PROPOSAL MENGAJUKAN SEMINAR


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum pengajaran bahasa Indonesia pada jenjang pendidikan ditujukan untuk membina dan mengembangkan keterampilan berbahasa Indonesia siswa. Keterampilan tersebut meliputi keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Dengan demikian, output yang diharapkan dimiliki siswa pembelajaran bahasa Indonesia adalah terampil menyimak, berbicara, membaca, dan terampil menulis dalam level komunikasi. Dari keempat keterampilan itu, salah satunya adalah berbicara. Di dalam keterampilan membaca terdapat materi mengenai menanggapi isi ringkasan berita, artikel, dan buku yang disampaikan oleh peserta diskusi, peneliti memfokuskan menanggapi pada isi berita bertema pendidikan, lingkungan, dan budaya pada Koran Harian Kompas.
Selama melaksanakan kegiatan PPL-T, peneliti melihat kemampuan siswa dalam menanggapi isi berita sangat kurang. Ada banyak faktor yang mungkin menyebabkan hal itu, di antaranya siswa kurang tertarik akan materi tersebut. Kekurangtertarikan itu dapat diakibatkan oleh manfaat menanggapi isi berita belum diketahui siswa. Untuk memberikan pengalaman yang berarti bagi siswa dalam mempelajari materi menanggapi isi berita sebaiknya dilakukan dengan model pembelajaran yang tepat, menanggapi dengan baik terhadap isi berita membuat siswa lebih memiliki wawasan luas, dan lebih berani mengungkapkan pendapat serta kritik terhadap isi berita yang dibaca. Menanggapi berarti seseorang itu mengungkapkan ide/gagasan, pendapat, persetujuan, keinginan, penyampaian informasi tentang suatu peristiwa dan lain-lain.
Menanggapi dengan baik terhadap isi berita tentu tidak begitu saja diperoleh siswa. Diperlukan proses belajar dengan model pembelajaran yang tepat. Dewasa ini, ada banyak model pembelajaran, salah satunya model pembelajaran Discussion Starter Story (DSS). Berdasarkan sepengetahuan peneliti, pembelajaran model Discussion Starter Story (DSS) belum pernah digunakan dalam pemahaman isi berita. Oleh karena itu, peneliti mencoba meneliti keefektifan model Discussion Starter Story (DSS) dalam peningkatan kemampuan menanggapi isi berita dengan mengangkat judul “Efektivitas Pembelajaran Model Discussion Starter Story (DSS) Terhadap Kemampuan Menanggapi Isi Berita Koran Harian Kompas oleh Siswa Kelas X SMA Santo Thomas 3 Medan Tahun Pembelajaran 2009/2010”
B. Identifikasi Masalah
Tujuan diterapkan identifikasi masalah adalah agar penelitian yang dilakukan semakin terarah. Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah.
1. Rendahnya hasil belajar bahasa Indonesia pada pembelajaran menanggapi isi berita.
2. Metode pembelajaran yang dilakukan selama ini masih kurang inovatif.
3. Efektifkah model Discussion Starter Story terhadap kemampuan menanggapi isi berita dibandingkan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT).
C. Pembatasan Masalah
Pada identifikasi masalah sudah disebutkan hal-hal yang akan diteliti, tetapi pembatasan masalah masih sangat perlu. Oleh karena itu, penulis membatasi penelitian ini pada seberapa besar peningkatan kemampuan menanggapi isi berita koran harian Kompas siswa kelas X SMA Santo Thomas 3 Medan dengan pembelajaran model Discussion Starter Story (DSS) bila dibandingkan Numbered Head Together (NHT)
D. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Bagaimanakah kemampuan siswa dalam menanggapi isi berita dengan menggunakan model Numbered Head Together (NHT) siswa kelas X SMA Santo Thomas 3 Medan Tahun Pembelajaran 2009/2010?
2. Bagaimanakah kemampuan siswa dalam menaggapi isi berita dengan menggunakan model Discussion Starter Story siswa kelas X SMA Santo Thomas 3 Medan Tahun Pembelajaran 2009/2010?
3. Bagaimanakah keefektivan kemampuan menanggapi isi berita diantara model Discussion Starter Story dengan Numbered Head Together terhadap kemampuan menanggapi isi berita oleh siswa kelas X SMA Santo Thomas 3 Medan Tahun Pembelajaran 2009/2010?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui siswa dalam menanggapi isi berita dengan menggunakan Numbered Head Together (NHT) siswa kelas X SMA Santo Thomas 3 Medan Tahun Pembelajaran 2009/2010.
2. Untuk mengetahui siswa dalam menanggapi isi berita dengan menggunakan model Discussion Starter Story siswa kelas X SMA Santo Thomas 3 Medan Tahun Pembelajaran 2009/2010.
3. Untuk mengetahui keefektivan metode diantara model Discussion Starter Story dengan model Numbered Head Together (NHT) terhadap kemampuan menanggapi isi berita siswa kelas X SMA Santo Thomas 3 Medan Tahun Pembelajaran 2009/2010.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Sebagai bahan informasi kepada calon guru atau guru bidang studi Bahasa Indonesia tentang bagaimana cara menggunakan pembelajaran model Discussion Starter Story.
2. Sebagai penambah wawasan pengetahuan bagi penulis danpembaca tentang permasalahan penelitian ini.
3. Sebagai bahan masukan kepada peneliti lain yang melakukan penelitian yang berhubungan dengan permasalahan penelitian ini.
BAB II
LANDASAN TEORETIS, LANDASAN BERPIKIR DAN
HIPOTESIS PENELITIAN
A. Landasan Teoretis
Dalam kegiatan penelitian, kerangka teoretis memuat sejumlah teori yang berkaitan dengan judul penelitian. Teori-teori tersebut dijadikan sebagai landasan pemikiran dan titik acuan bagi uraian mengenai hal-hal yang diteliti.
1. Hakikat Kemampuan Menanggapi Isi Berita Pada Koran
a. Pengertian Kemampuan
Kemampuan berasal dari kata “mampu”. Dalam bahasa Inggris kemampuan adalah “ability”. Selanjutnya Tarigan (1985:1) mengemukakan:
“Kompetensi atau kemampuan diartikan sebagai pengetahuan yang dipunyai pemakai bahasa tentang bahasanya dan nilai-nilai yang merupakan objek penting. Kemampuan adalah pengetahuan yang dimiliki oleh individu secara tidak sadar, secara diam-diam, secara instrinsik, intuisif dan terbatas.”
Selanjutnya Kamisa (1997:623) menyatakan, “Kemampuan dapat didefinisikan sebagai keterampilan yang memerlukan kesanggupan, kecakapan, kekuatan, kekayaan, dan disertai dengan tingkat latihan yang terus-menerus.”
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan diartikan sebagai kesanggupan atau kecakapan untuk melakukan sesuatu hal berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh individu secara diam-diam, secara instrinsik, intuitif, dan terbatas.
b. Pengertian Menanggapi
Winarso (2005:107) mengatakan, “Dalam melakukan aktivitas sehari-hari, seseorang selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Pengalaman-pengalaman atau peristiwa yang diperolehnya dari lingkungan akan menghasilkan tanggapan yang berbeda-beda terhadap objek yang dilihatnya.”
Menurut Suryabrata (2003:94), “Tanggapan adalah bayangan yang tinggal dalam ingatan melakukan pengamatan.” Sementara itu Sarlito (1986:34) berpendapat bahwa “Tanggapan adalah suatu proses di mana seseorang sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui segenap pancaindera yang dimiliknya, yang mampu memberikan pandangan terhadap objek yang dilihat, diamat, atau dirasakannya.” Selanjutnya secara singkat Nasution (1993:64) mengatakan, “tanggapan adalah kesan-kesan yang tercipta dalam jiwa seseorang setelah melakukan suatu proses pengamatan.”
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tanggapan adalah kesan-kesan yang timbul sebagai hasil pengamata. Ini bermakna bahwa proses terjadinya tanggapan harus diawali oleh pengamatan, selanjutnya dari pengamatan tersebut menghasilkan kesan tersendiri bagi yang mengamati. Dengan demikian, menanggapi berarti seseorang harus mengetahui dan memahami apa isi berita yang dibacanya.
c. Isi Berita Koran
Tampubolon (1987:195) mengemukakan “Isi berita surat kabar terbagi kepada lima yaitu berita, opini, iklan, pemberitahuan dan fiksi.” Sesuai dengan pembatasan masalah, yang dikaji dalam teoritis ini adalah isi berita, bukan opini, iklan, pemberitahuan, atau fiksi. Berita adalah laporan yang benar pada waktunya tentang peristiwa yang terjadi dalam masyarakat.
Menurut Effendy (2005:154) mengemukakan,
“Ciri-ciri berita surat kabar adalah publisitas, universalitas, dan aktualitas. Publisitas ialah surat kabar diperuntukkan untuk umum, karenanya isi berita harus menyangkut kepentingan umum, bukan untuk golongan tertentu. Universalitas maksudnya adalah isi berita surat kabar harus memuat aneka berita mengenai kejadian–kejadian di seluruh dunia dan tentang segala aspek kehidupan manusia. Sedangkan aktualitas adalah kecepatan penyampaian laporan mengenai kejadian di masyarakat kepada khalayak. Masyarakat umumnya lebih menyenangi berita yang terbaru (terkini) daripada berita berita yang sudah pernah didengarnya.”
Selanjutnya Effendy (2005:155) mengatakan:
“Ditinjau dari isi, maka bobot isi berita surat kabar mencakup 5W + 1H (what = apa, who = siapa, where = dimana, when = kapan, why = mengapa, dan how = bagaimana). Hal ini disebabkan isi berita dapat diketahui dan dipahami oleh pembaca jika mengandung keenam unsur tersebut. Hilang dari salah satu unsur tersebut, mengindikasikan bahwa isi berita yang disajikan tidak lengkap dan tidak berbobot, sebab pembaca tidak mengetahui dan memahami isi berita dengan benar. Misalnya isi berita menceritakan bencana alam, namun dalam berita surat kabar tidak disebutkan di mana terjadi (where), maka isi berita terkesan ngambang.
Berikut ini akan dijelaskan unsur-unsur berita surat kabar satu per satu.
a. What
What artinya apa. Kata “apa” dimaksudkan adalah setelah membaca berita surat kabar, siswa mengetahui apa yang diceritakan pada berita tersebut. Misalnya isi berita bercerita tentang peristiwa erosi, maka yang ditekankan pada berita persoalan apa saja yang dibicarakan dalam peristiwa tersebut.
b. Who
Who berarti siapa, yakni siapa yang menjadi palaku erosi dari berita tersebut. Jika isi berita mengetengahkan penebangan hutan dan siapa yang menanggung akibatnya kelak.
c. Why
Why artinya mengapa. Kata “mengapa” dimaksudkan adalah bahwa isi berita harus mampu menceritakan mengapa peristiwa erosi bisa terjadi. Pada berita tentang penebangan hutan, maka yang dituntut kepada pembaca adalah mengapa peristiwa penebangan itu bisa terjadi.
d. Where
Where artinya dimana. Pada unsur ini yang ditekankan pada isi berita adalah menceritakan dimana peristiwa terjadi.
e. When
When artinya kapan. Pada unsur ini yang ditekankan pada isi berita adalah menceritakan kapan peristiwa itu terjadi.
f. How
How artinya bagaimana, yakni bagaimana peristiwa itu terjadi. Pada unsur ini yang ditekankan dari surat kabar adalah memberitahukan secara kronologis suatu peristiwa berlangsung dengan bahasa singkat dan padat.
Menurut Winarso (2005:110), “Dalam menyampaikan isi berita kepada masyarakat, maka redaktur surat tidak hanya menceritakan isi pokoknya saja, melainkan juga harus dibarengi dengan keterangan-keterangan pendukung, sehingga pembaca dapat memahami isi berita secara keseluruhan.” Dalam konteks wacana hal ini disebut ide pokok dan ide pendukung. Ide pokok berarti unsur utama yang harus ditonjolkan pada isi berita, sedangkan ide pendukung adalah gagasan-gagasan yang sifatnya menguatkan atau membuat isi berita menjadi lebih menarik.
Ide yang disampaikan redaktur surat kabar dapat ditangkap oleh pembaca. Jika dalam tulisan menggunakan ide pokok dan ide pendukung/penunjang, maka pembaca pun harus mengetahui man aide pokok dan ide pendukung dari isi berita yang dibacanya. Pembaca yang baik adalah pembaca yang mengetahui ide pokok dan ide pendukung seperti yang dimaksudkan oleh penulis, sehingga ada kesepahaman maksud antara penulis dengan pembaca.
Sebuah berita yang disajikan secara tertulis tanpa dibarengi dengan ide pendukung maka isi berita akan ditinggalkan pembaca. Ide pokok dan ide pendukung adalah ibarat kebutuhan manusia sehari-hari. Manusia hidup memerlukan kebutuhan pokok, namun di samping itu manusia berusaha mencari kebutuhan-kebutuhan pendamping (kebutuhan sekunder) sehingga hidup menjadi lebih sempurna. Demikian halnya dengan isi berita, di mana ide pokok harus dibarengi dengan ide pendukung. Baik tidaknya kualitas isi berita dari surat kabar banyak ditentukan oleh kemampuan redaktur untuk meletakkan ide pokok dengan ide pendukung secara tepat pada berita yang ditulisnya.
Setelah diketahui pengertian kemampuan, menanggapi dan isi berita dapat disimpulkan bahwa kemampuan menanggapi isi berita koran adalah kesanggupan siswa memberikan penilaian terhadap isi berita setelah melakukan kegiatan belajar meliputi tanggapan terhadap ide pokok dan ide pendukung dari isi berita.
2. Hakikat Teknik Cerita Pemula Diskusi (Discussion Starter Story)
a. Pengertian Discussion Starter Story
Sudjana (2001:119) mengemukakan bahwa Discussion Starter Story adalah teknik pemecahan masalah tentang situasi kehidupan yang khusus seperti ruang lingkup masalah, dan issu yang nyata. Teknik ini memberikan informasi tentang kasus tertentu kepada para peserta didik sehingga dengan informasi tersebut mereka dapat mengenal, memahami dan menganalisis kasus itu secara mendalam. Dengan studi kasus dapat ditemukan berbagai alternatif pemecahan masalah tersebut. Bahan belajar dapat dingakat dari bahan bacaan atau dari pengalaman langsung di lapangan. Kasus itu dapat disajikan secara lisan atau rekaman suatu kejadian. Isinya menggambarkan apa masalahnya, siapa yang terlibat, di mana, kapan, mengapa masalah itu timbul, dan bagaimana kemungkinan pemecahannya.
Langkah-langkah penggunaan
Langkah-langkah penggunaan teknik cerita pemula diskusi menurut Sudjana (2001:119) adalah sebagai berikut:
1. Pendidik, mugkin bersama peserta didik, menyiapakn bahan belajara yaitu suatu kasus yang sesuai dengan tujuan belajar yang telah dirumuskan.
2. Pendidik member penjelasan tentang:
· Kegiatan apa yang harus dilakukan oleh para peserta didik, misalnya mereka akan mendiskusikan kasus itu.
· Apabila dipandang perlu, ia membentuk kelompok-kelompok kecil sesuai dengan kebutuhan
· Peranan pimpinan diskusi, pelapor dan para peserta
· Pendidik membagaikan bagan belajar, seperti lembaran yang berisi uraian terlulis, kepada para peserta didik
· Pendidik membantu peserta didik yang membutuhkan bimbingan dalam mengalisis dan memecahkan masalah yang diidentifikasi dari kasus itu, umpamanya dengan menyarankan langkah-langkah yang perlu ditempuh atau cara menggunakan data/informasi dalam kasus tersebut.
· Pendidik atau salah seorang peserta didik merangkum hasil diskusi kelompok. Rangkuman ini antara lain memuat hal-hal sebagai berikut:
o Masalah-masalah yang dihadapi
o Alternative pemecahan masalah dan pilihan prioritas pemecahannya.
o Program dan langkah-langkah pemecahan masalah.
Apabila studi kasus dilakukan oleh sub-sub kelompok maka perlu diadakan pelaporan hasil sub-sub kelompok itu dalam kelompok besar.
3. Pendidik bersama peserta didik mengevaluasi proses dan hasil pelaksanaan studi kasus.
b. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Discussion Starter Story
Keunggulan model pembelajaran Discussion Starter Story menurut Sudjana (2001:121) antara lain.
1. Kasus dapat disajikan dengan berbagai bentuk (tertulis, lisan, film, slide, rekaman, atau permainan peran).
2. Setiap peserta didik diberi kesempatan yang sama untuk menganalisis dan mengajukan informasi tentang alternatif pemecahan masalah.
3. Pserta didik dapat mengenal masalah-masalah dari kehidupan nyata.
4. Mengembangkan suasana bertukar pikiran dan pendapat dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki.
Sedangkan kelemahan model pembelajaran Discussion Starter Story menurut Sudjana (2001:121) antara lain.
1. Memerlukan kreativitas dan keterampilan dalam menyusun kasus yang dingkat dari kehidupan nyata.
2. Semua peserta didik tidak sama kepentingannya teradap masalah yang diajukan
3. Waktu yang diperlukan dapat bertambah, lebih-lebih apabila analisis kasus dilakukan secara mendalam.
4. Membutuhkan pimpinan diskusi yang terampil untuk menghindarkan perdebatan yang tidak perlu.
B. Kerangka Konseptual
Dalam mencapai hasil pembelajaran, banyak model pembelajaran yang dapat digunakan. Salah satu model pembelajaran yang banyak digunkan saat ini adalah pembelajaran kooperatif model Discussion Starter Story dan model pembandingnya adalah pembelajaran model Numbered Head Together (NHT). Kedua model tersebut digunakan untuk melihat model mana yang efektif digunakan untuk pembelajaran menanggapi isi berita.
Hasil belajar merupakan hasil dari interaksi guru dengan siswa yang terjadi dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang baik dan efektif apabila guru menggunakan satu atau lebih model pembelajaran di dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Hasil belajar pada penelitian ini adalah hasil yang dicapai melalui perbuatan belajar. Dalam hal ini hasil belajar menanggapi isi berita siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Discussion Starter Story dan Numbered Head Together (NHT).
Pembelajaran model Numbered Head Together (NHT) merupakan model pembelajaran yang bertumpu pada keterlibatan banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Di satu sisi model pembelajaran NHT baik digunakan, namun dalam bidang studi Bahasa Indonesia khususnya dalam materi menanggapi isi berita, model pembelajaran NHT dirasa kurang cukup membantu bagi siswa. Dikarenakan dalam menemukan informasi berita melalui kegiatan menyimak, tidak hanya dibutuhkan juga kerjasama dan rasa tanggungjawab tiap-tiap anggota kelompok dalam menemukan informasi berita melalui kegiatan menyimak.
Kemampuan menanggapi isi berita merupakan kemampuan kesanggupan siswa memberikan penilaian terhadap isi berita setelah melakukan kegiatan belajar meliputi tanggapan terhadap ide pokok dan ide pendukung dari isi berita.
C. Hipotesis Penelitian
Bertitik tolak dari judul penelitian, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yakni Model pembelajaran Discussion Starter Story lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dalam meningkatkan kemampuan menanggapi isi berita koran harian Kompas oleh siswa kelas X SMA Santo Thomas 3 Medan Tahun Pembelajaran 2009/2010.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Santo Thomas 3 Medan. Adapun pertimbangan peneliti memilih lokasi ini adalah:
1. jumlah siswa di SMA Santo Thomas 3 Medan cukup memadai untuk dijadikan sampel penelitian sehingga data yang diperoleh lebih sahih
2. di sekolah tersebut belum pernah diadakan penelitian mengenai judul dalam penelitian
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester ganjil tahun pembelajaran 2009/2010.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan hal yang penting dalam pelaksanaan penelitian. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen pretest-posttest kontrol group design. Metode ini digunakan karena peneliti ingin menggambarkan efektivitas model pembelajaran Discussion Starter Story dalam menanggapi isi berita.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah sekumpulan unsur atau elemen yang menjadi objek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Santo Thomas 3 Medan Tahun pembelajaran 2009/2010 dibagi atas 6 (enam) kelas paralel (X -1 s/d X-6) dengan jumlah keseluruhan 240 orang siswa, sebagaimana terlihat pada tabel berikut:
TABEL 1
DISTRIBUSI JUMLAH SISWA KELAS X SMA SANTO THOMAS 3 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2009/2010
No.
Kelas
Jumlah Siswa
1.
X-1
40 Orang
2.
X-2
40 Orang
3.
X-3
40 Orang
4.
X-4
40 Orang
5.
X-5
40 Orang
6.
X-6
40 Orang
JUMLAH
240 Orang
2. Sampel
Arikunto, (2006:131) menyatakan bahwa “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.”
Jogianto (2008:75) mengatakan “pengambilan sampel secara cluster adalah pemilihan sampel dengan membagi populasi menjadi beberapa grup bagian (cluster) dan dari beberapa cluster kemudian dipilih secara random untuk menentukan sampel.”
Dalam penelitian ini populasi yang ada telah terbagi menjadi beberapa bagian berdasarkan kelas yang ada yaitu X-1 hingga X-6. Untuk menentukan sampel dalam penelitian ini, peneliti melakukan random terhadap populasi kelas yang ada dengan cara melakukan pengocokan. Karena penelitian ini merupakan penelitian eksperimen design two group maka proses pengocokan dilakukan dua kali.
Pengocokan pertama dilakukan untuk menentukan kelas kontrol dan pengocokan kedua untuk menentukan kelas eksperimen, setelah dilakukan pengocokan maka di dapat hasil kelas X-5 sebagai kelas kontrol dan kelas X-6 sebagai kelas eksperimen.
D. Defenisi operasional Variabel Penelitian
Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman serta untuk memperjelas permasalahan yang dibahas, maka perlu dirumuskan defenisi operasional variabel penelitian. Adapun defenisi operasional variable penelitian ini adalah Metode pembelajaran Discussion Starter Story merupakan suatu model pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memecahkan suatu masalah dengan kerja kelompok memilki tanggungjawab untuk mengajarkan materi pelajaran yang ia peroleh dalam kelompok ahli kepada rekan-rekannya di kelompok asal. Sehingga dari metode pembelajaran ini siswa diharapkan dapat bertanggungjawab mengenai materi pelajaran baik secara induvidu maupun secara kelompok.
Kemampuan menemukan informasi berita melalui kegiatan menanggapi yang diperoleh siswa atas kemampuannya dalam menemukan informasi berita yang terangkum dalam rumus 5W + 1 H yaitu what, who, where, who, when, and how yang merupakan unsur dalam berita pendidikan, lingkungan dan kebudayaa.
E. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah kontrol group pre-test-post-test. Desain penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan perbedaan pencapaian antara kelompok eksperimen dengan pencapaian kelompok control
TABEL II
DESAIN EKSPERIMEN KONTROL GROUP PRE-TEST-POST-TEST
Kelas
Pre-test
Perlakuan
Post-test
Eksperimen
Kontrol
Keterangan:
X1 : Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Discussion Starter Story
X2 : Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together
T1 : Tes awal kemampuan menanggapi isi berita
T2 : Tes akhir kemampuan menanggapi isi berita
(Arikunto, 2006:85)
F. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian merupakan alat bantu yang digunakan untuk menjaring data penelitian. Data merupakan informasi yang harus diperoleh dari setiap penelitian. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar dengan bentuk penugasan. Tes ini akan dilakukan untuk pre-test dan post-test. Pre-test digunakan untuk menjaring data dalam menemukan informasi dari wacana berita sebelum diadakan perlakuan, sedangkan post-test digunakan untuk menjaring data dalam menemukaninformasi dari wacana setelah diadakan perlakuan yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw.
1. Jalan Eksperimen
Langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
TABEL III
LANGKAH-LANGKAH EKSPERIMEN KONTROL GROUP PRETEST-POSTTEST
Pertemuan
Guru
Siswa
Waktu
I
Memberikan pre-test
Mengerjakan pre-test
1 x 40 menit
II
1. Guru membagi suatu kelas mejadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 4-6 siswa dengan kemampuan yang berbeda
2. Guru menjelaskan materi (materi berita dan konsep 5W+1H)
1. Siswa mengikuti instruksi guru membentuk kelompok asal dengan kemampuan yang berbeda.
2. Siswa mendengarkan penjelasan guru
1 x 40 menit
III
3. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan tentang wacana dengan maksud merangsang timbulnya dskusi dan untuk membantu peserta didik dalam menanggapi isi berita.
4. Guru memberi waktu kepada siswa untuk berdiskusi
5. Guru mengevaluasi hasil diskusi bersama siswa.
3. Siswa mendengarkan tiap-tiap pertanyaan yang diberikan guru
4. Siswa berdiskusi sesuai waktu yang diberikan guru
5. Siswa melakukan evaluasi bersama guru.
1 x 40
Menit
IV
1. Post-tes
1. Post-test
1 x 40 menit
TABEL IV
LANGKAH-LANGKAH YANG DILAKSANAKAN DI KELAS KONTROL
Pertemuan
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Alokasi Waktu
I
Kegiatan Awal
1. Mengucapkan salam pada siswa
2. Mengabsen siswa
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
1. Siswa menjawab pertanyaan guru dan menyimak penjelasan guru
1 x 40 menit
II
Kegiatan Inti
1. Melakukan apersepsi
2. Menjelaskan materi
1. Siswa melakukan tanya jawab kepada guru
2. Siswa mendengarkan
2 x 40 menit
III
Kegiatan Inti
1. Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok dan memberikan penomoran kepada siswa
2. Guru mengajukan pertanyaan atas berita yang didengar
1. Siswa duduk di dalam kelompok yang telah ditentukan guru
2. Siswa berfikir bersama mengenai pertanyaan guru tersebut
2 x 40 menit
IV
Kegiatan Akhir
1. Guru memanggil suatu nomor siswa untuk menjawab pertanyaan yang diajukan
Siswa menyimpulkan pembelajaran
1 x 40 menit
2. Teknik Pengambilan Data
Untuk mengetahui data kemampuan siswa dalam menemukan informasi dari wacana berita, maka dilakukan penilaian dalam menemukan informasi dari wacana berita yaitu apa (what), siapa (who), kapan (when), di mana (where), mengapa (why), bagaimana (how). Penelitian tersebut dilakukan oleh peneliti dan guru bidang study. Berikut ini kisi-kisi penilaian yang digunakan dalam penelitian ini.
TABEL V
KISI-KISI/ INDIKATOR TES KEMAMPUAN
MENANGGAPI ISI BERITA DARI KORAN
Nomor
Indikator
Skor
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Apa (what)
a. Mampu menidentifikasi apa yang terdapat dalam wacana berita
b.Tidak mampu menidentifikasi apa yang terdapat dalam berita
Siapa (who)
a. Mampu mengidentifikasi siapa yang ada dalam wacana berita
b.Tidak mampu mengidentifikasi siapa yang ada dalam berita
Kapan (when)
a. Mampu mengidentifikasi kapan peristiwa dari wacana berita terjadi
b.Tidak mampu mengidentifikasi kapan peristiwa dari wacana terjadi
Di mana (where)
Mampu mengidentifikasi di mana peristiwa dari wacana berita terjadi
a. Tidak mampu mengidentifikasi di mana peristiwa dari wacana berita terjadi
Mengapa (why)
a. Mampu mengidentifikasi kenapa peristiwa dari wacana berita terjadi
b.Tidak mampu mengidentifikasi kenapa peristiwa dari wacana berita terjadi
Bagaimana (how)
a. Mampu mengidentifikasi bagaimana jalannya peristiwa yang terjadi dari wacana berita
b.Tidak mampu mengidentifikasi bagaimana jalannya peristiwa yang terjadi dari wacana berita
(10)
(0)
(10)
(0)
(10)
(0)
(10)
(0)

(30)

(0)
(30)
(0)
JUMLAH
100
G. Teknik Analisis Data penelitian
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis komparasional. “Teknik analisis komparasional adalah salah satu teknik analisis data kuantitatif atau salah satu teknik analisis statistik yang dapat digunakan untuk menguji hipotesis mengenai ada tidaknya perbedaan antara variabel yang sedang diteliti”. (Sudijono, 2005 : 275).
Adapun rumus teknik analisis komparasional yang digunakan adalah t “t” untuk dua sampel besar yang satu sama lain tidak mempunyai hubungan.
(Sudijono,2005:314)
Keterangan :
t observasi
Mean Kelompok eksperimen
Mean Kelompok pembanding
SE = Standar error
Penganalisisan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut di bawah ini.
1. Merumuskan data variabel X (model pembelajaran Discussion Starter Story dan data variabel Y (NHT),
2. Menganalisis hasil belajar siswa terhadap pembelajaran menemukan informasi dari wacana berita dengan model pembelajaran Discussion Starter Story (variabel X), yaitu:
a. Mentabulasi distribusi frekuensi variabel X, dan
b. Mencari nilai rata-rata atau mean, standar deviasi, dan standar error variabel X
1. Mencari nilai rata-rata (mean) dengan rumus:
= Nilai rata-rata variabel X
= Jumlah perkalian frekuensi dengan skor (nilai) variabel X
N = Banyaknya subjek yang diteliti
2. Mencari standar deviasi dengan rumus:
=
= Deviasi standar dari sampel yang diteliti
= Jumlah perkalian frekuensi dengan skor (nilai) yang dikuadratkan
= Banyaknya subjek yang diteliti
3. Mencari standar error dengan rumus:
=
= besarnya kesalahan mean sampel X
= deviasi standard dari sampel yang diteliti
N = banyaknya subjek yang diteliti
1 = bilangan konstan
3. Menganalisis hasil belajar siswa terhadap pembelajaran menemukan informasi dari wacana berita dengan pendekatan tanya-jawab (variabel Y), yaitu:
1. Mencari nilai rata-rata (mean):
nilai rata-rata variabel Y
jumlah perkalian frekuensi dengan skor (nilai) variabel Y
N = banyaknya subjek yang diteliti
2. Mencari standar deviasi dengan rumus
= deviasi standard dari sampel yang diteliti
jumlah perkalian frekuensi dengan skor (nilai) yang dikuadratkan
N = banyaknya subjek yang diteliti
3. Mencari standar error dengan rumus
= besarnya kesalahan mean sampel Y
= deviasi standard dari sampel yang diteliti
N = banyaknya subjek yang diteliti
1 = bilangan konstan
4. Menganalisis perbedaan hasil belajar siswa terhasap pembelajaran menemukan informasi dari wacana berita dengan model pembelajaran Discussion Starter Story terhadap pembelajaran menemukan informasi dari wacana berita dengan pendekatan tanya-jawab (perbedaan mean variabel X dan mean variabel Y).
= standard error perbedaan mean X dan Y
= standard error variabel X
= standard error variabel Y
5. Uji Normalitas
Uji kenormalan dilakukan secara parametric dengan menggunakan penaksir rata-rata pada simpangan baku. Uji yang dikenal dengan uji Lilifors. Misalkan kita mempunyai sampel acak dengan hasil pengamatan .Berdasarkan sampel ini akan diuji hipotesis nol bahwa sampel tersebut berasal dari populasi berdistribusi normal melawan hipotesis tandingan bahwa hipotesis tidak normal.
Untuk pengujian hipotesis nol tersebut, kita tempuh prosedur sebagai berikut:
a. Pengamatan dijadikan bilangan baku z , z , ….z dengan menggunakan rumus z = dan s masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku sampel),
b. Untuk tiap bilangan baku ini menggunakan daftar distribusi normal baku kemudian dihitung F ( ) = P ( ),
c. Selanjutnya dihitung proporsi yang lebih kecil atau sama dengan z, jika proporsi ini dinyatakan oleh S( ), maka
S( ) =
d. Hitung selisih F - S kemudian tentukan harga mutlaknya, dan
e. Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih tersebut (L ).
6. Uji Homogenitas
Uji homegenitas bertujuan untuk mengetahui apakah data mempunyai variens yang homogeny atau tidak. Rumus yang digunakan adalah:
Keterangan:
varian dari kelompok lebih besar
varian dari kelompok kecil
Kriteria pengujian:
Jika F hitung <>
Jika F hitung > F table maka kedua sampel tidak mempunyai varians yang sama.
7. Menguji hipotesis (t observasi)
Uji hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan uju “t” (Sudijono,2007:282-285) dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
t observasi
M = mean hasil post-test
M = mean hasil pre-test
SE standar error perbedaan kedua kelompok
Di mana
Dengan demikian maka H diterima dan H yang berarti H diterima jika t pada taraf nyata dan dikonsultasikan dengan “r”
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdiknas. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Hayon, Josep, M.Hum, Drs.2003. Membaca dan Menulis Wacana. Jakarta: Storia Grafika.
Semi, Atar, Prof. Drs. 1995. Teknik Penulisan Berita, Features, dan Artikel. Bandung: Mugantara.
Sudijono, Anas. 2004. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
----------.2005. Penelitian Hasil Proses Belajar-Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Tarigan, H.G.1987. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivisme. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Widodo, Drs. 1997. Teknik Wartawan Menulis Berita di Surat Kabar dan Majalah. Surabaya: Indah.
Yusup, M. Pawit. 1995. Pedoman Praktis Mencari Informasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Lampiran1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
A. IDENTITAS
1. Nama Sekolah : SMA Santo Thomas 3 Medan
2. Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
3. Kelas/Semester : X/ Ganjil
4. Alokasi Waktu : 4 x 40
5. Standar Kompetensi : Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi melalui kegiatan berkenalan , berdiskusi dan bercerita
B. IDENTIFIKASI PROGRAM
1. Judul Materi Pembelajaran: Isi Berita Kompas
Kompetensi Dasar : Menanggapi isi Berita Koran Harian Kompas
2. Indikator Pencapaian Hasil Belajar
a. Mampu memahami isi berita
b. Mampu menyampaikan kembali isi berita
c. Mampu menganalisis isi berita
d. Mampu menanggapi isi berita
3. Materi Pokok :
a. Ciri-ciri berita
b. Unsur-unsur Berita Surat kabar
C. SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN
1. Sumber Belajar
a. Artikel/ wacana berita dari Surat Kabar Harian Kompas
b. Kompeten Berbahasa Indonesia SMA Kelas X Penerbit Erlangga
2. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran yang dipakai adalah metode pembelajaran kooperatif yakni Discussion Starter Story (DSS)
D. SKENARIO PEMBELAJARAN/ SEGMENTASI/PERTEMUAN KE
Pertemuan
Guru
Siswa
Waktu
I
Memberikan pre-test
Mengerjakan pre-test
1 x 40 menit
II
1. Guru membagi suatu kelas mejadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 4-6 siswa dengan kemampuan yang berbeda
2. Guru memperdengarkan wacana berita lewat teks bacaan pada siswa yang ada di kelompok asal
1. Siswa mengikuti instruksi guru membentuk kelompok asal dengan kemampuan yang berbeda.
2. Siswa pada tiap-tiap kelompok asalmendengarkan wacana berita
1 x 40 menit
III
3. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan tentang wacana dengan maksud merangsang timbulnya dskusi dan untuk membantu peserta didik dalam menanggapi isi berita.
4. Guru memberi waktu kepada siswa untuk berdiskusi
5. Guru mengevaluasi hasil diskusi bersama siswa.
3. Siswa mendengarkan tiap-tiap pertanyaan yang diberikan guru
4. Siswa berdiskusi sesuai waktu yang diberikan guru
5. Siswa melakukan evaluasi bersama guru.
1 x 40 menit
IV
Post-tes
Post-test
1 x 40 menit
E. LEMBAR KERJA SISWA
Menjawab soal pilihan berganda dari soal yang telah diberikan oleh guru.
Medan, Oktober 2009
Menyetujui:
Kepala Sekolah, Guru Bidang Study,
NIP. NIP.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
A. IDENTITAS
6. Nama Sekolah : SMA Santo Thomas 3 Medan
7. Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
8. Kelas/Semester : X/ Ganjil
9. Alokasi Waktu : 4 x 40
10. Standar Kompetensi : Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi melalui kegiatan berkenalan, berdiskusi, dan bercerita
B. IDENTIFIKASI PROGRAM
4. Judul Materi Pembelajaran: Isi Berita Kompas
Kompetensi Dasar : Menanggapi isi Berita Koran Harian Kompas
5. Indikator Pencapaian Hasil Belajar
e. Mampu memahami isi berita
f. Mampu menyampaikan kembali isi berita
g. Mampu menganalisis isi berita
6. Materi Pokok :
c. Ciri-ciri berita
d. Unsur-unsur Berita Surat kabar
C. SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN
1 Sumber Belajar
c. Artikel/ wacana berita dari Surat Kabar Harian Kompas
d. Kompeten Berbahasa Indonesia SMA Kelas X Penerbit Erlangga
2 Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran yang dipakai adalah metode pembelajaran kooperatif yakni Numbered Head Together (NHT)
D. SKENARIO PEMBELAJARAN/ SEGMENTASI/PERTEMUAN KE
Pertemuan
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Alokasi waktu
I
Kegiatan Awal
1. Mengucapkan salam pada siswa
2. Mengabsen siswa
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
1. Siswa menjawab pertanyaan guru dan menyimak penjelasan guru
1 x 40 menit
II
Kegiatan Inti
4. Melakukan apersepsi
5. Menjelaskan materi
2. Siswa melakukan tanya jawab kepada guru
3. Siswa mendengarkan
1x 40 menit
III
Kegiatan Inti
6. Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok dan memberikan penomoran kepada siswa
7. Guru mengajukan pertanyaan atas berita yang didengar
4. Siswa duduk di dalam kelompok yang telah ditentukan guru
5. Siswa berfikir bersama mengenai pertanyaan guru tersebut
1 x 40 menit
IV
Kegiatan Akhir
8. Guru memanggil suatu nomor siswa untuk menjawab pertanyaan yang diajukan
Siswa menyimpulkan pembelajaran
1 x 40 menit
E. LEMBAR KERJA SISWA
Menjawab soal pilihan berganda dari soal yang telah diberikan oeh guru.
Medan, Oktober 2009
Menyetujui:
Kepala Sekolah, Guru Bidang Study,
NIP. NIP.
Tes Untuk Siswa
A. Petunjuk Tes
1. Bacalah kelima wacana ini dengan baik!
2. Jawablah soal-soal di bawah ini dengan tepat berdasarkan teks wacana yang tersedia. Jawaban cukup dengan memperhatikan 5W+1H
3. Waktu 45 menit
Wacana 1
Sebanyak 1.500 anak melukis di Jalan Aspal
SOLO, KOMPAS ­— Untuk mengenalkan motif batik kepada anak dan remaja sealigus sebagai sarana penyegaran setelah mengikuti ujian tengah semester, lebih dari 1.500 siswa sekolah dasar dan sekolah menengah pertama diajak bersama-sama melukis motif di atas jalan aspal, Selasa (13/10) di Solo, Jawa Tengah.
Kegiatan swadaya masyarakat bertema “Dunia Mengakuiku, Perayaan Peneguhan Batik Indonesia Warisan Budaya Dunia” itu dilakukan di ruas Jalan Diponegoro , sepanjang 500 meter dengan menggunakan kapur tulis berwarna-warni.
Para siswa yang berpartisipasi berasal dari sekolah-sekolah yang tidak jauh dari lokasi melukis. Sekolah-sekolah itu SMPN 3, SMPN 5, SMPN 10, SD Muhammadiyah, SD Kristen Triwindu, SDN Ketelan, SDN Ngadisuman, SD Widya Wacana, SDN Yosodipuro, SDN Tumenggungan, dan SDN Bromantakan.
“Jalan aspal dapat menjadi media alternative pendidikan seni rupa untuk meningkatkan kreativitas anak. Seni lukis tidak harus terpaku pada media kertas atau kanvas,” kata Ketua Panitia Mayor Haristanto.
Kebanyakan peserta melukis sesuai dengan imajinasi mereka, seperti gambar bunga, pohon, binatang dan rumah. Tidak banyak peserta yang menggambarkan motif batik. Padahal, panitia memasang gambar-gambar contoh motif batik di beberapa titik di tepi jalan sebagai panduan bagi peserta seperti motif sidomukti, sidoluhur, parang, dan kawung.
“Ada juga karya tulis anak-anak yang bukan termasuk motif batik. Namun, apa pun bisa menjadi batik karena inspirasi motif batik berasal dari kehidupan sehari-hari. Bagi kami, yang penting anak-anak mengenal batik lebih baik,” kata Mayor.
I. Jawablah pertanyaan sesuai isi berita di atas!
1. Apa pokok permasalahan yang terdapat pada isi berita di atas?
2. Seni lukis tidak harus terpaku pada media kertas atau kanvas, siapa yang mengemukakan pernyataan tersebut pada isi berita di atas?
3. Mengapa generasi muda dianjurkan mengenal dan mendapat pengetahuan lebih banyak tentang batik?
4. Dimana kegiatan tersebut dilaksanakan?
5. Kapan anak-anak tersebut mulai melukis?
6. Bagaimana pendapat Anda terhadap kegiatan tersebut?
Wacana 2
Penebangan Liar Terus Terjadi
JEMBER, KOMPAS — Selama 10 bulan terakhir telah terjadi perambahan kayu yang ditaksir berjumlah labih dari 100 meter kubik di kawasan Taman Nasional Metu Betiri, Kabupaten Jember, Jawa Timur. Secara ekonomi, nilai kayu memang hanya Rp 200 juta – Rp 400 juta, tetapi secara ekologi dampaknya sangat besar dan luas.
Kepala Tata Usaha Balai Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) Sumarsono mengemukakan hal itu seusai menyerahkan tersangka pencurian kayu ke Kepolisian Resor Jember, Selasa (6/10). Mereka adalah Sariman (40) dan Matpori (30), warga Desa Andongrejo, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember.
Saat ditangkap petugas taman nasional, Senin, kedua orang itu sedang membawa kayu suren berdiameter 0,5 meter yang diperkirakan berusia 25 tahun.”Setelah diteliti, ternyata kayu itu diambil dari kawasan taman nasional,” kata Sumarsono.
Dari 20 kejadian dalam 10 bulan terakhir yang meliputi penebangan liar dan perburuan satwa, petugas TNMB menangkap sedikitnya 24 pelaku.
“Dia antara pelaku, beberapa orang kemudian mendekam dipenjara. Tetapi, mereka tak jera. Mereka mencuri kayu dan tertangkap lagi,” kata Sumarsono.
Menurut dia, pihaknya kesulitan mengawasi TNMB secara optimal dari aktivitas penebangan liar. “Luas areal taman nasional adalah 58.000 hektar, sementara itu jumlah personel kami sangat terbatas.” Katanya.
Apalagi, TNMB berbatasan langsung dengan 8 desa, yaitu 6 desa di wilayah Kabupaten Jember dan 2 desa di wilayah Kabupaten Banyuwangi.
Jawablah pertanyaan ini sesuai isi berita di atas!
1. Apa pokok permasalahan isi berita tersebut?
2. Siapa yang menjadi tersangka pencurian kayu yang segera dibawa ke Kepolisian Resor Jember?
3. Mengapa penebangan liar masih tetap terjadi sesuai isi berita di atas?
4. Dimana sering terjadi banjir sesuai isi berita tersebut?
5. Kapan Kepala Tata Usaha Balai TNMB melaporkan tersangka ke Kepolisian Resor jember?
6. Bagaimana tanggapan Anda terhadap peristiwa tersebut?
wacana 3
Presiden Ubah Metode Mengajar
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh untuk mengubah metodologi belajar-mengajar. Pola yang sekarang tidak mendorong siswa kreatif dan inovatif sehingga sulit memunculkan jiwa kewirausahaan anak didik.
Metode belajar-mengajar anak didik yang dilakukan sejak taman kanak-kanak, sekolah dasar, hingga sekolah menengah dinilai hanya menunjukkan gurunya yang aktif, sedangkan anak didik justru tidak aktif. Proses belajar sepeti itulah yang dinilai tidak dapat mengembangkan inovasi dan kreativitas serta kewirausahaan.
Demikian disampaikan Presiden Yudhoyono saat membuka Temu Nasional 2009 di Jakarta, Kamis (29/10). Dalam acara itu, hadir Wakil Presiden Boediono, para menteri cabinet, gubernur, bupati, wali kota, unsure pimpinan badan usaha milik Negara (BUMN), dan sejumlah pejabat lain.
“Saya minta Menteri Pendidikan nasional untuk mengubah metodologi belajar-mengajar yang ada selama ini. Sejak taman kanak-kanak hingga sekolah menengah jangna hanya gurunya yang aktif, tetapi harus mampu membuat siswanya juga aktif,” kata Presiden.
Menurut Presiden, pendidikan jangan hanya mengejar nilai rapor dan ujian. “Kalau itu yang dipilih, anak-anak bersekolah tetapi tidak berkembang kreativitas, inovasi, dan jiwa wirausahanya,” lanjut Presiden.
Kewirausahaan
Menurut Presiden, jiwa kewirausahaan sangat penting dan harus dipupuk sejak kecil. Dengan demikian, setelah selesai menjalani pendidika mereka tidak sekedar menjadi pencari kerja, tetapi menjadi pencipta lapangan kerja.
“Oleh karena itu, perlu reformasi di bidang pendidikan nasional. Guru dan dosen harus diajak untuk bisa mengembangkan jiwa kewirausahaan, inovasi, dan kreativitas,” ujarnya.
Sebelum Presiden Yudhoyono menyatakan telah menerima surat dari Presiden Komisaris Kompas Gramedia Jakob Oetama dan pengusaha Ciputra agar pemerintah mendorong tumbuh dan berkembangnya jiwa kewirausahaan di Indonesia.
Dikatakan Presiden, sejumlah wirausahawan Indonesia sangat sedikit jika dibandingkan dengan Negara lain, seperti Amerika Serikat, Jepang, atau Singapura. Padahal dengan berkembangnya jiwa kewirausahaan, tingkat pengangguran dan kemiskinan dapat diturunkan.
Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh, yang diminta tanggapannya oleh pers, menyatakan akan segera mereformasi system pendidikan, khususnya metode belajar-mengajar . meski demikian, akan dikaji dulu metode belajar-mengajar yang diterpkan saat ini.
Pada tahap awal, lanjut Mohammad Nuh, pembenahan akan dilakukan pada infrastruktur pendidikan.”jangan ada lagi sekolah yang bocor, apalagi ambruk,” kata Nuh.
Jawablah pertanyaan sesuai isi berita di atas!
1. Apa pokok permasalahan isi berita tersebut?
2. Siapa yang mengirimkan surat kepada presiden yang menanggapi tentang pengembangan jiwa kewirausahaan di Indonesia?
3. Mengapa metode belajar-mengajar harus diubah?
4. Dimana kebijakan tersebut dibicarakan oleh presiden?
5. Kapan peryataan tersebut dikemukakan oleh presiden?
6. Bagaimana tanggapan Anda terhadap isi berita?
Wacana 4
Pilihan Ganda “Menjerumuskan”
Soal-soal pilihan berganda juga mendorong siswa untuk menebak jawaban tanpa berpikir terlebih dahulu serta lebih membuka pelung terjadinya ketidakjujuran. Oleh karena itu, dalam aspek penilaian atau evaluasi siswa oleh guru, perlu digalakkan penggunaan item uraian.
Demikian kajian yang dikemukakan sejumlah peneliti dari beberapa perguruan tinggi berdasarkan hasil-hasil tes internasional yang diikuti siswa Indonesia dalam seminar bertema mutu pendidikan dasar dan menengah. Penelitian dilakukan berkolaborasi Pengembangan Depdiknas di Jakarta, akhir pecan lalu.
Sejak tahun 1990-an hingga saat ini Indonesia terlibat dalam tes internasional yang diikuti siswa dari Negara-negara maju dan Negara berkembang, yani Programme for International Student Assesment (PISA) di bidang membaca, Matematika, dan Sains untuk siswa SMP. Indonesia juga mengikuti Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) bidang membaca untuk siswa SD serta Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) bidang Matematika dan Sains untuk siswa SMP. Hasil tes menunjukkan, kemampuan siswa Indonesia di bawah standar internasional.
Kemampuan rata-rata siswa Indonesia dalam merespon item format uraian lebih rendah dibandingkan pilihan ganda. Kondisi itu secara umum menunjukkan siswa Indonesia lemah untuk melakukan analisis, prediksi, dan membuat kesimpulan.
Tidak Terlatih
Felicia N Utorodewo dari Universitas Indonesia, Minggu (1/11), mengatakan, prestasi membaca siswa SD Indonesia tak saja terlihat rendah dalam PIRLS, tetapi juga dalam ujian akhir nasional (UASBN). Siswa Indonesia tidak terlatih untuk menyampaikan pikiran dan gagasanya dalam bahasa yang runtut serta jelas.
“Mereka sigap menjawab soal pilihan ganda, tetapi lemah dalam mengungkapkan pikiran dalam bentuk esai,” kata Felicia.
Heri Retnawati dari Universitas Negeri Yogyakarta mengatakan, salah satu yang mempengaruhi kesulitan siswa Indonesia menjawab soal-soal dalm tes internasional adalah karena tidak terbiasa mngerjakan evaluasi skala nasional dengan soal esai. Siswa lebih terbiasa dengan soal pilihan ganda. Di soal TIMSS banyak soal yang bersifat penerapan dan penalaran sehingga akan menyulitkan siswa yang tidak terbiasa berpikir analitis.
Wasis dari Universitas Negeri Surabaya mengingatkan supaya kegiatan pembelajaran harus memberikan ruang yang lebih luas lagi bagi siswa untuk melakukan proses menalar dan menerapkan dibandingkan mengumpulkan pengetahuan.
Fredi Munger, Contractor for Strategic Advisory Services, Australia-Indonesia Basic Education, Program, AusAid, mengatakan dari tes-tes itu, secara umum siswa Indonesia lemah dalam mengidentifikasi, menganalisis, dan memecahkan masalah.
Jawablah pertanyaan sesuai isi berita di atas!
1. Apa pokok permasalahan pada wacana di atas?
2. Siapa yang mengatakan bahwa ujian pilihan ganda membuka peluang ketidakjujuran?
3. Mengapa test pilihan ganda dikatakan tidak mengajak siswa untuk berpikir?
4. Di mana dilakukan penelitian itu?
5. Kapan penelitian itu dilakukan oleh peneliti?
6. Bagaimana tanggapan Anda tentang hal tersebut?

Subscribe to receive free email updates: