Istilah e-Business dan e-Commerce

Istilah e-Business dan e-Commerce 
Saat ini, para pakar masih belum dapat membuat definisi yang tepat terhadap kedua istilah tersebut. Bahkan di antara mereka masih terjadi perdebatan yang hangat, masing-masing saling mempertahankan argumentasinya sendiri. Sebagian mengatakan bahwa e-Commerce merupakan bagian dari e-Business, sementara yang lain mengatakan bahwa e-Commerce sama dengan e-Business.

Memang istilah yang pertama kali muncul adalah e-Commerce, sebelum kemudian disusul dengan istilah e-Business. Oleh karena itu, nama-nama jurusan di perguruan tinggi atau pascasarjana di luar negeri lebih banyak menggunakan istilah e-Commerce, misalnya untuk gelar Master of Commerce.

Dalam hal ini, penulis lebih cenderung mengelompokkan e-commerce menjadi bagian dari e-Business, karena secara praktis e-Business di era Internet dimengerti sebagai pemanfaatan Internet untuk menciptakan operasi bisnis secara on-line.

Operasi bisnis itu meliputi antara lain e-Marketing dan e-Promotion (Pemasaran dan promosi interaktif), e-Schedule, e-Tailing (bisnis retail secara on-line), e-Product, e-Commerce (transaksi bisnis secara on-line), e-Payment, e-Service, e-PR, dan kegiatan bisnis lainnya yang sudah menjadikan Internet sebagai sarana utamanya.


Fenomena Pergeseran Pasar
Model berdagang tradisional tentu saja membutuhkan tempat berjualan yang dapat dijangkau oleh calon pembeli. Jika pedagang ingin memperluas usahanya, ia memerlukan tempat baru, suatu hal yang tidak mudah. Selain sulit mendapatkan kapling sebagai cabang, masalah pengelolaannya juga semakin kompleks. Belum lagi persoalan tenaga kerja, gudang untuk menyimpan persediaan barang, dan lain sebagainya yang tentu saja membutuhkan dana yang tidak sedikit.

Sementara itu, jangkauan pasar terbatas pada lingkungan sekitarnya saja, atau paling jauh antar kota kecamatan. Kalaupun ada pembeli dari luar kota atau turis, itu hanya merupakan suatu kebetulan saja.

Dapat disimpulkan bahwa pasar tradisional mengharuskan adanya tempat berjualan secara fisik yang membutuhkan biaya yang tinggi untuk pengadaan dan pengelolaannya, sedangkan jangkauan konsumennya relatif rendah.


Bisnis Secara Elektronik
Memasuki era globalisasi para pengusaha perlu mempertimbangkan pemanfaatan teknologi komputer dan telekomunikasi seperti Internet untuk melakukan kegiatan bisnis dengan jangkauan pasar yang luas. Dengan teknologi itu, para pengusaha dapat membangun unit-unit bisnis secara elektronik, artinya tidak membutuhkan tempat secara fisik. 

Situs-situs e-Business merupakan tempat usaha yang dibuka di Internet oleh para pengusaha. Melalui situs-situs tersebut, dapat dilakukan kegiatan-kegiatan bisnis seperti promosi, penjelasan produk, hingga transaksi.

Melalui situs-situs tersebut, sebagian kesulitan pengusaha seperti perolehan kapling, tenaga kerja, gudang, perijinan, dan keamanan, dapat teratasi. Bahkan dengan situs, jangkauan konsumen dapat menjadi lebih luas karena situs dapat diakses dari berbagai belahan dunia.

Untuk memanfaatkan fasilitas e-Business tersebut, dibutuhkan komponnen-komponen dasar seperti:
1. Kartu kredit sebagai alat pembayaran
2. Virtual shop yang dibangun dalam sebuah homepage Internet
3. Jalur pembayaran yang jelas agar dapat memberi jaminan bagi perusahaan penjual produk untuk memperoleh pembayaran dari pembeli.

Virtual shop sebaiknya memiliki fasilitas layanan yang lengkap seperti penyediaan interface agar calon pembeli dapat melihat dan memilih produk yang ditawarkan, formulir transaksi elektronik, pengiriman laporan transaksi secara on-line kepada pembeli, pengontrolan persediaan barang, fasilitas keamanan data, dan fasilitas lainnya agar calon pembeli merasa nyaman untuk berbelanja.

Tentu saja tidak semua barang dapat dijual melalui fasilitas e-Business. Produk-produk yang telah ditawarkan misalnya jasa perbankan, fasilitas hotel, barang-barang kerajinan, buku dan barang-barang elektronik, kaset, kosmetik, makanan dan lain sebagainya. Produk-produk seperti sayur mayur atau beberapa macam produk lainnya akan sangat sulit ditawarkan, kecuali proses pengiriman produk (delivery) memungkinkan hal tersebut.

Perubahan-Perubahan Dalam Perusahaan Bisnis
Lahirnya era e-Business telah mengakibatkan perubahan-perubahan yang cukup mendasar dalam perusahaan-perusahaan bisnis pada umumnya. Perubahan-perubahan tersebut antara lain:
a. Pemasaran dapat dilakukan secara luas dengan tingkat kompetisi yang lebih tinggi.
b. Pertumbuhan dan perkembangan industri dari perusahaan sangat bergantung pada informasi dan pengetahuan.
c. Produktivitas lebih ditekankan daripada formalitas kehadiran di tempat kerja.
d. Produk-produk dan layanan baru dapat dijumpai dalam komunitas e-Business, tetapi usia produk menjadi sangat pendek.
e. Struktur organisasi menjadi flat, terdistribusi dan pemberdayaan yang dilakukan dalam organisasi era Internet tersebut akan meningkatkan fleksibilitas dan penekanan biaya; kerja tim lebih ditekankan untuk dapat memberi respon atau melahirkan inovasi-inovasi baru.

Jenis e-Business
Kegiatan e-Business dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis berdasarkan pelaku bisnis yang saling berhubungan, yaitu:
1. Business to Business (B2B). Hubungan bisnis antar perusahaan. Sistem ini biayanya relatif murah, tetapi nilai transaksinya tinggi, yang diperkirakan mencapai US $1.330,9 Milyar pada tahun 2003 (Efraim Turban, 2000). Alat yang digunakan pun sangat sederhana, yaitu e-Mail. 

B2B sebenarnya bukan hal baru karena sebelumnya telah dikembangkan mekanisme 

Elektronic Data Interchange (EDI) untuk melakukan transaksi dengan format standar X12 yang dikembangkan oleh Accredited Standards Commitee dan American National Standards Institute serta standar Electronic Data Interchange for Administration Commerce and Transport yang dikembangkan oleh United Nations Economic Commision Eropa. Beberapa waktu terakhir ini, telah dikembangkan format baru yang disebut Extensible Markup Language (XML) yang dikembangkan oleh World Wide Web Consurtium (W3C).

2. Business to Customer (B2C). Hubungan bisnis antara perusahaan dengan konsumen dapat dibentuk melalui sistem B2C. Namun sistem ini membutuhkan biaya yang relatif tinggi, karena alat yang dibutuhkan berupa Web interaktif, sedangkan nilai transaksinya tergolong rendah. Contoh kegiatan B2C adalah toko buku Amazon (http:/ / www.Amazon.com) dan produsen kaos gaul Dagadu (http:/ / www.dagadu. Co.id/), Infokomputer (http:/ / www.infokomputer.com), Sopping 2000 (http:/ / www.shopping). E-Busniss jenis ini perlu memperhatikan beberapa hal seperti segmentasi pelanggan, cara promosi yang efektif baik secara on-line melalui halaman Web maupun secara off-line melalui media-media konvensional, jenis produknya, proses dan produk transaksi yang harus ditempuh dan tingkat pelayanan yang dapat diberikan termasuk layanan pengiriman produk barang.

3. Customer to Customer (C2C). Hubungan bisnis antar perorangan konsumen; sistem ini juga membutuhkan biaya yang relatif tinggi, karena alat yang dibutuhkan berupa WEB interaktif, sedangkan nilai transaksinya rendah.

4. Customer to Business (C2B). Hubungan bisnis antara perorangan dengan perusahaan; sistem ini juga membutuhkan biaya yang relatif tinggi karena alat yang dibutuhkan berupa WEB interaktif untuk memperoleh kepercayaan dari perusahaan, namun nilai transaksi dari model ini rendah.

5. Business to Government (B2G). Hubungan bisnis antara perusahaan dengan pemerintah; sistem ini biayanya relatif murah karena hanya membutuhkan e-mail, namun transaksinya tinggi.


Manfaat e-Business
Ada banyak manfaat yang dapt dipetik baik oleh organisasi, konsumen dan masyarakat pada umumnya. Baik manfaat secara struktur maupun efektifitas dalam menjangkau pasar. Adapun rincian manfaat e-Business adalah sebagai berikut:

Bagi Perusahaan atau Pebisnis Perorangan
a. Memperpendek jarak. Perusahaan atau pebisnis perorangan dapat lebih mendekatkan diri dengan konsumen di mana jarak secara fisik dapat diatasi; dengan hanya mengklik situs yang dibangun. Sementara itu birokrasi antara pimpinan perusahaan dan konsumen dapat dipersingkat, di mana konsumen dapat langsung mengirimkan pesan dan melakukan tawar-menawar langsung melalui e-mail.

b. Perluasan pasar. Jangkauan pasar dapat menjadi luas dibandingkan dengan sistem bisnis tradisional yang ”terbatas” oleh lokasi.

c. Perluasan jaringan mitra kerja. Selain perluasan pasar, perusahaan dapat juga melakukan perluasan jaringan mitra kerja. Secara tradisional, sangat sulit bagi sebuah perusahaan untuk mengetahui nama dan alamat perusahaan di kota atau negeri seberang yang kemungkinan bersedia untuk diajak kerjasama. Bagaimanapun juga, mitra kerja sangat penting artinya untuk memberi jaminan layanan konsultasi, pemberian garansi hingga layanan purna jual, apalagi mengingat kondisi di mana high trust society belum terbentuk. Selain itu, jenis produk tertentu membutuhkan layanan garansi, seperti barang elektronik, komputer, dan lain sebagainya.

d. Biaya terkendali. Perusahaan tidak perlu hadir secara fisik di berbagai kota dan penjuru dunia, namun dapat melakukan tran-saksi dengan konsumen dari berbagai lokasi. Melalui jaringan kerja antar perusahaan pendukung yang dibangun dengan baik apabila dengan fasilitas Internet, maka konsep Just In Time dapat diterapkan. Perusahaan tidak perlu memiliki gudang persediaan barang, karena pengambilan barang dari pemasok dilakukan berdasarkan pesanan konsumen. Melalui sistem ini, biaya komunikasi juga dapat ditekan serendah mungkin.

e. Efisien. Melalui pola paperless, di mana distribusi data dan informasi dilakukan secara elektronik, maka akan ada penghematan dari segi waktu karena ada integrasi dengan database yang ada di komputer pusat. Waktu pengiriman, biaya kertas, dan perangko pun dapat dihemat.

f. Cash flow terjamin. Dengan sistem e-Business, cash flow perusahaan akan terjamin karena perusahaan akan menerima pembayaran terlabih dahulu sebelum mengirim barang yang dipesan konsumen. Dengan pola seperti ini, modal yang dibutuhkan relatif lebih kecil.

g. Manfaat lainnya antara lain meningkatkan citra perusahaan, meningkatkan layanan konsumen, menyederhanakan proses, meningkatkan produktivitas, mempermudah akses informasi, mengurangi biaya transportasi, dan meningkatkan fleksibilitas.

Bagi Konsumen
a. Efektif. Konsumen dapat memperoleh informasi dan bertransaksi setiap saat dengan akurat, cepat dan murah.

b. Biaya terkendali. Biaya transport menuju lokasi untuk memilih barang, perbandingan harga dengan penjual lain dan transaksi dapat ditekan serendah mungkin, karena semua proses dapat dilakukan dari balik meja dan hanya menekan klik mouse.

c. Aman secara fisik. Para konsumen akan merasa aman dalam melakukan transaksi dengan jumlah uang yang sangat besar, dibandingkan pada pasar tradisional. 

Risiko pencopetan atau perampasan sangat kecil, meskipun ada risiko software yang akhir-akhir ini merebak, yaitu pencurian nomor kartu kredit dan pembobol sistem (hacker).

d. Harga murah. Oleh karena perusahaan dapat menekan biaya pemasaran dan meraih manfaat dari penerapan Just In Time, konsumen kemungkinan mendapatkan harga produk lebih murah.

e. Fleksibel. Konsumen dapat melakukan transaksi dari berbagai tempat dengan berbagai kondisi, seperti dari rumah, kantor, perpustakaan, warnet, atau tempat-tempat lainnya. Konsumen juga tidak perlu mengkondisikan dirinya untuk berpakaian dan berpenampilan rapi sebagaimana berbelanja pada pasar konvensional.

Bagi masyarakat pada umumnya.
Lahirnya era e-Business membuka peluang kerja baru dengan pola kerja dan permodalan yang baru. Oleh karena e-Business tidak akan menggantikan sepenuhnya sistem bisnis tradisional, maka era ini memberi harapan bagi ketersediaan lapangan kerja. e-Business akan menjadi wahana kompetisi antar perusahaan atau usaha perorangan yang mengglobal, sehingga masyarakat dapat menikmati produk-produk berkualitas standar dengan harga kompetitif.

