wawasan ini seseorang yang percaya seperti ini bisa lebih mudah menerima pengobatan alternatif karena menghadapi kesehatan dengan cara lengkap juga.



Pada pihak yang lain kalau seseorang tidak percaya dengan mistik atau hubungannya dengan kesehatan, jalan pikir pengobatan alternatif sulit diterima. Ada beberapa dari responden ini yang tidak percaya atau belum yakin terhadap hubungan di antara hal ghaib dengan hal kesehatan. Mereka berpikir jalan pikir pengobatan alternatif tidak rasional dan karena itu tidak masuk akal untuk mereka. Ada sebagian lain yang percaya tetapi belum yakin. Kebanyakan responden percaya dengan pengobatan alternatif yang memakai alat-alat seperti tumbuh-tumbuhan. Namun, ada hanya sedikit di antara golongan ini yang percaya dengan hal ghaib. Dari Pola-pikir logika ini kepercayaan mistik tidak ‘masuk akal’ karena tidak berdasarkan ilmu pengetahuan. Apakah jenis pengobatan dianggap ‘manjur’ atau tidaknya sangat tergantung pada bukti-bukti hasilnya.


Jenis bukti-bukti ini terdapat dua jenis: Bukti yang kelihatannya nampak dan bukti yang kelihatannya tidak nampak. Hasil pengobatan yang kelihatan lebih mudah dipercayai seseorang. Bukti-bukti pertama berdasarkan pengetahuan dari ilmu pengetahuan yang memakai uji berkala. Pada pihak yang lain pengobatan alternatif berdasarkan pengalaman pribadi untuk membuktikannya. Hasil pengobatan alternatif masih dianggap sebagai hal fisik tetapi khusus untuk sifat-sifat yang selain fisik. Sifat yang kedua sulit dibuktikan karena tidak nampak. Pengobatan yang berdasarkan tumbuh-tumbuhan bisa kelihatan walaupun pengobatan yang terkait dengan hal ghaib yang tidak nampak. Ini adalah-alasan umum diberi para responen yang tidak percaya pengobatan yang terkait hal ghaib. Ini juga menunjukkan mengapa pengobatan tumbuh-tumbuhan jenis pengobatan alternatif yang lebih mudah diterima golongan responden ini dari pada yang terkait dengan hal ghaib karena kelihatannya nampak. Walaupun pengobatan alternatif dianggap lebih manjur dari pada pengobatan atau tidaknya terhadap si pasien sendiri. Ada responden yang membawa jenis pemandangan berdua. 


Agama
Pengobatan Alternatif Versi Agama
Sering dikatakan di pers dan ada responden yang percaya bahwa pengobatan alternatif yang berkaitan hal ghaib tidak setuju dengan agama. Dari wawasan ini dukun jenis pengobatan ini tidak menjalani peraturan agama karena ada kepercayaan dalam kekuatan selain Tuhan. Dapat dipahami kekuatan itu untuk menyembuhkan berasal dari sumber dia senidiri atau kekuatan kekuatan dari dunia ghaib.seperti jin dan setan. Kemudian menurut pendapat agama islam ‘rasulullah’ mengingkatkan orang Islam untuk tidak melakukan mantra-mantra yang mengandung hal-hal berbau syirik (percaya akan satu Tuhan)’ (Muslimah untitled okt 04:73). 


Pengobatan Alternatif Sesuai Dengan Agama
Dari sebalik pendapat penting sekali untuk melihat pelatihan metafisika sebagai sesuai dengan Tuhan. Ada harapan hubungan ini tidak dibingungkan dengan hal ‘santet’ atau kepercayaan yang bertakhyul (Kennedy 2004:2). Walaupun ada pendapat disampaikan banyak orang bahwa pengobatan paranormal terpisah dari agama tetapi hubungan itu tidak selalu begitu. Seperti dilihat kepercayaan para dukun yang diwawancarai kekuatan-kekuatan pengobatnnya tertentu berdasarkan doa-doa dan kesetiaan dalam Tuhannya. Ada latihan-latihan yang dilakukan mereka untuk meperkuatkan diri supaya mendapat kemampuan untuk menyembuhkan. Meskipun ada kesadaran bahwa kemampuan-kemampuan itu terutamannya berasal dari Tuhan, bukan sendiri, atau dengan izin dari Tuhan. 


Geografi
Tersediannya pengobatan alternatif mudah dan bersifat beraneka guna. Jamu, obat dari tumbuh-tumbuhan dijual disamping jalan dan seperti tadi disebut bisa didapat di mana-mana saja karena bersumber alami. Kemudian kalau jaraknya menjadi kesulitan kemudian ada pilihan bentuk pengobatan alternatif yang pelatihnya bisa menyembuhkan dari tempat yang jauh dari orang pasien. Kalau pelatih memakai kekuatan-kekuatan yang tidak luar seperti tenaga dalam kemudian berikut bahwa jarak fisik tidak mambatasi penyembuhan dari mana-mana. Misalnya, Bapak Rofik pernah menyembuhkan seseorang yang tinggal di Batu, desa yang satu jam dari Malang, dari rumahnya di Malang lewat telepon (Rofik, pc, 22.10.04). Barangkali alasan itu menjadi alasan lain yang mendorong masyarakat desa, yang tidak ada fasilitas kedokteran, bergantung pada pengobatan alternatif .



Sosial dan Demografis
Ada kecenderungan tentang pengobatan alternatif dengan daerah perdesaan sebagaimana diungkapkan oleh beberapa responden. Disetujui beberapa responden yang menuntut pengobatan ini menyediakan pilihan untuk kalangan tertentu, yaitu kalangan desa. lagi pula, pengalaman penyusun waktu mencari dukun-dukun untuk menyediakan studi kasus, mengamati bahwa ada banyak nasihat untuk mencari di daerah pedesaan atau kampung. Walaupun ini tidak selalu begitu, yaitu Bapak Rofik adalah penduduk kota Malang dan dosen juga, memang pada umumnya ini begitu. Mengapa ini begitu? Biasanya orang-orang yang tinggal di daerah pedesaan menilai sifat tradisional/alternatif dari pada orang-orang yang tinggal di daerah pekotaan. Dikarenakan orang-orang ini masih bergantung pada daerah pedalaman alami dan hal spiritual seperti diturunkan orang tuannya dari masa dahulu. Tidak ada pengaruh modern atau fasilitas modern yang tersedia yang seperti di daerah pekotaan. Karena alasan itu, kebanyakkan orang mencoba pengobatan alternatif biasanya disarankan oleh orang tuannya.



Juga ada kecenderungan menghubungi penduduk desa berpendidikan yang rendah. Lebih lanjut, ada penyataan bahwa orang yang berpendidikan tinggi biasanya lebih menilai sikap modern dari pada sikap tradisional (Zaumseil and Lessman 1995). Kalau ditanyakan mengapa mengunjungi dukun, mereka memberikan pendapat bahwa hanya untuk alasan ‘main-main’ atau ‘bersenda gurau’. Barangkali asumsi ini terdiri atas asumsi bawha orang yang berpendiikan tinggi memiliki keinginan ‘maju’ dan memiliki sikap modern. Begitu juga penduduk desa dianggap sebagai pikiran yang ketinggalan zaman. Bisa dikirakan bahwa sikap seperti ini terlibat dengan konsepsi terhadap ‘apa pikiran maju atau pikiran modern’.


Memang ada konsepsi umum bahwa dunia Barat kurang beragama tetapi modern dan maju. Pengobatan alternatif seperti kebatinan dan perewangan tidak sepopuler di negara-negara ini. Ini karena sifat spiritual atau agama tidak dianggap untuk proses modernisasi dan kemajuan di dunia barat. Seperti sudah disebut ada kecenderungan untuk dukun prewengan tinggal di daerah pedesaan dan mungkin belum pernah tinggal di tempat lain untuk semua hidupnya. Penduduk di daerah ini biasanya tidak berpendidikan tinggi atau sama sekali dan menghargai bekerja dari pada pendidikan. Pendidikan bisa dilihat oleh orang ahli sebagai kunci kemajuan dan karena itu daerah pedesaan sering membawa stereotip ‘terbelakangan’. Stereotip ini dibawa dukun yang penduduk daerah pedesaan juga. Misalnya salah satu responden menyebut bahwa pengoban alternatif kurang menarik lagi semua kalangan, hanya masyarakat desa (Hozmanto, pc, 18.09.04). 


Pribadi
Ada golongan responden yang hanya memakai pengobatan alternatif untuk keluhan-keluhan kesehatan yang tertentu. Pada umumnya jenis ini dipakai untuk keluhan yang ringan seperti sakit perut, sakit kepala dan masuk angin. Pada pihak yang lain pengobatan modern atau medik dicari untuk keluhan parah seperti malaria atau demam berdarah. Kalau ada penyakit serius kemudian mereka lebih percaya pengobatan yang hasilnya bisa dibuktikan. Dengan kata-kata lain, resikonya kurang tinggi.


Selanjutnya bahwa pengobatan yang memakai bahan-bahan alami, tidak ada efek samping seperti obat obat kimia. Untuk alasan ini obat-obat yang memakai tumbuh-tumbuhan dilihat lebih aman kalau sakit, sedangkan obat-obat yang bahan-bahannya kimia lebih kuat, dan resikonnya lebih tinggi. Tetapi sifat yang kuat itu lebih baik untuk penyakit yang agak parah.


Analisis
Memang ada pola umum sebagian besar para responden memakai pengobatan alternatif untuk penyakit yang ringan atau penyakit yang tidak biasa. Bisa diamati bahwa hal hal ekonomi yang relatif murah sering ditimbulkan sebagai hal penting di antara alasan-alasan untuk memakai pengobatan alternatif. Hal ini alasan yang sangat penting dalam masyarakat yang ada persoalan kemiskinan. Oleh sebab itu ada golongan tertentu, yaitu yang tingkat keuangan rendah tidak mempunyai pilihan selain jenis pengobatan ini yang memakai sistem pembayaran ‘sukarela’. Dalam keadaan ini pengobatan alternatif tidak dianggap pilihan alternatif tetapi pilihan utama atau biasa. Lagi pula orang-orang miskin biasanya terlihat di daerah pedesaan. Karena itu ada pola demografis untuk penggunaan pengobatan alternatif berkumpulkan di daerah pedesaan. Yang menarik para dukun bahwa para pasiennya berasal dari bermacam-macam daerah dan dari bermacam tingkat keuangan. 


Hal kepercayaan adalah hal yang penting sekali untuk pilihan jenis pengobatan. Bisa dikirakan bahwa kebanyakan responden lebih mudah percaya dengan pengobatan alternatif yang berdasarkan tumbuh-tumbuhan dari pada pengobatan yang berdasarkan mantra-mantra atau tenaga. Lagi pula, lebih mudah untuk tenaga dipercayai dari pada pengobatan mantra-mantra. Ini karena jenis pengobatan alternatif ini tidak berpola-pikir yang rasional, yaitu menggunakan kekuatan kekuatan yang kelihatannya tidak nampak. Malahan pola-pikir ini berkaitan dengan kepercayaan mistik. Seseorang bisa lebih mudah berpercaya dengan kekuatan-kekuatan sendiri seperti tenaga dalam dari pada kekuatan-kekuatan dari dunia ghaib lewat mantra-mantra, yang kurang menyakinkan. Akan tetapi, kepercayaan dalam kekuatan sendiri, itu menjadi alasan mengapa responden yang menuntut jenis pengobatan ini melawan peraturan agama. Walaupun bisa diamati dari analisas studi kasus bahwa alasan ini tidak selalu begitu. Memang ada kesadaran bahwa Tuhan adalah tokoh yang paling kuasa dan kemampuan untuk menyembuh dilihat sebagai bakat dari Tuhan. Tuntutan ini tidak menganggap kekuatan sendiri sebagai kesetiaan Tuhan atau dengan izin Tuhan, yang begitu dari pendapat para dukun studi lapangan ini.

Subscribe to receive free email updates: