BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dalam
 kehidupannya, manusia tidak akan pernah bisa lepas untuk  mencari 
nilai-nilai kebenaran yang sebenarnya karena kesehariannya manusia  
dihadapkan berbagai macam persoalan yang membutuhkan penyelesaian. 
Dengan perkembangan  iptek yang pesat ini persoalan hidup menjadi lebih 
kompleks dan manusia pun semakin  sulit mengatasi persoalan hidupnya. Di
 saat kita manusia tidak bisa  menyelesaikan atau mengatasi persoalan 
hidup. Kita pasti lebih memilih lari  dari masalah tersebut dan 
melakukan hal-hal yang menyimpang seperti  minuman-minuman keras, 
narkoba, dll. Dan bahkan tidak sedikit dari mereka yang  melakukan bunuh
 diri gara-gara tidak bisa mengatasi persoalan kehidupan.
Di
 sinilah iman dan taqwa itu mengambil perannya sebagai jalan keluar  
atau solusi untuk menyelesaikan masalah kehidupan itu tersebut. Ketika  
seseorang telah bisa memahami dan menerapkan konsep dari iman dan taqwa 
 tersebut kedalam kehidupannya maka ia dapat mengatasi permasalahan 
hidupnya.  Jadi iman dan taqwa itu sangat penting bagi manusia khususnya
 bagi kita pemeluk  agama islam, agar mendekatkan kita kepada Allah SWT.
 Dan menjadi hamba yang  beriman dan bertaqwa. Dengan begitu konsep iman
 dan taqwa itu perlu untuk  dikaji. 
1.2 Rumusan Masalah
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
 Latar belakang masalah yang dikemukakan diatas maka dapat  dirumuskan 
permasalahan dari judul makalah sebagai berikut :
1.      Apa pengertian iman dan taqwa dan hubungan  antara keduannya ?
2.      Apa tanda dan wujud iman dan takwa tersebut ?  
3.      Bagaimana cara menerapkan konsep iman dan  taqwa di kehidupan sehari-hari ?
4.      Apa peran iman dan taqwa dalam menjawab problema  kehidupan modern ?
1.2 Tujuan dan Manfaat Penulisan 
Tujuan
  disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas makalah agama islam
 dan  menjawab pertanyaan yang ada pada rumusan masalah.
Manfaat
  penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan penulisan 
dan  pembaca tentang konsep iman dan taqwa, cara mengimplementasikannya 
ke kehidupan  sehari-hari serta mengetahui bahwa imtaq dapat menjawab 
problema kehidupan kita  di masa yang modern ini 
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Iman dan Taqwa
2.1.1 Pengertian Iman
Kata
 iman juga  berasal dari kata kerja amina-yu'manu – amanan yang berarti 
percaya. Oleh  karena itu iman berarti percaya menunjuk sikap batin yang
 terletak dalam hati. 
Iman
 menurut bahasa  adalah percaya atau yakin, keimanan berarti kepercayaan
 atau keyakinan. Dengan  demikian, rukun iman adalah dasar, inti, atau 
pokok – pokok kepercayaan yang  harus diyakini oleh setiap pemeluk agama
 Islam.
Secara
 sempurna pengertiannya adalah  membenarkan (mempercayai) Allah dan 
segala apa yang  datang dari pada-Nya  sebagai wahyu melalui 
rasul-rasul-Nya dengan kalbu, mengikrarkan dengan lisan  dan mengerjakan
 dengan perbuatan.
Dalam surat  al-Baqarah 165, dikatakan bahwa orang yang beriman adalah orang yang amat  sangat cinta kepada Allah (asyaddu hubban  lillah). Oleh karena itu, beriman kepada Allah berarti sangat rindu  terhadap ajaran Allah. Oleh karena itu beriman kepada  Allah berarti amat sangat menaati ajaran Allah yaitu  Al-Quran dan sunnah rasul.
            
  Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah Atthabrani, iman 
didefinisikan  dengan keyakinan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan
 diwujudkan dengan  amal perbuatan (al-Imaanu 'aqdun bil  qalbi waiqraarun billisaani wa'amalun bil arkaan)
Istilah
 iman dalam  al-qur'an selalu dirangkaikan dengan kata lain yang 
memberikan corak dan warna  tentang suatu yang diimani, seperti dalam 
surat an-Nisa': 51 yang dikaitkan  dengan jibti (kebatinan/Idealisme) 
dan thaghut (realita/nasionalisme).  Sedangkan dalam surat al-Ankabut: 
52 dikaitkan dengan kata bathil, yaitu wallaziina aamanuu bil baathili.
 Bathil  berarti tidak benar menurut Allah.Sementara dalam surat 
al-Baqarah: 4 iman  dirangkaikan dengan kata ajaran yang diturunkan oleh
 Allah. 
Dengan
 demikian, kata  iman yang tidak dikaitkan dengan kata Allah atau ajaran
 nya, dikatakan sebagai  iman haq, sedangkan yang dikaitkan dengan 
selainnya dinamakan iman bathil.
Keimanan
 adalah perbuatan yang bila diibaratkan  pohon, mempunyai pokok dan 
cabang. Bukankah sering kita baca atau dengar sabda  Rasullah saw. Yang 
kita jadikan kata-kata mutiara, misalnya malu adalah  sebagian dari 
iman, kebersihan sebagian dari iman, cinta bangsa dan Negara  sebagian 
dari iman, bersikap ramah sebagian dari iman, menyingkirkan duri atau  
yang lainnya yang dapat membuat orang sengsara dan menderita, itu juga 
sebagian  dari iman. Diantara cabang - cabang keimanan yang paling pokok
 adalah keimanan  kepada Allah SWT.
2.1.2 Pengertian  Takwa
Taqwa
 berasal dari  kata waqa, yaqi , wiqayah, yang berarti takut, menjaga, 
memelihara dan  melindungi.Sesuai dengan makna etimologis tersebut, maka
 taqwa dapat diartikan  sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam 
pengamalan ajaran agama Islam  secara utuh dan konsisten ( istiqomah ). 
Seorang
 muslim yang bertaqwa pasti selalu  berusaha melaksanakan perintah 
Tuhannya dan menjauhi segala laranganNya dalam  kehidupan ini.
Karakteristik orang – orang yang bertaqwa,  secara umum dapat dikelompokkan kedalam lima kategori atau indicator ketaqwaan.
A.     Iman
 kepada Allah, para  malaikat, kitab – kitab dan para nabi. Dengan kata 
lain, instrument ketaqwaan  yang pertama ini dapat dikatakan dengan 
memelihara fitrah iman.
B.      Mengeluarkan
 harta yang  dikasihnya kepada kerabat, anak yatim, orang – orang 
miskin, orang – orang yang  terputus di perjalanan, orang – orang yang 
meminta – minta dana, orang – orang  yang tidak memiliki kemampuan untuk
 memenuhi kewajiban memerdekakan hamba  sahaya. Indikator taqwa yang 
kedua ini, dapat disingkat dengan mencintai sesama  umat manusia yang 
diwujudkan melalui kesanggupan mengorbankan harta.
C.      Mendirikan solat dan  menunaikan zakat, atau dengan kata lain, memelihara ibadah formal.
D.     Menepati janji, yang dalam  pengertian lain adalah memelihara kehormatan diri.
E.      Sabar disaat kepayahan,  kesusahan dan diwaktu perang, atau dengan kata lain memiliki semangat  perjuangan.
2.2 Wujud Iman dan Taqwa
Akidah Islam dalam al-Quran disebut iman.Seseorang
 dinyatakan  beriman bukan hanya percaya terhadap sesuatu, melainkan 
mendorongnya untuk  mengucapkan dan melakukan sesuatu sesuai 
keyakinannya.Oleh karena itu lapangan iman sangat luas.
Akidah
 Islam atau iman mengikat seorang  muslim, sehingga ia terikat dengan 
aturan hukum yang datang dari Islam. Oleh  karena itu menjadi seorang 
muslim berarti meyakini dan melaksanakan segala  sesuatu yang diatur 
dalam ajaran Islam.
Menjaga
 mata, telinga, pikiran, hati dan  perbuatan dari hal-hal yang dilarang 
agama, merupakan salah satu bentuk wujud  seorang muslim yang bertaqwa. 
Karena taqwa adalah sebaik–baik bekal yang harus  kita peroleh dalam 
mengarungi kehidupan dunia
2.3 TANDA-TANDA ORANG YANG BERIMAN DAN BERTAQWA
2.3.1 Tanda-tanda Orang Beriman
1.       Al-qur'an menjelaskan  tanda-tanda orang yang beriman sebagai berikut: 
2.      Jika disebut nama Allah, hatinya akan bergetar dan berusaha ilmu Allah  tidak lepas dari syaraf memorinya (al-anfal  : 2)
3.      Senantiasa tawakal, yaitu bekeja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah. (Ali imran : 120, Al maidah: 12, al-anfal :  2, at-taubah: 52, Ibrahim:11)
4.      Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu melaksanakn perintah-Nya. (al-anfal: 3, Al-mu'minun: 2, 7)
5.      Menafkahkan rizki yang diterima dijalan Allah. (al-anfal: 3, Al-mukminun: 2, 7)
6.      Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan. (Al-mukminun: 3, 5)
7.      Memelihara amanah dan menepati janji. (Al-mukminun:  6)
8.      Berjihad di jalan Allah dan Suka menolong. (al-Anfal : 74)
9.      Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin. (an-nur: 62)
2.3.1 ciri-ciri orang yag bertaqwa  kepada swt :
1.       Teguh dalam keyakinan dan  bijaksana dalam pelaksanaannya
2.       Tampak wibawanya karena seuma  aktivitas hidupnya dilandasi kebenaran dan kejujuran
3.       Menonjol rasa puasnya dalam  perolehan rezeki sesuai dengan usaha dan kemampuannya
4.       Senantiasa bersih dan berhias  walaupun miskin
5.       selalu cermat dalam  perencanaan dan bergaya hidup sederhana walaupun kaya
6.       Murah hati dan murah tangan
7.       Tidak menghabiskan waktu dalam  perbuatan yang tidak bermanfaat
8.       Tidak berkeliaran dengan  membawa fitnah
9.       Disiplin dalam tugasnya
10.  Tinggi dedikasinya
11.  Terpelihara identitas muslimnya (setiap perbuatannya berorientasi kepada  terciptanya kemaslahatan/kemanfaatan masyarakat)
12.  Tidak pernah menuntut yang bukan haknya serta tidak menahan hak orang lain
13.  Kalau
 ditegur orang segera intropeksi. Kalau ternyata teguran tersebut  benar
 maka dia menyesal dan mohon ampun kepada Allah swt. serta minta maaf  
kepada orang yang tertimpa oleh kesalahannya itu
14.  Kalau
 dimaki orang dia tersenyum  simpul sambil mengucapkan: "Kalau  makian 
anda benar saya bermohon semoga Allah swt. mengampuniku. Kalau teguran  
anda ternyata salah, saya bermohon agar Allah mengampunimu.
2.4 KETERKAITAN IMAN DAN TAQWA
Pada
 prinsipnya, iman adalah syarat sedangkan taqwa adalah tujuan.  
Kedudukan iman sebagai syarat menunjukkan bahwa kewajiban melaksanakan 
ibadah  puasa hanya dapat disahuti melalui wadah keimanan ini. Mengingat
 bahwa  nilai-nilai iman berfluktuasi maka sudah pasti nilai-nilai puasa
 juga demikian.  Oleh karena itu, melalui wadah iman ini pulalah maka 
tujuan dari puasa yaitu  menuju jenjang taqwa sangat mudah 
direalisasikan. Iman dan taqwa merupakan dua  sisi mata uang yang sangat
 sulit untuk dipisahkan dan bahkan kedua-duanya  saling membutuhkan. 
Dengan kata lain, jenjang taqwa tidak akan pernah terwujud  bila tidak 
diawali dengan keimanan dan keimanan itu sendiri tidak akan memiliki  
nilai apa-apa bila tidak sampai ke derjat ketaqwaan.
  
Perpaduan antara iman dan taqwa ini adalah kemuliaan sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-Qur'an. Oleh karena itu, Al-Qur'an dengan tegas menyebutkan bahwa manusia yang paling mulia di sisi Allah adalah orang-orang yang paling taqwa. Prediket kemuliaan ini sangat ditentukan oleh kualitas taqwa, semakin tinggi tingkat ketaqwaan seseorang maka semakin mulia pula kedudukannya pada pandangan Allah. Perpaduan antara iman dan taqwa ini tidak akan terjadi secara otomatis karena iman memiliki persyaratan untuk menuju nilai kesempurnaannya. Persyaratan ini dapat dilihat melalui aturan-aturan yang diberlakukan kepada iman yaitu memadukan keyakinan dengan perbuatan. Tanpa melakukan perpaduan ini maka iman akan selalu bersifat statis karena berada pada tataran ikrar tidak pada tataran aplikasi. Oleh karena itu, maka kata 'iman' selalu digandeng dalam Al-Qur'an dengan amal shaleh (amanu wa 'amilu alshalihat) supaya keberadaan iman terkesan lebih energik.
  
Penggandengan kata 'iman' dengan perbuatan baik ini menunjukkan adanya upaya-upaya khusus yang harus dilakukan untuk menjaga keeksisan iman itu sendiri. Perlunya upaya khusus ini karena posisi manusia masih sangat labil jika masih berada pada level iman. Untuk menguatkan posisi ini maka orang-orang yang beriman diperintahkan untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik untuk menuju kestabilan. Adapun yang dimaksud dengan taqwa ialah kemampuan diri menjaga perpaduan ini secara kontiniu sesuai makna dasar dari kata taqwa itu sendiri yaitu 'menjaga'. Dengan demikian, maka sifat taqwa merupakan benteng untuk menjaga aturan-aturan Allah supaya posisi iman tidak lagi berada dalam kelabilan. Kunci sukses yang ditawarkan Al-Qur'an untuk menghindari kelabilan ini ialah dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik.
  
Dalam Al-Qur'an dijumpai beberapa perintah kepada orang-orang yang beriman agar bertaqwa kepada Allah sebagaimana disebutkan dalam Q.S. al-Baqarah 278, Ali 'Imran 102, al-Maidah 35, al-Taubah 119, al-Ahzab 70, al-Hadid 28 dan al-Hasyr 18. Perintah-perintah ini mengindikasikan bahwa iman belum mencapai kesempurnaannya tanpa mendapatkan nilai taqwa. Berdasarkan hal ini maka orang-orang yang beriman harus cerdas mencari mediator yang cocok untuk dijadikan jembatan menuju taqwa. Al-Qur'an telah memberikan bimbingan kepada orang-orang Mukmin bahwa mediator yang paling efektif untuk memfasilitasi hubungan iman dengan taqwa adalah ibadah
Perpaduan antara iman dan taqwa ini adalah kemuliaan sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-Qur'an. Oleh karena itu, Al-Qur'an dengan tegas menyebutkan bahwa manusia yang paling mulia di sisi Allah adalah orang-orang yang paling taqwa. Prediket kemuliaan ini sangat ditentukan oleh kualitas taqwa, semakin tinggi tingkat ketaqwaan seseorang maka semakin mulia pula kedudukannya pada pandangan Allah. Perpaduan antara iman dan taqwa ini tidak akan terjadi secara otomatis karena iman memiliki persyaratan untuk menuju nilai kesempurnaannya. Persyaratan ini dapat dilihat melalui aturan-aturan yang diberlakukan kepada iman yaitu memadukan keyakinan dengan perbuatan. Tanpa melakukan perpaduan ini maka iman akan selalu bersifat statis karena berada pada tataran ikrar tidak pada tataran aplikasi. Oleh karena itu, maka kata 'iman' selalu digandeng dalam Al-Qur'an dengan amal shaleh (amanu wa 'amilu alshalihat) supaya keberadaan iman terkesan lebih energik.
Penggandengan kata 'iman' dengan perbuatan baik ini menunjukkan adanya upaya-upaya khusus yang harus dilakukan untuk menjaga keeksisan iman itu sendiri. Perlunya upaya khusus ini karena posisi manusia masih sangat labil jika masih berada pada level iman. Untuk menguatkan posisi ini maka orang-orang yang beriman diperintahkan untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik untuk menuju kestabilan. Adapun yang dimaksud dengan taqwa ialah kemampuan diri menjaga perpaduan ini secara kontiniu sesuai makna dasar dari kata taqwa itu sendiri yaitu 'menjaga'. Dengan demikian, maka sifat taqwa merupakan benteng untuk menjaga aturan-aturan Allah supaya posisi iman tidak lagi berada dalam kelabilan. Kunci sukses yang ditawarkan Al-Qur'an untuk menghindari kelabilan ini ialah dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik.
Dalam Al-Qur'an dijumpai beberapa perintah kepada orang-orang yang beriman agar bertaqwa kepada Allah sebagaimana disebutkan dalam Q.S. al-Baqarah 278, Ali 'Imran 102, al-Maidah 35, al-Taubah 119, al-Ahzab 70, al-Hadid 28 dan al-Hasyr 18. Perintah-perintah ini mengindikasikan bahwa iman belum mencapai kesempurnaannya tanpa mendapatkan nilai taqwa. Berdasarkan hal ini maka orang-orang yang beriman harus cerdas mencari mediator yang cocok untuk dijadikan jembatan menuju taqwa. Al-Qur'an telah memberikan bimbingan kepada orang-orang Mukmin bahwa mediator yang paling efektif untuk memfasilitasi hubungan iman dengan taqwa adalah ibadah
2.5 Pengertian dan Rukun Iman
2.5.1 Pengertian & Rukun Iman 
Menurut
 bahasa iman artinya  percaya, sedangkan menurut bahasa di yakini dengan
 sepenuh hati, di ucapkan  dengan lisan dan di amalkan dengan anggota 
badan . orang yang beriman disebut MU'MIN.
Berdasarkan Al-Qur'an dan Al-Hadits rukun iman ada 6, yaitu
1. Iman kepada Allah 
Yaitu
 percaya sepenuh hati bahwa  Allah adalah Rabb Tuhan pencipta alam, Maha
 Kuasa, Maha Penyayang dan segala  sifat Maha lainnya. Untuk itu kita 
wajib beribadah dan meminta pertolongan  hanya kepada Allah.
2. Iman kepada Malaikat-malaikat Allah 
Malaikat
 adalah makhluk Allah yang  diciptakan dari nur (cahaya). Malaikat 
selalu tunduk dan patuh atas perintah  Allah dan tidak pernah sedikitpun
 membantahnya. Malaikat merupakan makhluk  ghaib, artinya tidak dapat 
dilihat dengan panca indera manusia, namun kita  wajib iman dan percaya 
kepadanya. Jumlah malaikat sangatlah banyak, hingga tak  ada yang 
mengetahui jumlahnya, kecuali Allah. Diantara nama - nama malikat yang  
disebut dalam Al-Qur'an adalah :
3. Iman kepada Kitab-kitab Allah 
Allah
 menurunkan kitab-kitabNya  kepada para Nabi sebagai pedoman umat 
manusia untuk hidup didunia agar selamat  dunia dan akhirat. Ada 4 kitab
 yang Allah turunkan kepada para Nabi, yaitu :
b.      Kitab Taurat diturunkan  kepada Nabi Musa A.S
c.      Kitab Zabur diturunkan kepada  Nabi Daud AS
d.      Kitab Injil diturunkan kepada  Nabi Isa AS
e.      Kitab Al-Qur'an diturunkan  kepada Nabi Muhammad SAW.
4. Iman kepada Nabi & Rasul-rasul Allah 
Nabi
 adalah orang yang mendapat  wahyu hanya untuk dirinya sendiri, 
sementara Rasul artinya utusan, Rasul Allah  adalah utusan Allah yang 
mendapatkan wahyu untuk disampaikan kepada umatnya.
Tugas
 utama para  rasul adalah menyampaikan dan megajarkan agama Allah kepada
 manusia, serta  memberikan petunjuk agar tidak tersesat. Nabi dan Rasul
 yang wajib kita ketahui  ada 25 orang. Yaitu :
Di
 antara 25 nabi dan rasul  tersebut 5 di antaranya mendapat gelar 'Ulul 
Azmi, yaitu para Nabi yang  mendapat ujian sangat berat dari Allah, 
namun mereka tetap tegar,  tabah  dan sabar menghadapinya. Mereka adalah
 NUH, IBRAHIM, MUSA, ISA dan MUHAMMAD.  Atau disingkat NIMIM.
5.Iman  kepada Hari akhir 
Yaitu
 kita harus meyakini dengan  sepenuh hati bahwa hari kiamat pasti 
terjadi. Namun kapan terjadinya adalah  rahasia Allah, semua manusia tak
 ada satupun yang mengathuinya bahkan Nabi  Muhammad sekalipun tak tahu 
kapan akan terjadinya kiamat.
Ketika
 beliau SAW. Ditanya oleh  Malaikat Jibril tentang hari kiamat, belaiau 
tak tahu kapan terjadinya, namun  beliau memberikan tanda-tanda kiamat 
yang mendahului terjadinya kimat.
Di antara tanda-tadanya adalah :
a.          Banyak orang minum-minum keras
b.          Banyak terjadi perzinahan
c.          Banyak gedung-gedung tinggi
d.          Matahari terbit dari barat dan terbenam di timur
e.          Keluarnya Ya'juz dan Ma'juz
f.            Keluarnya Dajjal
g.          Dll.
6.Iman  kepada Qodho dan Qodhar 
Beriman
 kepada Qodho dan qodhar  adalah meyakini dengan sepenuh hati bahwa 
Allah telah memnentukan dan  menetapkan segalanya untuk manusia. Qodho 
& Qodar adalah ketetapan Allah  bagi makhluk Nya. Ketetapan Allah 
kadang berupa hal-hal yang baik dan kadang  berupa hal-hal yag buruk. 
Maka seorang mu'min akan meyakini dan tunduk pada  ketetapan Allah baik 
maupun buruknya.
Beriman
 kepada qada dan qadar  merupakan salah satu rukun iman di mana kita 
wajib mengimaninya agar iman kita  menjadi sah dan sempurna.  Ibnu Abbas
 pernah berkata, "Qadar adalah nidzam  (aturan) tauhid. Barangsiapa yang
 mentauhidkan Allah dan beriman kepada qadar,  maka tauhidnya sempurna. 
Dan barangsiapa yang mentauhidkan Allah dan  mendustakan qadar, maka 
dustanya merusakkan tauhidnya" (Majmu' Fataawa Syeikh  Al-Islam).
Sebelum
 membahas lebih lanjut  mengenai iman kepada qada dan qadar, terlebih 
dahulu akan dibahas mengenai qada  dan qadar itu sendiri.  Qada menurut 
bahasa berarti hukum, perintah,  memberikan, menghendaki, dan 
menjadikan.  Sedangkan qadar berarti batasan  atau menetapkan ukuran.
Secara
 etimologi, qada dapat  diartikan sebagai pemutusan, perintah, dan 
pemberitaan.  Imam az-Zuhri  berkata, "Qadha secara etimologi memiliki 
arti yang banyak. Dan semua  pengertian yang berkaitan dengan qadha 
kembali kepada makna kesempurnaan…."  (An-Nihayat fii Ghariib al-Hadits,
 Ibnu Al-Atsir).  Sedangkan qadar  berasal dari kata qaddara, yuqaddiru,
 taqdiiran yang berarti penentuan.
Dari
 sudut terminologi, qadha  adalah pengetahuan yang lampau, yang telah 
ditetapkan oleh Allah SWT pada zaman  azali. Adapun qadar adalah 
terjadinya suatu ciptaan yang sesuai dengan  penetapan (qadha).  
Sedangkan arti terminologis qada dan qadar menurut  Ar-Ragib ialah :
"Qadar
 ialah menentukan batas  (ukuran) sebuah rancangan; seperti besar dan 
umur alam semesta, lamanya siang  dan malam, anatomi dan fisiologi 
makhluk nabati dan hewani, dan lain-lain;  sedang qada ialah menetapkan 
rancangan tersebut."
Atau
 secara sederhana, qada dapat  diartikan sebagai ketetapan Allah yang 
telah ditetapkan tetapi tidak kita  ketahui.  Sedangkan qadar ialah 
ketetapan Allah yang telah terbukti dan  diketahui sudah terjadi.  Dapat
 pula dikatakan bahwa qada adalah ketentuan  atau ketetapan, sedangkan 
qadar adalah ukuran.  Dengan demikian yang  dimaksud dengan qada dan 
qadar atau takdir adalah ketentuan atau ketetapan  Allah menurut ukuran 
atau norma tertentu.
Firman Allah mengenai qada dan qadar terdapat dalam surat Al  Ahzab ayat 36, yaitu :
Arti
 : Dan tidakkah patut bagi laki-laki yang mumin dan tidak  (pula) bagi 
perempuan yang mumin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan  
suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan
  mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka 
sungguhlah dia  telah sesat, sesat yang nyata.
Selain itu, Allah juga berfirman dalam surat Al Qamar ayat 49,  yakni :
Arti : Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut  ukuran.
Beriman kepada qada dan qadar berarti mengimani rukun-rukunnya.   Iman kepada qada dan qadar memiliki empat rukun, antara lain :
- Ilmu Allah SWT
Beriman
 kepada qada dan qadar berarti harus beriman kepada  Ilmu Allah yang 
merupakan deretan sifat-sifat-Nya sejak azali.  Allah  mengetahui segala
 sesuatu.  Tidak ada makhluk sekecil apa pun di langit  dan di bumi ini 
yang tidak Dia ketahui.  Dia mengetahui seluruh  makhluk-Nya sebelum 
mereka diciptakan. Dia juga mengetahui kondisi dan hal-hal  yang sudah 
terjadi maupun yang akan terjadi di masa yang akan datang.
- Penulisan Takdir
Sebagai
 mukmin, kita harus percaya bahwa segala sesuatu yang  terjadi, baik di 
masa lampau, masa kini, maupun masa yang akan datang, semuanya  telah 
dicatat dalam Lauh Mahfuzh dan tidak ada sesuatu pun yang terlupakan  
oleh-Nya.
- Masyi'atullah (Kehendak Allah) dan Qudrat (Kekuasaan Allah)
Seorang
 mukmin yang telah mengimani qada dan qadar harus  mengimani masyi`ah 
(kehendak Allah) dan kekuasaan-Nya yang menyeluruh. Apapun  yang Dia 
kehendaki pasti terjadi meskipun manusia tidak menginginkannya. Begitu  
pula sebaliknya, apa pun yang tidak dikehendaki pasti tidak akan terjadi
  meskipun manusia memohon dan menghendakinya. Hal ini bukan dikarenakan
 Allah  tidak mampu melainkan karena Allah tidak menghendakinya.
- Pencipta Allah
Ketika
 beriman terhadap qada dan qadar, seorang mukmin harus  mengimani bahwa 
Allah-lah pencipta segala sesuatu, tidak ada Khaliq selain-Nya  dan 
tidak ada Rabb semesta alam ini selain Dia.
Inilah
 empat rukun beriman kepada qada dan qadar yang harus  diyakini setiap 
muslim. Maka, apabila salah satu di antara empat rukun ini  diabaikan 
atau didustakan, niscaya kita tidak akan pernah sampai kepada gerbang  
keimanan yang sesungguhnya. Sebab, mendustakan rukun-rukun tersebut 
berarti  merusak bangunan iman terhadap qada dan qadar dan ketika 
bangunan iman itu  rusak, maka hal tersebut juga akan menimbulkan 
kerusakan pada bangunan tauhid  itu sendiri.
Ada empat macam takdir, antara lain :
- Takdir Umum (Takdir Azali)
Takdir mengenai segala sesuatu yang ditetapkan sebelum  penciptaan langit, bumi, dan seluruh isinya.
- Takdir Umuri
Takdir
 yang diberlakukan atas manusia pada masa awal  penciptaannya dan 
bersifat umum. Meliputi rizki, ajal, kebahagiaan, dan  kesengsaraan.
- Takdir Samawi
Takdir yang dicatat pada malam Lailatul Qadar setiap tahun.
- Takdir Yaumi
Takdir
 yang dikhususkan untuk semua peristiwa yang akan  terjadi dalam satu 
hari, mulai dari penciptaan, rizki, menghidupkan, mematikan,  mengampuni
 dosa, menghilangkan kesusahan, dan sebagainya.
Allah berfirman dalam surat Ar Rad ayat 11 :
Arti
 : Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu  mengikutinya 
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas  perintah
 Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga  
mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila 
Allah  menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang 
dapat menolaknya;  dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain 
Dia.
Dari 
pembahasan di atas, dapat  disimpulkan bahwa akidah Islam yang terangkum
 dalam Rukun Iman merupakan landasan  bagi setiap umat Islam dalam 
mempelajari dan mengimplementasikan agama Islam  dalam kehidupan 
sehari-hari.  Selain itu, penerapan akidah yang baik dan  benar dapat 
mendatangkan manfaat bagi kita, misalnya memberikan ketenteraman  jiwa, 
mewujudkan kehidupan yang baik, melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen  
serta dapat meningkatkan ketaqwaan kita terhadap Allah SWT.
2.6 Implementasi Konsep Iman Dan Takwa Dalam Kehidupan Sehari-Hari
            Iman
 sangat penting  dalam kehidupan manusia. Tanpa iman, ibadah yang 
dilakukanakan sia-sia, bahkan  amal yang dilakukan tidak akan sampai 
kepada Allah SWT, sepertiyang dijelaskan dalam Al-Qur'an surat An-Nabia  ayat 94, yang artinya
 "Barang
 siapa yang  megerjakan amal sholeh, sedang ia beriman, maka usahanya 
tak akan terabaikan.  Dan sesungguhnya Kami menuliskan amalan itu 
untuknya"
Keimanan
 dan ketaqwaan yang dianugerahkan Allah SWT untuk kaumnya haruslah  
disyukuri dan diperkuat dengan cara meningkatkan ibadah amal, misalnya  
disamping  
menjalankan ibadah wajib (sholat, zakat, puasa), juga menjalankan ibadah  sunnah,misalnya dengan membayar infaq dan sedekah. 
Berikut penerapan iman dan taqwa dalam kehidupan sehari-hari, sebagai  berikut:
A.    Menjalankan keenam  rukun iman. 
B.     Menaati perintah  Allah dan beramal sholeh untuk mendapatkan ridhlo Allah
C.     Membersihkan diri  dari hal-hal yang diharamkan (menghindari keharaman)
D.    Ringan tangan atau  saling membantu sesama manusia.
E.     Menjaga aurat pada  dirinya sesuai dengan ajaran agama.Ada sebuah hadist yang menyatakan,bahwa  Rosulullah SAW bersabda:
"Barang siapa bisa  menjamin diantara kedua mulut (bibir)nya  (bibir atas dan bawah),niscaya aku akan menjadi surganya".
F.      Menjaga amanah dan menepati janji. Sebagai orang yang beriman dan bertaqwa haruslah bisa menjaga  amanah yang diberikan kepada dirinya dan berusahalah untuk selalu menepati  janji selagi masih mampu.
G.    Menjaga
 sholat wajib.  Menjaga sholat dalam kehidupan sehari-hari bukan 
persoalan yang mudah. Menjaga  sholat ini berarti orang tersebut bisa 
menjaga waktunya, dia selalu sholat  tepat waktu dan tidak menunda-nunda
 sholatnya. Disamping sholat tepat waktu  orang tersebut juga menjaga 
cara dan bacaannya dengan benar sesuai dengan  tuntunan yang diajarkan 
oleh Rasulullah SAW. Disamping itu juga harus bisa  menjaga efek positif
 dari sholat, yaitu dengan benar-benar menghayati dan  melaksanakan apa 
yang telah dibaca dalam melaksanakan sholat.
H.    Selalu siap untuk menghadapi kematian sebagaimana dari rukun iman.
Penerapan
 iman dan taqwa dalam kehidupan di atas,  memang telah dilakukan oleh 
sebagian anak muda. Namun,sebagian darinya masih  juga kurang sepenuhnya
 menerapkan iman dan  taqwanya 
dalam kehidupan sehari-hari. Banyak masalah yang muncul akibat kurang  
kokohnya iman dan taqwa yang tertanam dalam diri masing-masing 
individu.  Ada beberapa faktor penyebab munculnya masalah berkurangnya 
kekuatan iman dan  taqwa dalam diri, sebagai berikut:
A. Tidak mengenal  siapa Allah SWT. 
B. Lalai dan memalingkan diri dari rambu-rambu agama.
Tidak  memperhatikan ayat-ayat Allah dan  hukum-hukumNya, baik yang bersifat kauni maupun syar'i.Sesungguhnya  kelalaian dan sikap tidak mau tahu semacam itu pasti akan membuat hati menjadi sakit atau bahkan mati karena belitan  syubhat dan jeratan syahwat yang merasuki  hati dan sekujur tubuhnya. 
C. Berbuat atau mengutarakan ucapan maksiat.
Oleh
  karena itulah iman akan turun,melemah dan surut sebanding dengan 
tingkatan  maksiat, jenisnya, kondisi hati orang yang melakukannya serta
 kekuatan faktor  pendorongnya. Iman akan banyak sekali berkurang dan 
menjadi sangat lemah  apabila seorang hamba terjerumus dalam dosa besar,
 jauh lebih parah dan  lebih mengenaskan daripada apabila dia 
terjerembab dalam dosa kecil.  Berkurangnya keimanan karena kejahatan 
membunuh tentu lebih besar daripada  akibat mengambil harta orang. 
Sebagaimana iman akan lebih  banyak  berkurang dan lebih lemah karena 
dua buah maksiat daripada  akibat melakukan satu maksiat. Demikianlah 
seterusnya. Oleh sebab itulah orang miskin yang sombong dan orang tua bangka  yang berzina dosanya lebih besar daripada
 dosa orang kaya yang sombong  dan perbuatan zina seorang yang masih 
muda. Hal itu sebagaimana dikisahkan di  dalam hadits,
Ada tiga  golongan orang  yang tidak akan diajak bicara oleh Allah dan  tidak akan diperhatikan oleh-Nya pada hari  kiamat´.Dan di antara mereka itu adalah orang tua beruban yang berzina  dan orang miskin yang sombong. 
D. Meninggalkan ketaatan, baik berupa keyakinan, ucapan, maupun amalan  fisik. 
Sebab
 iman akan semakin banyak  berkurang apabila ketaatan yang ditinggalkan 
juga semakin besar. Apabila nilai  suatu ketaatan semakin penting dan 
semakin prinsip maka meninggalkannya pun  akan mengakibatkan penyusutan 
dan keruntuhan iman yang
 semakin  besar dan mengerikan. Bahkan terkadang dengan 
meninggalkannya bisa membuat  pelakunya kehilangan iman secara total, 
sebagaimana orang yang meninggalkan  shalat sama sekali. Perlu 
diperhatikan pula bahwa meninggalkan ketaatan itu  terbagi menjadi dua. 
Pertama, ada yang menyebabkan hukuman atausiksa yaitu  apabila yang 
ditinggalkan adalah berupa kewajiban dan tidak ada alasan yang hak  
untuk meninggalkannya. Kedua, sesuatu yang tidak akan mendatangkan 
hukuman dan  siksa karena meninggalkannya, seperti : meninggalkan 
kewajiban karena udzur  syar'i (berdasarkan ketentuan agama) atau hissi 
(berdasarkan sebab yang  terindera), atau tidak melakukan amal yang 
hukumnya mustahab/sunnah.Contoh  untuk orang yang meninggalkan kewajiban
 karena udzur syar'i atau hissi adalah  perempuan yang tidak shalat 
karena haidh. Sedangkan contoh orang yang  meninggalkan amal 
mustahab/sunnah adalah orang yang tidak mengerjakan shalat Dhuha
BAB III
PERMASALAHAN
Di
 kehidupan yang sangat modern ini  perkembangan iptek sangat pesat 
tetapi walau perkembangan iptek ini sudah maju,  permasalahan hidup 
manusia bukan lebih sedikit atau lebih mudah tapi malah  menjadi lebih 
kompleks dan ragam permasalahannya pun bertambah banyak. Terdapat  
beberapa contoh problem dalam kehidupan modern di antara :
1.       perekonomian
2.       Putus asa
3.       Kegelisahan atau bimbang 
4.       kekecewaan
5.       dll
Permasalah di kehidupan dapat  dikategorikan menjadi 4 (empat) jenis faktor, yakni antara lain :
1. Faktor Ekonomi : Kemiskinan, pengangguran, dll.
2. Faktor Budaya : Perceraian, kenakalan remaja, dll.
3. Faktor Psikologis : Penyakit syaraf, aliran sesat, dll.
1. Faktor Ekonomi : Kemiskinan, pengangguran, dll.
2. Faktor Budaya : Perceraian, kenakalan remaja, dll.
3. Faktor Psikologis : Penyakit syaraf, aliran sesat, dll.
1.       Faktor
 Ekonomi, faktor ini merupakan faktor terbesar  terjadinya masalah 
sosial. Apalagi setelah terjadinya krisis global PHK mulai  terjadi di 
mana-mana dan bisa memicu tindak kriminal karena orang sudah sulit  
mencari pekerjaan. Inilah yang menimbulkan masalah keputusasaan
2.      Faktor
  Budaya, Kenakalan remaja menjadi masalah sosial yang sampai saat ini 
sulit  dihilangkan karena remaja sekarang suka mencoba hal-hal baru yang
 berdampak  negatif seperti narkoba.
3.       Faktor
 Psikologis, Aliran sesat sudah banyak terjadi  di Indonesia dan 
meresahkan masyarakat itu semua karena kegelisahan dan  kebimbangannya 
di jiwa mereka.
PEMBAHASAN
Peran Iman dan Takwa  dalam Menjawab Problema dan Tantangan Kehidupan Modern
Dalam kaitan ini,  iman dan taqwa yang dapat berperan menyelesaikan problema dan tantangan  kehidupan modern tersebut.
Peran Iman dan Takwa dalam Menjawab Problema dan  Tantangan Kehidupan Modern
Pengaruh
 iman  terhadap kehidupan manusia sangat besar. Berikut ini dikemukakan 
beberapa pokok  manfaat dan pengaruh iman pada kehidupan manusia:
a.      Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan  benda
Orang 
 yang  beriman hanya percaya pada kekuatan dan kekuasaan Allah. Kalau 
Allah hendak  memberikan pertolongan, maka tidak ada satu kekuatanpun 
yang dapat mencegahnya.  Sebaliknya,jika Allah hendak menimpakan 
bencana, maka tidak ada satu kekuatanpun  yang sanggup menahan dan 
mencegahnya. Kepercayaan dan keyakinan demikian  menghilangkan sifat 
mendewa-dewakan manusia yang kebetulan sedang memegang  kekuasaan, 
menghilangkan kepercayaan pada kesaktian benda-benda keramat,  mengikis 
kepercayaan pada khufarat, takhyul, jampi-jampi dan sebagainya.  
Pegangan orang yang beriman adalah firman Allah surat Al Fatihah ayat 
1-7
b.      Iman menanamkan semangat berani menghadapi  maut
Takut
 menghadapi maut  menyebabkan manusia menjadi pengecut. Banyak diantara 
manusia yang tidak berani  mengemukakan kebenaran, karena takut 
menghadapi resiko. Orang yang beriman  yakin sepenuhnya bahwa kematian 
di tangan Allah. Pegangan orang beriman  mengenai soal hidup dan mati 
adalah firman Allah:
Dimana
 saja kamu berada,  kematian akan datang mendapatkan kamu kendatipun 
kamu di benteng yang tinggi  lagi kokoh.( An Nisa 4: 78)
c.       Iman menanamkan sikap self help  dalam kehidupan
Rezeki
 memegang  peranan penting dalam kehidupan manusia. Banyak orang yang 
melepaskan pendirian  bahkan tidak segan-segan melepaskan 
prinsip,menjual kehormatan,bermuka  dua,menjilat dan memperbudak diri 
karena kepentingan materi. Pegangan orang  beriman dalam hal ini adalah 
firman Allah:
Dan
 tidak ada satu  binatang melatapun dibumi melainkan Allah-lah yang 
memberi rezekinya, dan Dia  mengetahui tempat berdiam binatang dan 
tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis  dalam kitab yang nyata (lauhul
 mahfud) (Hud, 11:6)
d.      Iman memberikan kententraman jiwa
Acapkali
 manusia  dilanda resah dan duka cita, serta digoncang oleh keraguan dan
 kebimbangan.  Orang yang beriman mempunyai keseimbangan , hatinya 
tentram(mutmainah), dan  jiwanya tenang(sakinah), seperti dijelaskan 
firman Allah:
…..(yaitu)
 orang-orang yang  beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan 
mengingat Allah. Ingatlah,hanya  dengan mengingat Allah hati menjadi 
tentram (Ar-Ra'd,13:28)
e.       Iman mewujudkan kehidupan yang baik  (hayatan tayyibah)
Kehidupan
 manusia  yang baik adalah kehidupan orang yang selalu melakukan 
kebaikan dan mengerjakan  perbuatan yang baik. Hal ini dijelaskan dalam 
firman Allah :
Barang
 siapa yang  mengerjakan amal shaleh baik laki-laki maupun perempuan 
dalam keadaan beriman,  maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya 
kehidupan yang baik dan  sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada 
mereka dengan pahal yang lebih baik  dari apa yang mereka kerjakan. (An 
Nahl, 16:97)
f.       Iman melahirkan sikap ikhlas dan  konsekuen
Iman
 memberi pengaruh  pada seseorang untuk selalu berbuat ikhlas, tanpa 
pamrih , kecuali keridaan  Allah. Orang yang beriman senantiasa 
konsekuen dengan apa yang telah  diikrarkannya, baik dengan lidahnya 
maupun dengan hatinya. Ia senantiasa  berfirman pada firman Allah:
Katakanlah : Sesungguhnya  shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.  (Al-An'aam, 6:162)
g.      Iman memberikan keberuntungan
Orang
 yang beriman  selalu berjalan pada arah yang benar karena Allah 
membimbing dan mengarahkan  pada tujuan hidup yang hakiki. Dengan 
demikian orang yang beriman adalah orang  yang beruntung dalam hidupnya.
 Hal ini sesuai dengan firman Allah:
Mereka itulah yang  tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang  beruntung. (Al-Baqarah, 2:5)
h.      Iman mencegah penyakit
Ahlak, tingkah laku,  perbuatan fisik seorang mukmin, atau fungsi biologis tubuh manusia mukmin  dipengaruhi oleh iman. 
            Jika
 seseorang jauh  dari prinsip-prinsip iman, tidak mengacuhkan azas moral
 dan ahlak,  merobek-robek nilai kemanusiaan dalam setiap perbuatannya, 
tidak pernah ingat  kepada Allah, maka orang yang seperti ini hidupnya 
akan dikuasai oleh kepanikan  dan ketakutan.
Hal
 itu akan  menyebabkan tingginya hormon adrenalin dan persenyawaan kimia
 lainnya.  Selanjutnya akan menimbulkan pengaruh yang negatif terhadap 
biologi tubuh serta  lapisan otak bagian atas. Hilangnya keseimbangan 
hormon dan kimiawi akan  mengakibatkan terganggunya kelancaran proses 
metabolisme zat dalam tubuh  manusia. Pada waktu itulah timbullah gejala
 penyakit, rasa sedih, dan  ketegangan psikologis, serta hidupnya selalu
 dibayangi oleh kematian.
 Demikianlah
 pengaruh dan manfaat iman  pada kehidupan manusia, ia bukan hanya 
sekedar kepercayaan yang berada dalam  hati, tetapi menjadi kekuatan 
yang mendorong dan membentuk sikap perilaku  hidup. Apabila suatu 
masyarakat terdiri dari orang-orang yang beriman, maka  akan terbentuk 
masyarakat yang aman, tentram, damai, dan sejahtera
BAB IV 
KESIMPULAN
Agama
 islam bukanlah hambatan untuk  perkembangan iptek tapi justru agama 
islam bisa lebih mengembangkan dan  memperbaiki iptek itu. Dan dengan 
adanya agama islam permasalahan-permasalahan  yang muncul seiring dengan
 perkembangan iptek ini dapat diatasi atau  diselesaikan. Dengan cara 
tetap menerapkan konsep iman dan taqwa tersebut dalam  kehidupan kita, 
dengan begiu kemajuan iptek tidak membuat kemerosotan moral  pada diri 
manusia. 
Dengan
 adanya hubungan yang dinamis antara  agama dan modernitas, maka 
diperlukan upaya untuk menyeimbangkan pemahaman  orang terhadap agama 
dan modernitas. Pemahaman orang terhadap agama akan  melahirkan sikap 
keimananan dan ketaqwaan (Imtaq), sedang penguasaan orang  terhadap ilmu
 pengetahuan dan teknologi (Iptek) di era modernisasi dan  
industrialisasi mutlak diperlukan. Dengan demikian sesungguhnya yang 
diperlukan  di era modern ini tidak lain adalah penguasaan terhadap 
Imtaq dan Iptek  sekaligus. Salah satu usaha untuk merealisasikan 
pemahaman Imtaq dan penguasaan  Iptek sekaligus adalah melalui jalur 
pendidikan. Dalam konteks inilah  pendidikan sebagai sebuah sistem harus
 didesain sedemikian rupa guna memproduk  manusia yang seutuhnya. Yakni 
manusia yang tidak hanya menguasai Iptek  melainkan juga mampu memahami 
ajaran agama sekaligus mengimplementasikan dalam  kehidupan sehari-hari.
BAB V  
SARAN
Pada
 dasarnya dalam kehidupan modern, kita  sebagai manusia tidak bisa 
terlepas dari iman dan taqwa. Karena dengan kita  beriman dan bertaqwa, 
kita dapat mencegah dan menyelamatkan diri dari hal-hal  yang 
menyesatkan atau dari segala sesuatu yang tidak baik.  Selain itu,  kita
 juga dapat menentukan apakah modernisasi tersebut dianggap sebagai 
suatu  kemajuan atau tidak, dipandang bermanfaat atau tidak, diperlukan 
atau  sebaliknya perlu dihindari.