Bagi Dunia Akademis.
a. Lahirnya era e-Business memberi tantangan baru bagi dunia akademis untuk mempersiapkan SDM yang memahami dan menguasai bidang tersebut.

b. Para peneliti ditantang untuk melakukan analisis terhadap pergeseran pola bisnis, konsumsi dan transaksi dalam usaha menemukan kesepahaman baru dan pengembangan teori dan konsep baru.

c. Sistem e-Business juga membuka kerangka baru dalam penjualan jasa pendidikan, di samping teknologi Internet yang memungkinkan dilakukannya akses materi pendidikan dari jarak jauh. Dari perkembangan itu, dunia akademis ditantang untuk menemukan pola pendidikan jarak jauh yang bermutu.


Ilusi Sekarang atau Realitas Masa Depan
Meskipun model e-Business ini memiliki daya pikat yang sangat besar, namun masih ada sejumlah tantangan dan keterbatasan yang harus diatasi. Hambatan e-Business di Indonesia antara lain meliputi:
1. Belum terbentuknya high trust society. Perubahan budaya dari pola belanja konvensional yang memungkinkan orang untuk memegang dan mencoba barang yang akan dibeli menjadi hanya melihat katalog produk, ternyata membutuhkan suatu perjalanan waktu. Mengubah budaya tidak semudah membalik telapak tangan. Terlebih lagi, etika bisnis yang sehat belum cukup tersosialisasi dengan baik. Sementara itu, cyberlaw juga belum juga jelas baik isi, apalagi penerapannya, sehingga konsumen banyak yang hati-hati. Kadang-kadang karena terlalu hati-hati, maka kepercayaan konsumen kepada penjual menjadi sangat rendah.

2. Pada umumnya harga produk tidak dapat ditawar lagi. Tidak seperti transaksi di pasar tradisional, di mana kesepakatan harga dilakukan melalui proses tawar menawar.

3. Sarana pra sarana masih belum memadai. Saluran telekomunikasi publik masih menggunakan jaringan yang lama dan untuk perbaikan jaringan atau pembangunan jaringan baru tidak cukup dana. Sementara itu, sarana teknologi komputer masih tergolong barang mewah, sehingga kepemilikannya masih sangat terbatas. Meskipun dapat ditempuh dengan memanfaatkan warnet, tetapi hal itu berarti ada biaya tambahan di luar harga produk.

4. Masih sangat sedikit SDM yang memahami dan menguasai dengan baik dan benar konsep dan implementasi teknologi informasi dan penerapannya dalam dunia bisnis. Namun sebaliknya, usaha dan ketertarikan dari SDM untuk memahami teknologi masih tergolong rendah.

5. Layanan pendukung utama seperti jasa pos masih membutuhkan pembenahan dan peningkatan, supaya jeda waktu dari terjadinya transaksi hingga diperolehnya barang oleh konsumen tidak terlalu lama. Jika barang tersebut merupakan bahan baku untuk proses produksi, maka jeda waktu yang singkat akan memperlancar proses produksi.

6. Adanya tindak kejahatan penyalahgunaan kartu kredit, sehingga masyarakat mengalami phobia terhadap mekanisme e-Business yang menyertakan nomor kartu kredit dalam formulir transaksi.

7. Belum lagi masalah perbedaan platform yang digunakan di dalam perusahaan. Perbedaan platform ini dapat meliputi pola atau format pencatatan dan laporan, prosedur, sistem waktu, dan lain sebagainya.

8. Penjualan dan pembeli masih menunggu sistem e-Business stabil sebelum mereka memanfaatkannya secara optimal. Para penjual juga masih mencoba untuk menguasai medan bisnis lewat Internet.

9. e-Business masih dipandang sebelah mata sebagai sistem yang sulit dioperasikan dan belum ada aturan yang jelas dari pemerintah.

10. Perubahan pola konsumen dari konsumen yang cenderung pasif dan menunggu informasi atau promosi dari para pembicara menjadi konsumen yang aktif dalam mencari informasi sebelum melakukan transaksi.

11. Etika dan moralitas masih belum mendapat tempat yang tepat, sehingga sistem e-Business dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk melakukan pelanggaran etika dan moralitas, seperti menjajakan situs pornografi.


Langkah-Langkah Bisnis dengan Sistem e-Business
Bagaimana berbisnis dengan fasilitas e-Business ? Secara umum dapat dilakukan dalam tiga langkah sebagai berikut:
a. Perusahaan mempublikasikan halaman Web tentang produk-produknya kepada masyarakat. Halaman Web tersebut diharapkan memiliki tampilan yang menarik dan memiliki nilai seni. Di samping itu, penawaran produk sebaiknya dilengkapi dengan keterangan tentang spesifikasi, gambar, suara, atau bahkan animasi.

b. Calon pembeli dapat memilih produk dan mengisi formulir transaksi elektronik dengan mencantumkan nomor kartu kreditnya.

c. Setelah proses pembayaran selesai dilakukan, maka barang akan dikirim melalui jasa pos atau jasa pengiriman barang lainnya.


Transaksi e-Business
Proses transaksi dalam e-Business hampir mirip dengan proses transaksi pada pasar tradisional. Secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pemilihan produk yang dilakukan melalui katalog produk yang telah disediakan pada situs tersebut.
b. Inisialisasi pembelian. Pada tahap ini pembeli melakukan pengisian form yang telah disediakan dan ditampilkan pada layar monitor lengkap dengan model pembayaran yang diinginkan. Sedang penjual akan mengidentifikasi jenis dan jumlah produk yang diinginkan serta total biayanya.
c. Permintaan otorisasi. Pada tahap ini, penjual meminta otorisasi dari bank yang mengeluarkan kartu kredit atau uang digital milik pembeli.
d. Otorisasi. Pada tahap ini, bank yang bersangkutan melakukan otorisasi lewat proses identifikasi dan pengecekan seperlunya.
e. Permintaan pelunasan. Setelah dinyatakan benar, maka penjual akan meminta bank yang bersangkutan untuk melakukan pelunasan senilai total biaya transaksi tersebut terlebih dahulu.
f. Pengiriman barang. Setelah dilakukan pelunasan, barulah penjual mengirimkan barang kepada pembeli melalui jasa kurir, jasa paket atau jasa pos.


Proses dari enam tahap di atas dilakukan dalam waktu yang sangat singkat, karena dilakukan secara on-line lewat Internet. Proses yang membutuhkan waktu terjadi pada proses pengiriman barang, karena dilakukan secara konvensional melalui jalan darat, air, atau udara.

Jika ditinjau dari bentuk alat bayarnya, maka dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis, yaitu:
1). Sistem uang digital (anonymous), proses yang ditempuh adalah pembeli harus menukarkan uang digital dahulu di bank. Pembeli menggunakan uang digital untuk transaksi. Transaksi tidak membutuhkan otorisasi dari bank. Penjual mengirim uang digital ke bank dan bank akan mengkonversi dalam bentuk uang ke rekening penjual, baru kemudian barang dikirimkan.

2) Cek Elektronik. Seperti cek pada umumnya, tetapi cek elektronik ini diamankan dengan menggunakan kriptografi kunci publik dan mungkin layak untuk beberapa pembayaran kecil (Turban, 2000).

Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
  1. Konsumen melakukan pengecekan rekening dengan sebuah bank.
  2. Konsumen melakukan kontak dengan penjual, membeli produk atau layanan dan mengirim e-Mail yang berisi cek dengan dilengkapi dengan sebuah tanda tangan digital.
  3. Toko atau penjual akan menyimpan cek dalam rekeningnya, kemudian melalui bank uang diperoleh dengan cara mendebet rekening konsumen dan dimasukkan ke dalam rekening toko atau penjual.

3). Kredit Card Elektronik. Dapat digunakan baik dengan form yang dienkripsi maupun tanpa enkripsi. Data dihubungkan dengan kartu-kartu yang dienkripsi yang memiliki kode, sehingga hanya mereka yang memiliki kunci untuk mengkodekan yang dapat mengambil kembali data tersebut (Turban, 2001). Pembayaran menggunakan kartu kredit yang tidak dienkripsi. Dalam metode ini, pembeli mengirim e-Mail yang berisi nomor kartu kreditnya kepada penjual di Internet. Risiko dari metode ini adalah bila para hacker memperoleh dan membaca nomor kartu kredit tersebut. Pembayaran menggunakan kartu kredit yang dienkripsi. Dalam proses ini digunakan enkripsi kunci privat dan kunci publik, rincian kartu kredit dapat di-enkrip untuk lebih amannya. Hal ini dapat dikerjakan secara sederhana dengan menggynakan protokol SSL di dalam komputer pembeli, yang sesuai dengan standar browser yang digunakan.

4). Electronic Funds Transfer; adalah mentransfer uang lewat institusi keuangan menggunakan jaringan telekomunikasi, termasuk juga penggunaan Anjungan Tunai Mandiri (ATM).

Subscribe to receive free email updates: