BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dalam
kehidupannya, manusia tidak akan pernah bisa lepas untuk mencari
nilai-nilai kebenaran yang sebenarnya karena kesehariannya manusia
dihadapkan berbagai macam persoalan yang membutuhkan penyelesaian.
Dengan perkembangan iptek yang pesat ini persoalan hidup menjadi lebih
kompleks dan manusia pun semakin sulit mengatasi persoalan hidupnya. Di
saat kita manusia tidak bisa menyelesaikan atau mengatasi persoalan
hidup. Kita pasti lebih memilih lari dari masalah tersebut dan
melakukan hal-hal yang menyimpang seperti minuman-minuman keras,
narkoba, dll. Dan bahkan tidak sedikit dari mereka yang melakukan bunuh
diri gara-gara tidak bisa mengatasi persoalan kehidupan.
Di
sinilah iman dan taqwa itu mengambil perannya sebagai jalan keluar
atau solusi untuk menyelesaikan masalah kehidupan itu tersebut. Ketika
seseorang telah bisa memahami dan menerapkan konsep dari iman dan taqwa
tersebut kedalam kehidupannya maka ia dapat mengatasi permasalahan
hidupnya. Jadi iman dan taqwa itu sangat penting bagi manusia khususnya
bagi kita pemeluk agama islam, agar mendekatkan kita kepada Allah SWT.
Dan menjadi hamba yang beriman dan bertaqwa. Dengan begitu konsep iman
dan taqwa itu perlu untuk dikaji.
1.2 Rumusan Masalah
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
Latar belakang masalah yang dikemukakan diatas maka dapat dirumuskan
permasalahan dari judul makalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian iman dan taqwa dan hubungan antara keduannya ?
2. Apa tanda dan wujud iman dan takwa tersebut ?
3. Bagaimana cara menerapkan konsep iman dan taqwa di kehidupan sehari-hari ?
4. Apa peran iman dan taqwa dalam menjawab problema kehidupan modern ?
1.2 Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan
disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas makalah agama islam
dan menjawab pertanyaan yang ada pada rumusan masalah.
Manfaat
penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan penulisan
dan pembaca tentang konsep iman dan taqwa, cara mengimplementasikannya
ke kehidupan sehari-hari serta mengetahui bahwa imtaq dapat menjawab
problema kehidupan kita di masa yang modern ini
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Iman dan Taqwa
2.1.1 Pengertian Iman
Kata
iman juga berasal dari kata kerja amina-yu'manu – amanan yang berarti
percaya. Oleh karena itu iman berarti percaya menunjuk sikap batin yang
terletak dalam hati.
Iman
menurut bahasa adalah percaya atau yakin, keimanan berarti kepercayaan
atau keyakinan. Dengan demikian, rukun iman adalah dasar, inti, atau
pokok – pokok kepercayaan yang harus diyakini oleh setiap pemeluk agama
Islam.
Secara
sempurna pengertiannya adalah membenarkan (mempercayai) Allah dan
segala apa yang datang dari pada-Nya sebagai wahyu melalui
rasul-rasul-Nya dengan kalbu, mengikrarkan dengan lisan dan mengerjakan
dengan perbuatan.
Dalam surat al-Baqarah 165, dikatakan bahwa orang yang beriman adalah orang yang amat sangat cinta kepada Allah (asyaddu hubban lillah). Oleh karena itu, beriman kepada Allah berarti sangat rindu terhadap ajaran Allah. Oleh karena itu beriman kepada Allah berarti amat sangat menaati ajaran Allah yaitu Al-Quran dan sunnah rasul.
Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah Atthabrani, iman
didefinisikan dengan keyakinan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan
diwujudkan dengan amal perbuatan (al-Imaanu 'aqdun bil qalbi waiqraarun billisaani wa'amalun bil arkaan)
Istilah
iman dalam al-qur'an selalu dirangkaikan dengan kata lain yang
memberikan corak dan warna tentang suatu yang diimani, seperti dalam
surat an-Nisa': 51 yang dikaitkan dengan jibti (kebatinan/Idealisme)
dan thaghut (realita/nasionalisme). Sedangkan dalam surat al-Ankabut:
52 dikaitkan dengan kata bathil, yaitu wallaziina aamanuu bil baathili.
Bathil berarti tidak benar menurut Allah.Sementara dalam surat
al-Baqarah: 4 iman dirangkaikan dengan kata ajaran yang diturunkan oleh
Allah.
Dengan
demikian, kata iman yang tidak dikaitkan dengan kata Allah atau ajaran
nya, dikatakan sebagai iman haq, sedangkan yang dikaitkan dengan
selainnya dinamakan iman bathil.
Keimanan
adalah perbuatan yang bila diibaratkan pohon, mempunyai pokok dan
cabang. Bukankah sering kita baca atau dengar sabda Rasullah saw. Yang
kita jadikan kata-kata mutiara, misalnya malu adalah sebagian dari
iman, kebersihan sebagian dari iman, cinta bangsa dan Negara sebagian
dari iman, bersikap ramah sebagian dari iman, menyingkirkan duri atau
yang lainnya yang dapat membuat orang sengsara dan menderita, itu juga
sebagian dari iman. Diantara cabang - cabang keimanan yang paling pokok
adalah keimanan kepada Allah SWT.
2.1.2 Pengertian Takwa
Taqwa
berasal dari kata waqa, yaqi , wiqayah, yang berarti takut, menjaga,
memelihara dan melindungi.Sesuai dengan makna etimologis tersebut, maka
taqwa dapat diartikan sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam
pengamalan ajaran agama Islam secara utuh dan konsisten ( istiqomah ).
Seorang
muslim yang bertaqwa pasti selalu berusaha melaksanakan perintah
Tuhannya dan menjauhi segala laranganNya dalam kehidupan ini.
Karakteristik orang – orang yang bertaqwa, secara umum dapat dikelompokkan kedalam lima kategori atau indicator ketaqwaan.
A. Iman
kepada Allah, para malaikat, kitab – kitab dan para nabi. Dengan kata
lain, instrument ketaqwaan yang pertama ini dapat dikatakan dengan
memelihara fitrah iman.
B. Mengeluarkan
harta yang dikasihnya kepada kerabat, anak yatim, orang – orang
miskin, orang – orang yang terputus di perjalanan, orang – orang yang
meminta – minta dana, orang – orang yang tidak memiliki kemampuan untuk
memenuhi kewajiban memerdekakan hamba sahaya. Indikator taqwa yang
kedua ini, dapat disingkat dengan mencintai sesama umat manusia yang
diwujudkan melalui kesanggupan mengorbankan harta.
C. Mendirikan solat dan menunaikan zakat, atau dengan kata lain, memelihara ibadah formal.
D. Menepati janji, yang dalam pengertian lain adalah memelihara kehormatan diri.
E. Sabar disaat kepayahan, kesusahan dan diwaktu perang, atau dengan kata lain memiliki semangat perjuangan.
2.2 Wujud Iman dan Taqwa
Akidah Islam dalam al-Quran disebut iman.Seseorang
dinyatakan beriman bukan hanya percaya terhadap sesuatu, melainkan
mendorongnya untuk mengucapkan dan melakukan sesuatu sesuai
keyakinannya.Oleh karena itu lapangan iman sangat luas.
Akidah
Islam atau iman mengikat seorang muslim, sehingga ia terikat dengan
aturan hukum yang datang dari Islam. Oleh karena itu menjadi seorang
muslim berarti meyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diatur
dalam ajaran Islam.
Menjaga
mata, telinga, pikiran, hati dan perbuatan dari hal-hal yang dilarang
agama, merupakan salah satu bentuk wujud seorang muslim yang bertaqwa.
Karena taqwa adalah sebaik–baik bekal yang harus kita peroleh dalam
mengarungi kehidupan dunia
2.3 TANDA-TANDA ORANG YANG BERIMAN DAN BERTAQWA
2.3.1 Tanda-tanda Orang Beriman
1. Al-qur'an menjelaskan tanda-tanda orang yang beriman sebagai berikut:
2. Jika disebut nama Allah, hatinya akan bergetar dan berusaha ilmu Allah tidak lepas dari syaraf memorinya (al-anfal : 2)
3. Senantiasa tawakal, yaitu bekeja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah. (Ali imran : 120, Al maidah: 12, al-anfal : 2, at-taubah: 52, Ibrahim:11)
4. Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu melaksanakn perintah-Nya. (al-anfal: 3, Al-mu'minun: 2, 7)
5. Menafkahkan rizki yang diterima dijalan Allah. (al-anfal: 3, Al-mukminun: 2, 7)
6. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan. (Al-mukminun: 3, 5)
7. Memelihara amanah dan menepati janji. (Al-mukminun: 6)
8. Berjihad di jalan Allah dan Suka menolong. (al-Anfal : 74)
9. Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin. (an-nur: 62)
2.3.1 ciri-ciri orang yag bertaqwa kepada swt :
1. Teguh dalam keyakinan dan bijaksana dalam pelaksanaannya
2. Tampak wibawanya karena seuma aktivitas hidupnya dilandasi kebenaran dan kejujuran
3. Menonjol rasa puasnya dalam perolehan rezeki sesuai dengan usaha dan kemampuannya
4. Senantiasa bersih dan berhias walaupun miskin
5. selalu cermat dalam perencanaan dan bergaya hidup sederhana walaupun kaya
6. Murah hati dan murah tangan
7. Tidak menghabiskan waktu dalam perbuatan yang tidak bermanfaat
8. Tidak berkeliaran dengan membawa fitnah
9. Disiplin dalam tugasnya
10. Tinggi dedikasinya
11. Terpelihara identitas muslimnya (setiap perbuatannya berorientasi kepada terciptanya kemaslahatan/kemanfaatan masyarakat)
12. Tidak pernah menuntut yang bukan haknya serta tidak menahan hak orang lain
13. Kalau
ditegur orang segera intropeksi. Kalau ternyata teguran tersebut benar
maka dia menyesal dan mohon ampun kepada Allah swt. serta minta maaf
kepada orang yang tertimpa oleh kesalahannya itu
14. Kalau
dimaki orang dia tersenyum simpul sambil mengucapkan: "Kalau makian
anda benar saya bermohon semoga Allah swt. mengampuniku. Kalau teguran
anda ternyata salah, saya bermohon agar Allah mengampunimu.
2.4 KETERKAITAN IMAN DAN TAQWA
Pada
prinsipnya, iman adalah syarat sedangkan taqwa adalah tujuan.
Kedudukan iman sebagai syarat menunjukkan bahwa kewajiban melaksanakan
ibadah puasa hanya dapat disahuti melalui wadah keimanan ini. Mengingat
bahwa nilai-nilai iman berfluktuasi maka sudah pasti nilai-nilai puasa
juga demikian. Oleh karena itu, melalui wadah iman ini pulalah maka
tujuan dari puasa yaitu menuju jenjang taqwa sangat mudah
direalisasikan. Iman dan taqwa merupakan dua sisi mata uang yang sangat
sulit untuk dipisahkan dan bahkan kedua-duanya saling membutuhkan.
Dengan kata lain, jenjang taqwa tidak akan pernah terwujud bila tidak
diawali dengan keimanan dan keimanan itu sendiri tidak akan memiliki
nilai apa-apa bila tidak sampai ke derjat ketaqwaan.
Perpaduan antara iman dan taqwa ini adalah kemuliaan sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-Qur'an. Oleh karena itu, Al-Qur'an dengan tegas menyebutkan bahwa manusia yang paling mulia di sisi Allah adalah orang-orang yang paling taqwa. Prediket kemuliaan ini sangat ditentukan oleh kualitas taqwa, semakin tinggi tingkat ketaqwaan seseorang maka semakin mulia pula kedudukannya pada pandangan Allah. Perpaduan antara iman dan taqwa ini tidak akan terjadi secara otomatis karena iman memiliki persyaratan untuk menuju nilai kesempurnaannya. Persyaratan ini dapat dilihat melalui aturan-aturan yang diberlakukan kepada iman yaitu memadukan keyakinan dengan perbuatan. Tanpa melakukan perpaduan ini maka iman akan selalu bersifat statis karena berada pada tataran ikrar tidak pada tataran aplikasi. Oleh karena itu, maka kata 'iman' selalu digandeng dalam Al-Qur'an dengan amal shaleh (amanu wa 'amilu alshalihat) supaya keberadaan iman terkesan lebih energik.
Penggandengan kata 'iman' dengan perbuatan baik ini menunjukkan adanya upaya-upaya khusus yang harus dilakukan untuk menjaga keeksisan iman itu sendiri. Perlunya upaya khusus ini karena posisi manusia masih sangat labil jika masih berada pada level iman. Untuk menguatkan posisi ini maka orang-orang yang beriman diperintahkan untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik untuk menuju kestabilan. Adapun yang dimaksud dengan taqwa ialah kemampuan diri menjaga perpaduan ini secara kontiniu sesuai makna dasar dari kata taqwa itu sendiri yaitu 'menjaga'. Dengan demikian, maka sifat taqwa merupakan benteng untuk menjaga aturan-aturan Allah supaya posisi iman tidak lagi berada dalam kelabilan. Kunci sukses yang ditawarkan Al-Qur'an untuk menghindari kelabilan ini ialah dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik.
Dalam Al-Qur'an dijumpai beberapa perintah kepada orang-orang yang beriman agar bertaqwa kepada Allah sebagaimana disebutkan dalam Q.S. al-Baqarah 278, Ali 'Imran 102, al-Maidah 35, al-Taubah 119, al-Ahzab 70, al-Hadid 28 dan al-Hasyr 18. Perintah-perintah ini mengindikasikan bahwa iman belum mencapai kesempurnaannya tanpa mendapatkan nilai taqwa. Berdasarkan hal ini maka orang-orang yang beriman harus cerdas mencari mediator yang cocok untuk dijadikan jembatan menuju taqwa. Al-Qur'an telah memberikan bimbingan kepada orang-orang Mukmin bahwa mediator yang paling efektif untuk memfasilitasi hubungan iman dengan taqwa adalah ibadah
Perpaduan antara iman dan taqwa ini adalah kemuliaan sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-Qur'an. Oleh karena itu, Al-Qur'an dengan tegas menyebutkan bahwa manusia yang paling mulia di sisi Allah adalah orang-orang yang paling taqwa. Prediket kemuliaan ini sangat ditentukan oleh kualitas taqwa, semakin tinggi tingkat ketaqwaan seseorang maka semakin mulia pula kedudukannya pada pandangan Allah. Perpaduan antara iman dan taqwa ini tidak akan terjadi secara otomatis karena iman memiliki persyaratan untuk menuju nilai kesempurnaannya. Persyaratan ini dapat dilihat melalui aturan-aturan yang diberlakukan kepada iman yaitu memadukan keyakinan dengan perbuatan. Tanpa melakukan perpaduan ini maka iman akan selalu bersifat statis karena berada pada tataran ikrar tidak pada tataran aplikasi. Oleh karena itu, maka kata 'iman' selalu digandeng dalam Al-Qur'an dengan amal shaleh (amanu wa 'amilu alshalihat) supaya keberadaan iman terkesan lebih energik.
Penggandengan kata 'iman' dengan perbuatan baik ini menunjukkan adanya upaya-upaya khusus yang harus dilakukan untuk menjaga keeksisan iman itu sendiri. Perlunya upaya khusus ini karena posisi manusia masih sangat labil jika masih berada pada level iman. Untuk menguatkan posisi ini maka orang-orang yang beriman diperintahkan untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik untuk menuju kestabilan. Adapun yang dimaksud dengan taqwa ialah kemampuan diri menjaga perpaduan ini secara kontiniu sesuai makna dasar dari kata taqwa itu sendiri yaitu 'menjaga'. Dengan demikian, maka sifat taqwa merupakan benteng untuk menjaga aturan-aturan Allah supaya posisi iman tidak lagi berada dalam kelabilan. Kunci sukses yang ditawarkan Al-Qur'an untuk menghindari kelabilan ini ialah dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik.
Dalam Al-Qur'an dijumpai beberapa perintah kepada orang-orang yang beriman agar bertaqwa kepada Allah sebagaimana disebutkan dalam Q.S. al-Baqarah 278, Ali 'Imran 102, al-Maidah 35, al-Taubah 119, al-Ahzab 70, al-Hadid 28 dan al-Hasyr 18. Perintah-perintah ini mengindikasikan bahwa iman belum mencapai kesempurnaannya tanpa mendapatkan nilai taqwa. Berdasarkan hal ini maka orang-orang yang beriman harus cerdas mencari mediator yang cocok untuk dijadikan jembatan menuju taqwa. Al-Qur'an telah memberikan bimbingan kepada orang-orang Mukmin bahwa mediator yang paling efektif untuk memfasilitasi hubungan iman dengan taqwa adalah ibadah
2.5 Pengertian dan Rukun Iman
2.5.1 Pengertian & Rukun Iman
Menurut
bahasa iman artinya percaya, sedangkan menurut bahasa di yakini dengan
sepenuh hati, di ucapkan dengan lisan dan di amalkan dengan anggota
badan . orang yang beriman disebut MU'MIN.
Berdasarkan Al-Qur'an dan Al-Hadits rukun iman ada 6, yaitu
1. Iman kepada Allah
Yaitu
percaya sepenuh hati bahwa Allah adalah Rabb Tuhan pencipta alam, Maha
Kuasa, Maha Penyayang dan segala sifat Maha lainnya. Untuk itu kita
wajib beribadah dan meminta pertolongan hanya kepada Allah.
2. Iman kepada Malaikat-malaikat Allah
Malaikat
adalah makhluk Allah yang diciptakan dari nur (cahaya). Malaikat
selalu tunduk dan patuh atas perintah Allah dan tidak pernah sedikitpun
membantahnya. Malaikat merupakan makhluk ghaib, artinya tidak dapat
dilihat dengan panca indera manusia, namun kita wajib iman dan percaya
kepadanya. Jumlah malaikat sangatlah banyak, hingga tak ada yang
mengetahui jumlahnya, kecuali Allah. Diantara nama - nama malikat yang
disebut dalam Al-Qur'an adalah :
3. Iman kepada Kitab-kitab Allah
Allah
menurunkan kitab-kitabNya kepada para Nabi sebagai pedoman umat
manusia untuk hidup didunia agar selamat dunia dan akhirat. Ada 4 kitab
yang Allah turunkan kepada para Nabi, yaitu :
b. Kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa A.S
c. Kitab Zabur diturunkan kepada Nabi Daud AS
d. Kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa AS
e. Kitab Al-Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
4. Iman kepada Nabi & Rasul-rasul Allah
Nabi
adalah orang yang mendapat wahyu hanya untuk dirinya sendiri,
sementara Rasul artinya utusan, Rasul Allah adalah utusan Allah yang
mendapatkan wahyu untuk disampaikan kepada umatnya.
Tugas
utama para rasul adalah menyampaikan dan megajarkan agama Allah kepada
manusia, serta memberikan petunjuk agar tidak tersesat. Nabi dan Rasul
yang wajib kita ketahui ada 25 orang. Yaitu :
Di
antara 25 nabi dan rasul tersebut 5 di antaranya mendapat gelar 'Ulul
Azmi, yaitu para Nabi yang mendapat ujian sangat berat dari Allah,
namun mereka tetap tegar, tabah dan sabar menghadapinya. Mereka adalah
NUH, IBRAHIM, MUSA, ISA dan MUHAMMAD. Atau disingkat NIMIM.
5.Iman kepada Hari akhir
Yaitu
kita harus meyakini dengan sepenuh hati bahwa hari kiamat pasti
terjadi. Namun kapan terjadinya adalah rahasia Allah, semua manusia tak
ada satupun yang mengathuinya bahkan Nabi Muhammad sekalipun tak tahu
kapan akan terjadinya kiamat.
Ketika
beliau SAW. Ditanya oleh Malaikat Jibril tentang hari kiamat, belaiau
tak tahu kapan terjadinya, namun beliau memberikan tanda-tanda kiamat
yang mendahului terjadinya kimat.
Di antara tanda-tadanya adalah :
a. Banyak orang minum-minum keras
b. Banyak terjadi perzinahan
c. Banyak gedung-gedung tinggi
d. Matahari terbit dari barat dan terbenam di timur
e. Keluarnya Ya'juz dan Ma'juz
f. Keluarnya Dajjal
g. Dll.
6.Iman kepada Qodho dan Qodhar
Beriman
kepada Qodho dan qodhar adalah meyakini dengan sepenuh hati bahwa
Allah telah memnentukan dan menetapkan segalanya untuk manusia. Qodho
& Qodar adalah ketetapan Allah bagi makhluk Nya. Ketetapan Allah
kadang berupa hal-hal yang baik dan kadang berupa hal-hal yag buruk.
Maka seorang mu'min akan meyakini dan tunduk pada ketetapan Allah baik
maupun buruknya.
Beriman
kepada qada dan qadar merupakan salah satu rukun iman di mana kita
wajib mengimaninya agar iman kita menjadi sah dan sempurna. Ibnu Abbas
pernah berkata, "Qadar adalah nidzam (aturan) tauhid. Barangsiapa yang
mentauhidkan Allah dan beriman kepada qadar, maka tauhidnya sempurna.
Dan barangsiapa yang mentauhidkan Allah dan mendustakan qadar, maka
dustanya merusakkan tauhidnya" (Majmu' Fataawa Syeikh Al-Islam).
Sebelum
membahas lebih lanjut mengenai iman kepada qada dan qadar, terlebih
dahulu akan dibahas mengenai qada dan qadar itu sendiri. Qada menurut
bahasa berarti hukum, perintah, memberikan, menghendaki, dan
menjadikan. Sedangkan qadar berarti batasan atau menetapkan ukuran.
Secara
etimologi, qada dapat diartikan sebagai pemutusan, perintah, dan
pemberitaan. Imam az-Zuhri berkata, "Qadha secara etimologi memiliki
arti yang banyak. Dan semua pengertian yang berkaitan dengan qadha
kembali kepada makna kesempurnaan…." (An-Nihayat fii Ghariib al-Hadits,
Ibnu Al-Atsir). Sedangkan qadar berasal dari kata qaddara, yuqaddiru,
taqdiiran yang berarti penentuan.
Dari
sudut terminologi, qadha adalah pengetahuan yang lampau, yang telah
ditetapkan oleh Allah SWT pada zaman azali. Adapun qadar adalah
terjadinya suatu ciptaan yang sesuai dengan penetapan (qadha).
Sedangkan arti terminologis qada dan qadar menurut Ar-Ragib ialah :
"Qadar
ialah menentukan batas (ukuran) sebuah rancangan; seperti besar dan
umur alam semesta, lamanya siang dan malam, anatomi dan fisiologi
makhluk nabati dan hewani, dan lain-lain; sedang qada ialah menetapkan
rancangan tersebut."
Atau
secara sederhana, qada dapat diartikan sebagai ketetapan Allah yang
telah ditetapkan tetapi tidak kita ketahui. Sedangkan qadar ialah
ketetapan Allah yang telah terbukti dan diketahui sudah terjadi. Dapat
pula dikatakan bahwa qada adalah ketentuan atau ketetapan, sedangkan
qadar adalah ukuran. Dengan demikian yang dimaksud dengan qada dan
qadar atau takdir adalah ketentuan atau ketetapan Allah menurut ukuran
atau norma tertentu.
Firman Allah mengenai qada dan qadar terdapat dalam surat Al Ahzab ayat 36, yaitu :
Arti
: Dan tidakkah patut bagi laki-laki yang mumin dan tidak (pula) bagi
perempuan yang mumin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan
suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan
mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka
sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.
Selain itu, Allah juga berfirman dalam surat Al Qamar ayat 49, yakni :
Arti : Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.
Beriman kepada qada dan qadar berarti mengimani rukun-rukunnya. Iman kepada qada dan qadar memiliki empat rukun, antara lain :
- Ilmu Allah SWT
Beriman
kepada qada dan qadar berarti harus beriman kepada Ilmu Allah yang
merupakan deretan sifat-sifat-Nya sejak azali. Allah mengetahui segala
sesuatu. Tidak ada makhluk sekecil apa pun di langit dan di bumi ini
yang tidak Dia ketahui. Dia mengetahui seluruh makhluk-Nya sebelum
mereka diciptakan. Dia juga mengetahui kondisi dan hal-hal yang sudah
terjadi maupun yang akan terjadi di masa yang akan datang.
- Penulisan Takdir
Sebagai
mukmin, kita harus percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi, baik di
masa lampau, masa kini, maupun masa yang akan datang, semuanya telah
dicatat dalam Lauh Mahfuzh dan tidak ada sesuatu pun yang terlupakan
oleh-Nya.
- Masyi'atullah (Kehendak Allah) dan Qudrat (Kekuasaan Allah)
Seorang
mukmin yang telah mengimani qada dan qadar harus mengimani masyi`ah
(kehendak Allah) dan kekuasaan-Nya yang menyeluruh. Apapun yang Dia
kehendaki pasti terjadi meskipun manusia tidak menginginkannya. Begitu
pula sebaliknya, apa pun yang tidak dikehendaki pasti tidak akan terjadi
meskipun manusia memohon dan menghendakinya. Hal ini bukan dikarenakan
Allah tidak mampu melainkan karena Allah tidak menghendakinya.
- Pencipta Allah
Ketika
beriman terhadap qada dan qadar, seorang mukmin harus mengimani bahwa
Allah-lah pencipta segala sesuatu, tidak ada Khaliq selain-Nya dan
tidak ada Rabb semesta alam ini selain Dia.
Inilah
empat rukun beriman kepada qada dan qadar yang harus diyakini setiap
muslim. Maka, apabila salah satu di antara empat rukun ini diabaikan
atau didustakan, niscaya kita tidak akan pernah sampai kepada gerbang
keimanan yang sesungguhnya. Sebab, mendustakan rukun-rukun tersebut
berarti merusak bangunan iman terhadap qada dan qadar dan ketika
bangunan iman itu rusak, maka hal tersebut juga akan menimbulkan
kerusakan pada bangunan tauhid itu sendiri.
Ada empat macam takdir, antara lain :
- Takdir Umum (Takdir Azali)
Takdir mengenai segala sesuatu yang ditetapkan sebelum penciptaan langit, bumi, dan seluruh isinya.
- Takdir Umuri
Takdir
yang diberlakukan atas manusia pada masa awal penciptaannya dan
bersifat umum. Meliputi rizki, ajal, kebahagiaan, dan kesengsaraan.
- Takdir Samawi
Takdir yang dicatat pada malam Lailatul Qadar setiap tahun.
- Takdir Yaumi
Takdir
yang dikhususkan untuk semua peristiwa yang akan terjadi dalam satu
hari, mulai dari penciptaan, rizki, menghidupkan, mematikan, mengampuni
dosa, menghilangkan kesusahan, dan sebagainya.
Allah berfirman dalam surat Ar Rad ayat 11 :
Arti
: Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah
Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga
mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila
Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang
dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain
Dia.
Dari
pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa akidah Islam yang terangkum
dalam Rukun Iman merupakan landasan bagi setiap umat Islam dalam
mempelajari dan mengimplementasikan agama Islam dalam kehidupan
sehari-hari. Selain itu, penerapan akidah yang baik dan benar dapat
mendatangkan manfaat bagi kita, misalnya memberikan ketenteraman jiwa,
mewujudkan kehidupan yang baik, melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen
serta dapat meningkatkan ketaqwaan kita terhadap Allah SWT.
2.6 Implementasi Konsep Iman Dan Takwa Dalam Kehidupan Sehari-Hari
Iman
sangat penting dalam kehidupan manusia. Tanpa iman, ibadah yang
dilakukanakan sia-sia, bahkan amal yang dilakukan tidak akan sampai
kepada Allah SWT, sepertiyang dijelaskan dalam Al-Qur'an surat An-Nabia ayat 94, yang artinya
"Barang
siapa yang megerjakan amal sholeh, sedang ia beriman, maka usahanya
tak akan terabaikan. Dan sesungguhnya Kami menuliskan amalan itu
untuknya"
Keimanan
dan ketaqwaan yang dianugerahkan Allah SWT untuk kaumnya haruslah
disyukuri dan diperkuat dengan cara meningkatkan ibadah amal, misalnya
disamping
menjalankan ibadah wajib (sholat, zakat, puasa), juga menjalankan ibadah sunnah,misalnya dengan membayar infaq dan sedekah.
Berikut penerapan iman dan taqwa dalam kehidupan sehari-hari, sebagai berikut:
A. Menjalankan keenam rukun iman.
B. Menaati perintah Allah dan beramal sholeh untuk mendapatkan ridhlo Allah
C. Membersihkan diri dari hal-hal yang diharamkan (menghindari keharaman)
D. Ringan tangan atau saling membantu sesama manusia.
E. Menjaga aurat pada dirinya sesuai dengan ajaran agama.Ada sebuah hadist yang menyatakan,bahwa Rosulullah SAW bersabda:
"Barang siapa bisa menjamin diantara kedua mulut (bibir)nya (bibir atas dan bawah),niscaya aku akan menjadi surganya".
F. Menjaga amanah dan menepati janji. Sebagai orang yang beriman dan bertaqwa haruslah bisa menjaga amanah yang diberikan kepada dirinya dan berusahalah untuk selalu menepati janji selagi masih mampu.
G. Menjaga
sholat wajib. Menjaga sholat dalam kehidupan sehari-hari bukan
persoalan yang mudah. Menjaga sholat ini berarti orang tersebut bisa
menjaga waktunya, dia selalu sholat tepat waktu dan tidak menunda-nunda
sholatnya. Disamping sholat tepat waktu orang tersebut juga menjaga
cara dan bacaannya dengan benar sesuai dengan tuntunan yang diajarkan
oleh Rasulullah SAW. Disamping itu juga harus bisa menjaga efek positif
dari sholat, yaitu dengan benar-benar menghayati dan melaksanakan apa
yang telah dibaca dalam melaksanakan sholat.
H. Selalu siap untuk menghadapi kematian sebagaimana dari rukun iman.
Penerapan
iman dan taqwa dalam kehidupan di atas, memang telah dilakukan oleh
sebagian anak muda. Namun,sebagian darinya masih juga kurang sepenuhnya
menerapkan iman dan taqwanya
dalam kehidupan sehari-hari. Banyak masalah yang muncul akibat kurang
kokohnya iman dan taqwa yang tertanam dalam diri masing-masing
individu. Ada beberapa faktor penyebab munculnya masalah berkurangnya
kekuatan iman dan taqwa dalam diri, sebagai berikut:
A. Tidak mengenal siapa Allah SWT.
B. Lalai dan memalingkan diri dari rambu-rambu agama.
Tidak memperhatikan ayat-ayat Allah dan hukum-hukumNya, baik yang bersifat kauni maupun syar'i.Sesungguhnya kelalaian dan sikap tidak mau tahu semacam itu pasti akan membuat hati menjadi sakit atau bahkan mati karena belitan syubhat dan jeratan syahwat yang merasuki hati dan sekujur tubuhnya.
C. Berbuat atau mengutarakan ucapan maksiat.
Oleh
karena itulah iman akan turun,melemah dan surut sebanding dengan
tingkatan maksiat, jenisnya, kondisi hati orang yang melakukannya serta
kekuatan faktor pendorongnya. Iman akan banyak sekali berkurang dan
menjadi sangat lemah apabila seorang hamba terjerumus dalam dosa besar,
jauh lebih parah dan lebih mengenaskan daripada apabila dia
terjerembab dalam dosa kecil. Berkurangnya keimanan karena kejahatan
membunuh tentu lebih besar daripada akibat mengambil harta orang.
Sebagaimana iman akan lebih banyak berkurang dan lebih lemah karena
dua buah maksiat daripada akibat melakukan satu maksiat. Demikianlah
seterusnya. Oleh sebab itulah orang miskin yang sombong dan orang tua bangka yang berzina dosanya lebih besar daripada
dosa orang kaya yang sombong dan perbuatan zina seorang yang masih
muda. Hal itu sebagaimana dikisahkan di dalam hadits,
Ada tiga golongan orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah dan tidak akan diperhatikan oleh-Nya pada hari kiamat´.Dan di antara mereka itu adalah orang tua beruban yang berzina dan orang miskin yang sombong.
D. Meninggalkan ketaatan, baik berupa keyakinan, ucapan, maupun amalan fisik.
Sebab
iman akan semakin banyak berkurang apabila ketaatan yang ditinggalkan
juga semakin besar. Apabila nilai suatu ketaatan semakin penting dan
semakin prinsip maka meninggalkannya pun akan mengakibatkan penyusutan
dan keruntuhan iman yang
semakin besar dan mengerikan. Bahkan terkadang dengan
meninggalkannya bisa membuat pelakunya kehilangan iman secara total,
sebagaimana orang yang meninggalkan shalat sama sekali. Perlu
diperhatikan pula bahwa meninggalkan ketaatan itu terbagi menjadi dua.
Pertama, ada yang menyebabkan hukuman atausiksa yaitu apabila yang
ditinggalkan adalah berupa kewajiban dan tidak ada alasan yang hak
untuk meninggalkannya. Kedua, sesuatu yang tidak akan mendatangkan
hukuman dan siksa karena meninggalkannya, seperti : meninggalkan
kewajiban karena udzur syar'i (berdasarkan ketentuan agama) atau hissi
(berdasarkan sebab yang terindera), atau tidak melakukan amal yang
hukumnya mustahab/sunnah.Contoh untuk orang yang meninggalkan kewajiban
karena udzur syar'i atau hissi adalah perempuan yang tidak shalat
karena haidh. Sedangkan contoh orang yang meninggalkan amal
mustahab/sunnah adalah orang yang tidak mengerjakan shalat Dhuha
BAB III
PERMASALAHAN
Di
kehidupan yang sangat modern ini perkembangan iptek sangat pesat
tetapi walau perkembangan iptek ini sudah maju, permasalahan hidup
manusia bukan lebih sedikit atau lebih mudah tapi malah menjadi lebih
kompleks dan ragam permasalahannya pun bertambah banyak. Terdapat
beberapa contoh problem dalam kehidupan modern di antara :
1. perekonomian
2. Putus asa
3. Kegelisahan atau bimbang
4. kekecewaan
5. dll
Permasalah di kehidupan dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) jenis faktor, yakni antara lain :
1. Faktor Ekonomi : Kemiskinan, pengangguran, dll.
2. Faktor Budaya : Perceraian, kenakalan remaja, dll.
3. Faktor Psikologis : Penyakit syaraf, aliran sesat, dll.
1. Faktor Ekonomi : Kemiskinan, pengangguran, dll.
2. Faktor Budaya : Perceraian, kenakalan remaja, dll.
3. Faktor Psikologis : Penyakit syaraf, aliran sesat, dll.
1. Faktor
Ekonomi, faktor ini merupakan faktor terbesar terjadinya masalah
sosial. Apalagi setelah terjadinya krisis global PHK mulai terjadi di
mana-mana dan bisa memicu tindak kriminal karena orang sudah sulit
mencari pekerjaan. Inilah yang menimbulkan masalah keputusasaan
2. Faktor
Budaya, Kenakalan remaja menjadi masalah sosial yang sampai saat ini
sulit dihilangkan karena remaja sekarang suka mencoba hal-hal baru yang
berdampak negatif seperti narkoba.
3. Faktor
Psikologis, Aliran sesat sudah banyak terjadi di Indonesia dan
meresahkan masyarakat itu semua karena kegelisahan dan kebimbangannya
di jiwa mereka.
PEMBAHASAN
Peran Iman dan Takwa dalam Menjawab Problema dan Tantangan Kehidupan Modern
Dalam kaitan ini, iman dan taqwa yang dapat berperan menyelesaikan problema dan tantangan kehidupan modern tersebut.
Peran Iman dan Takwa dalam Menjawab Problema dan Tantangan Kehidupan Modern
Pengaruh
iman terhadap kehidupan manusia sangat besar. Berikut ini dikemukakan
beberapa pokok manfaat dan pengaruh iman pada kehidupan manusia:
a. Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda
Orang
yang beriman hanya percaya pada kekuatan dan kekuasaan Allah. Kalau
Allah hendak memberikan pertolongan, maka tidak ada satu kekuatanpun
yang dapat mencegahnya. Sebaliknya,jika Allah hendak menimpakan
bencana, maka tidak ada satu kekuatanpun yang sanggup menahan dan
mencegahnya. Kepercayaan dan keyakinan demikian menghilangkan sifat
mendewa-dewakan manusia yang kebetulan sedang memegang kekuasaan,
menghilangkan kepercayaan pada kesaktian benda-benda keramat, mengikis
kepercayaan pada khufarat, takhyul, jampi-jampi dan sebagainya.
Pegangan orang yang beriman adalah firman Allah surat Al Fatihah ayat
1-7
b. Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut
Takut
menghadapi maut menyebabkan manusia menjadi pengecut. Banyak diantara
manusia yang tidak berani mengemukakan kebenaran, karena takut
menghadapi resiko. Orang yang beriman yakin sepenuhnya bahwa kematian
di tangan Allah. Pegangan orang beriman mengenai soal hidup dan mati
adalah firman Allah:
Dimana
saja kamu berada, kematian akan datang mendapatkan kamu kendatipun
kamu di benteng yang tinggi lagi kokoh.( An Nisa 4: 78)
c. Iman menanamkan sikap self help dalam kehidupan
Rezeki
memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Banyak orang yang
melepaskan pendirian bahkan tidak segan-segan melepaskan
prinsip,menjual kehormatan,bermuka dua,menjilat dan memperbudak diri
karena kepentingan materi. Pegangan orang beriman dalam hal ini adalah
firman Allah:
Dan
tidak ada satu binatang melatapun dibumi melainkan Allah-lah yang
memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang dan
tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (lauhul
mahfud) (Hud, 11:6)
d. Iman memberikan kententraman jiwa
Acapkali
manusia dilanda resah dan duka cita, serta digoncang oleh keraguan dan
kebimbangan. Orang yang beriman mempunyai keseimbangan , hatinya
tentram(mutmainah), dan jiwanya tenang(sakinah), seperti dijelaskan
firman Allah:
…..(yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan
mengingat Allah. Ingatlah,hanya dengan mengingat Allah hati menjadi
tentram (Ar-Ra'd,13:28)
e. Iman mewujudkan kehidupan yang baik (hayatan tayyibah)
Kehidupan
manusia yang baik adalah kehidupan orang yang selalu melakukan
kebaikan dan mengerjakan perbuatan yang baik. Hal ini dijelaskan dalam
firman Allah :
Barang
siapa yang mengerjakan amal shaleh baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada
mereka dengan pahal yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan. (An
Nahl, 16:97)
f. Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen
Iman
memberi pengaruh pada seseorang untuk selalu berbuat ikhlas, tanpa
pamrih , kecuali keridaan Allah. Orang yang beriman senantiasa
konsekuen dengan apa yang telah diikrarkannya, baik dengan lidahnya
maupun dengan hatinya. Ia senantiasa berfirman pada firman Allah:
Katakanlah : Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (Al-An'aam, 6:162)
g. Iman memberikan keberuntungan
Orang
yang beriman selalu berjalan pada arah yang benar karena Allah
membimbing dan mengarahkan pada tujuan hidup yang hakiki. Dengan
demikian orang yang beriman adalah orang yang beruntung dalam hidupnya.
Hal ini sesuai dengan firman Allah:
Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung. (Al-Baqarah, 2:5)
h. Iman mencegah penyakit
Ahlak, tingkah laku, perbuatan fisik seorang mukmin, atau fungsi biologis tubuh manusia mukmin dipengaruhi oleh iman.
Jika
seseorang jauh dari prinsip-prinsip iman, tidak mengacuhkan azas moral
dan ahlak, merobek-robek nilai kemanusiaan dalam setiap perbuatannya,
tidak pernah ingat kepada Allah, maka orang yang seperti ini hidupnya
akan dikuasai oleh kepanikan dan ketakutan.
Hal
itu akan menyebabkan tingginya hormon adrenalin dan persenyawaan kimia
lainnya. Selanjutnya akan menimbulkan pengaruh yang negatif terhadap
biologi tubuh serta lapisan otak bagian atas. Hilangnya keseimbangan
hormon dan kimiawi akan mengakibatkan terganggunya kelancaran proses
metabolisme zat dalam tubuh manusia. Pada waktu itulah timbullah gejala
penyakit, rasa sedih, dan ketegangan psikologis, serta hidupnya selalu
dibayangi oleh kematian.
Demikianlah
pengaruh dan manfaat iman pada kehidupan manusia, ia bukan hanya
sekedar kepercayaan yang berada dalam hati, tetapi menjadi kekuatan
yang mendorong dan membentuk sikap perilaku hidup. Apabila suatu
masyarakat terdiri dari orang-orang yang beriman, maka akan terbentuk
masyarakat yang aman, tentram, damai, dan sejahtera
BAB IV
KESIMPULAN
Agama
islam bukanlah hambatan untuk perkembangan iptek tapi justru agama
islam bisa lebih mengembangkan dan memperbaiki iptek itu. Dan dengan
adanya agama islam permasalahan-permasalahan yang muncul seiring dengan
perkembangan iptek ini dapat diatasi atau diselesaikan. Dengan cara
tetap menerapkan konsep iman dan taqwa tersebut dalam kehidupan kita,
dengan begiu kemajuan iptek tidak membuat kemerosotan moral pada diri
manusia.
Dengan
adanya hubungan yang dinamis antara agama dan modernitas, maka
diperlukan upaya untuk menyeimbangkan pemahaman orang terhadap agama
dan modernitas. Pemahaman orang terhadap agama akan melahirkan sikap
keimananan dan ketaqwaan (Imtaq), sedang penguasaan orang terhadap ilmu
pengetahuan dan teknologi (Iptek) di era modernisasi dan
industrialisasi mutlak diperlukan. Dengan demikian sesungguhnya yang
diperlukan di era modern ini tidak lain adalah penguasaan terhadap
Imtaq dan Iptek sekaligus. Salah satu usaha untuk merealisasikan
pemahaman Imtaq dan penguasaan Iptek sekaligus adalah melalui jalur
pendidikan. Dalam konteks inilah pendidikan sebagai sebuah sistem harus
didesain sedemikian rupa guna memproduk manusia yang seutuhnya. Yakni
manusia yang tidak hanya menguasai Iptek melainkan juga mampu memahami
ajaran agama sekaligus mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
BAB V
SARAN
Pada
dasarnya dalam kehidupan modern, kita sebagai manusia tidak bisa
terlepas dari iman dan taqwa. Karena dengan kita beriman dan bertaqwa,
kita dapat mencegah dan menyelamatkan diri dari hal-hal yang
menyesatkan atau dari segala sesuatu yang tidak baik. Selain itu, kita
juga dapat menentukan apakah modernisasi tersebut dianggap sebagai
suatu kemajuan atau tidak, dipandang bermanfaat atau tidak, diperlukan
atau sebaliknya perlu dihindari.