Metodologi Yang Berdasar Kepada OOAD

Metodologi Yang Berdasar Kepada OOAD

Ada beberapa alasan mengapa digunakan OOAD sebagai dasar pengembangan metodologi AOAD.
Alasan yang pertama adalah karena pada dasarnya ada kemiripan antara paradigma object orientasi (object-oriented (OO) paradigm) dengan paradigma agent orientasi (agent-oriented paradigm) [Burmeister, 1996] [Kinny et al., 1996]. Dalam OO agent bisa didesain sebagai obyek aktif, dan obyek yang mempunyai mental state. Meskipun tentu saja, perlu dipikirkan lagi mengenai masalah belief, desire, intentions, dan commitments, yang menjadi karakteristik dari agent.

Alasan yang kedua adalah metodologi OOAD yang ada, misalnya Object Modelling Technique (OMT) [Rumbaugh et al., 1991], Object-Oriented Software Engineering (OOSE) [Jacobson et al., 1992], ataupun Unified Modelling Language (UML) [Booch et al., 1999], sudah banyak digunakan, dan dikenal luas dalam industri software. Sehingga metodologi AOAD yang berdasar pada OOAD, akan lebih cepat dipahami dan diterima secara mudah oleh berbagai lapisan industri software.

Kemudian alasan yang ketiga adalah, bahwa proses identifikasi obyek dalam object model creation process bisa diterapkan dalam proses untuk identifikasi agent.

Dari sekian banyak metodologi AOAD yang berdasar kepada OOAD ini, penulis mencoba mengambil metodologi yang dikemukakan oleh Burmeister [Burmeister, 1996]. Burmeister pertama bergerak dari salah satu metodologi OOAD yaitu OMT yag dikembangkan oleh Rumbaugh [Rumbaugh et al., 1991]. Metodologi OMT menguraikan bahwa OOAD mempunyai 3 elemen dasar yaitu: Object Model, Dynamic Model, dan Static Model. Apa yang terdapat dalam masing-masing model tersebut tergambar pada Gambar.

Tiga Model dalam OMT

Gambar Tiga Model dalam OMT

Berdasar pada tiga model yang sudah lazim dipakai dalam metodologi OMT tersebut diatas, Burmeister mencoba menganalogikan kedalam metodologi AOAD yang dia buat. Tiga model AOAD yang dia kemukakan adalah (Gambar ):

1.      Agent Model: Yang berisi internal structur misalnya belief, plan, goals, dan juga behavior dari agent, dsb.

2.      Organization Model: Yang berisi segala sesuatu yang berhubungan dengan relasi antara suatu agent dengan agent lain, bisa berupa inheritance, role, ataupun aggregation.

3.      Cooperation Model: Yang berisi segala sesuatu yang berhubungan dengan interaksi antar agent, termasuk didalamnya protocol yang dipakai, proses interaksi dan kerjasama (interaction dan cooperation process), ataupun masalah pesan dalam interaksi (message).

Tiga Model dalam AOAD


Gambar  Tiga Model dalam AOAD

Beberapa metodogi lain yang masih dalam area ini adalah yang dikemukakan oleh Kinny [Kinny et al., 1996] dengan metodologi untuk BDI (Belief-Desire-Intention) agent, kemudian Moulin [Moulin et al., 1996] dan Kendall [Kendall et al., 1996] juga mengemukakan metodologi AOAD yang berdasar kepada OOAD.

Subscribe to receive free email updates: